Free Paper (Oral) Presentation

Room 1

ftday2

Setelah sesi pleno hari kedua membahas mengenai tantangan dalam mengelola Big Data pada pelayanan kesehatan, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi oral yang terbagi menjadi 2 ruangan. Kamal Kasra adalah penyaji presentasi oral dari International Centre for Casemix and Clinical Coding (ITTC) UKM yang pertama menyampaikan hasil penelitiannya di ruangan Auditoriumhari ini. Kamal menjelaskan bahwa terjadi perbaikan pengelolaan rekam medis dan penurunan angka komplikasi di rumah sakit nasional s troke di Sumatera Barat sebagai efek dari implementasi INA-CBG.

Hal ini menjadi perhatian karena pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari tahun ke tahun, di lain sisi masih perlunya perbaikan kualitas pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah implementasi program JKN. Beberapa informasi yang semakin baik pencatatannya, meliputi : length of stay (LOS), discharge, umur, dan diagnosa utama. Walaupun demikian, partisipan dari Malaysia ini juga tetap menekankan pentingnya monitoring atas pelaksanaan INA-CBG di Indonesia karena masih ditemukan indikasi adanya ketidakpatuhan tenaga kesehatan dalam melengkapi rekam medis sesuai standar yang telah ditentukan.

Penyaji kedua adalah Atina Husnayain dari FKKMK UGM. Di awal sesi, Atina menjelaskan data dunia digital saat ini sangat penting dan dapat dioptimalkan untuk monitoring dan evaluasi beberapa aspek di bidang kesehatan. Google Trend adalah salah satu fitur yang seringkali digunakan, namun menurut Atina perlu penilaian vadilitas dari google trend. Salah satu studi kasus yang dicontohkan oleh Atina adalah monitoring epidemiologi penyakit DBD di Indonesia. Dari studi tersebut, Atina meyakinkan audiens bahwa data Google Trend membantu dalam mitigasi kejadian luar biasa, Google Trend juga dapat digunakan untuk mengevaluasi NCD maupun non-NCD, baik di tingkat nasional maupun sub nasional. Menurut Atina, adanya info tambahan terkait perilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan akan sangat mendukung sistem surveilans di Indonesia, terlebih membudayakan aktor/ stakeholder di setiap daerah untuk senantiasa mempublikasikan informasi terkait kesehatan di daerah masing-masing pada sosial media

Berbeda dengan metodologi dari penyaji sebelumnya, Mayada Faisal Nabih dari ITCC UKM Malaysia memilih studi kohort dalam menganalisis Big Data untuk mengevaluasi outcome terpilih yang terkait dengan kombinasi terapi ARV. Menurut Mayada, beberapa faktor yang turut andil di Yamen meliputi ketersediaan supply side, akses, dan sosial budaya. Kombinasi terapi (cART) yang ditegaskan oleh Mayada dinilai semakin efektif dalam pemberian pelayanan kesehatan setiap tahunnya. Meskipun demikian, Mayada tetap memberi garis bawah pentingnya peran mobilisasi sumber daya dan dukungan kebijakan. Hal yang dikhawatirkan oleh Mayada, salah satunya adalah akses yang menjadi tantangan bagi upaya retensi pasien untuk cART.

ft2day2

Topik kesehatan ibu juga melengkapi sesi presentasi oral di hari kedua ini. Biniam Getachew dari Fakultas Kedokteran, Prince of Songkla University, Thailand. Menurut Biniam, kasus kematian ibu di Ethiopia sangat tinggi dalam beberapa dekade, namun anehnya beberapa tahun terakhir justru mengalami penurunan signifikan. Hal inilah yang melatarbelakangi Biniam untuk mengalanis secara kohort terhadap angka kematian ibu berdasarkan usia spesifik yang telah ditentukan. Binian menemukan adanya penurunan resiko kematian ibu sejak 2005 dan ternyata wanita yang lahir setelah 1980 memiliki risk ratio lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang lahir sebelum tahun tersebut. Sebagian besar wanita yang berusia 30-34 tahun memiliki tingkat resiko lebih tinggi dibandingkan usia yang lebih muda. Menurut Binian, intervensi terpadu sangat dibutuhkan untuk menyikapi tingginya tingkat resiko pada kelompok ibu dengan umur yang semakin tua.

Sebagai penutup sesi presentasi oral, Nurul Anisah Jaafar dari ITCC UKM Malaysia menjelaskan cost-effectiveness dari Community-Based Rehabilitation (CBR) bagi anak-anak dengan disabilitas. Menurut Nurul, hal ini penting karena kasus disabilitas anak semakin meningkat dan diikuti dengan peningkatan kebutuhan pelayanan atas rehabilitasi. Biaya yang dibutuhkan juga ikut meningkat. Dengan membandingkan antara layanan rehabilitasi yang terpusat dengan berupa home-based, ada perbedaan yang ditemukan. Nurul menjelaskan bahwa program rehabilitasi terpusat yang melibatkan komunitas lebih efektif bagi anak daripada program rehabilitasi yang dilakukan di rumah. Hal ini bukan hanya terkait dengan biaya pelayanan kesehatan yang telah dikeluarkan, melainkan juga outcome rehabilitasi itu sendiri.

Hari II: Selasa, 3 Juli 2018
Reporter : Budi Eko Siswoyo (PKMK UGM)

 

Reportase Terkait: