Keamanan Hidup Usia Pensiun di Indonesia Tergolong Rendah

Keamanan hidup ketika pensiun tiap tahun semakin menurun dan tren ini terus menurun karena pemerintah di dunia semakin sulit dalam mengendalikan perekonomian yang cenderung volatil. Natixis Global Asset Management dalam publikasinya yang dirilis pada 2014, menempatkan Indonesia di posisi ke-92 di antara 150 negara yang disurvei untuk peringkat pensiun global. Peringkat tersebut disusun sebagai instrumen perbandingan internasional dengan tujuan menyediakan sebuah patokan global mengenai pensiunan.

Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, peringkat Indonesia masih jauh di bawah. Natixis menggunakan empat indikator untuk menentukan indeks itu, yakni: kesehatan, materi, finansial, dan kualitas hidup. Praktisi dan pengamat ekonomi menjelaskan, permasalahan ini merupakan masalah penduduk di seluruh dunia. Usia pensiun, menurutnya, bukan lagi hal yang banyak dinantikan oleh para pekerja yang akan memasuki usia pensiun.

Darmin SE, MBA, Penasehat Investasi Panin Asset Management menerangkan, ada empat hal yang memengaruhi keamanan finansial seseorang ketika pensiun yaitu inflasi, harapan hidup, biaya pengobatan, dan tata kelola keuangan. Ia menguraikan, inflasi yang tinggi menyebabkan biaya hidup yang sebelumnya masih terjangkau, bisa menjadi tidak terjangkau akibat biaya kebutuhan hidup semakin tinggi.

Yang kedua, terkait harapan hidup rata-rata manusia yang semakin panjang otomatis menyebabkan dukungan finansial yang lebih besar. "Jika pensiun usia 55 tahun, dan ia berharap hidup sampai dengan usia 65 tahun, tentunya ia hanya memerlukan dukungan finansial untuk 10 tahun. Tetapi, kalau harapan hidup sampai dengan usia 75 tahun tentu memerlukan dukungan keuangan selama 20 tahun setelah masa pensiun," jelasnya, Selasa (3/6).

Ketiga, terkait biaya pengobatan yang semakin tinggi. Usia tua rentan dengan penyakit dan kurang berolah raga, makanan yang berlemak, akan menimbulkan banyak penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal, jika tanpa asuransi kesehatan yang baik, itu akan menggerogoti sisa uang yang dipersiapkan untuk masa tua, katanya.

Terakhir, yang menurutnya paling penting untuk ditandaskan adalah perencanaan keuangan yang baik. Dengan mengatur uang dengan baik di saat usia produktif, masa tua mungkin akan lebih aman. "Bila hanya mengandalkan pesangon dari Jamsostek yang terbatas jumlahnya, belum tentu mencukupi biaya saat menjalani pensiun," paparnya.

Darmin mengatakan, solusi agar aman dalam menjalani masa pensiun sejak muda, individu harus melakukan perencanan keuangan dengan baik yaitu menyisihkan minimal 30 persen sampai dengan 40 persen penghasilan bulanan untuk asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan investasi masa tua. Selebihnya, 60 persen untuk konsumsi kebutuhan hidup dan rekreasi. "Dengan financial planning yang baik, kita akan mampu menikmati masa tua yang sejahtera."

Ia pun menambahkan, pihaknya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat secara cuma-cuma melakukan pemeriksaan kesehatan keuangan, solusi perencanaan pensiun, pendidikan anak, kepemilikan rumah dan perjalanan rohani, kepemilikan mobil, maupun dana rekreasi.

Sementara Pengamat ekonomi Muhammad Ishak, Dosen FE Unimed mengemukakan, rendahnya peringkat Indonesia dipengaruhi oleh tiga pihak yakni invidu yang pensiun, pihak pemberi kerja baik negara maupun pengusaha sebagai pemberi upah atau gaji.

Ishak menandaskan, pemerintah harus memiliki skema yang nyata dalam menangani masalah pensiun. Ia mencontohkan, jika usia seorang karyawan mencapai usia 45 tahun, pemerintah atau perusahaan harus memasukkan karyawan tersebut ke dalam daftar pihak yang akan menerima pelatihan/ketrampilan baru guna menjaga keberlangsungan kehidupannya setelah tidak lagi bekerja.

sumber: analisadaily.com