Sertijab Menkes Baru: Penurunan AKI Jadi Prioritas

sertijabMenkes Kabinet Kerja Nila Moeloek berfoto bersama dengan Menkes Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Nafsiah Mboi usai serah terima jabatanProgram kerja pertama Menteri Kesehatan Kabinet Kerja, Prof dr Nila F Moeloek SpM adalah menekan angka kematian ibu (AKI) yang hingga kini masih tinggi. Padahal, AKI dipergunakan sebagai salah satu faktoryang diperhitungkan dalam pencapaian target target kesehatan Millenium Development Goals (MDGs) 2015.

"Menurunkan AKI memang bukan pekerjaan ringan, karena itu saya butuh dukungan bersama agar capaian target MDGs 2015 bisa tercapai," kata Menkes Kabinet Kerja, Nila F Moeloek dalam pidato perdananya saat serah terima jabatan dengan Menkes Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), Nafsiah Mboi, di Jakarta, Selasa (28/10).

Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 disebutkan, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat tajam dibandingkan data SDKI 2007 yang mana AKI melahirkan sebanyak 228 per 100 ribu kelahiran hidup.

"Ini tantangan yang harus kita hadapi bagaimana menurunkan AKI melahirkan kita yang tinggi itu hingga mencapai 70 per 100 ribu kelahiran hidup. Karena untuk mencapai target MDGs besaran AKI-nya harus dibawah 100 per 100 ribu kelahiran hidup," dokter spesialis mata tersebut.

Tingkat kematian ibu melahirkan meningkat tahun 2012, mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Tahun 2007, angka kematian ibu melahirkan tercatat sekitar 228 per 100 ribu kelahiran hidup.

Istri dari Menkes periode 1997-1999, Farid Anfasa Moeloek itu menjelaskan, persoalan lain yang tak kalah penting untuk pencapaian MDGs kesehatan, karena menyangkut berbagai komponen. Disebutkan, selain kematian ibu melahirkan juga ada masalah angka kematian bayi, lingkungan, sanitasi, pengadaan air bersih hingga persoalan jamban.

"Kita masih pada garis merah dalam pencapaian MDGs kesehatan," ucapnya.

Pada kesempatan itu, ia meminta pada kaum perempuan untuk lebih mandiri, tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga kuasa atas tubuhnya. Sedari dini perempuan mengenal program keluarga berencana dan mengatur kehamilan.

"Istri itu bukan mesin anak yang setiap tahun harus melahirkan. Ini harus disadari banyak perempuan, agar tidak terus menerus melahirkan. Ia harus memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri, ingin seperti apa," ucapnya.

Terkait capaian pembangunan kesehatan pada kepemimpinan Menkes Nafsiah Mboi, Nila mengakui bahwa banyak program yang memberikan hasil luar biasa dan bermaanfaat bagi masyarakat Indonesia. Satu diantaranya adalah program Jaminan Kesehatan Nasional. (JKN).

"Program yang baik tentu akan kita lanjutkan. Program yang belum berhasil akan kita sempurnakan," katanya menegaskan.

Nila FA Moeloek mengakui, pihaknya diuntungkan dengan keberadaan program JKN yang memberi jaminan kesehatan pada orang-orang miskin. Program tersebut sangat baik untuk pemerataan akses bagi masyarakat memperoleh layanan kesehatan yang berkeadilan.

"Program JKN ini sudah tepat untuk jaminan kesehatan seluruh penduduk Indonesia, hanya perlu dilakukan perbaikan sana-sini. Programnya sudah sangat bagus sekali. Ini akan membentu langkah dalam menekan AKI melahirkan," kata perempuan yang aktif sebagai Ketua Umum Dharma Wanita Pusat itu.

Ditanyakan soal program Kartu Indonesia Sehat (KIS), Nila menegaskan, KIS nantinya sama dengan program JKN. "Untuk penamaan KIS ini belum ada arahan lagi dari Presiden Joko Widodo. Bentuknya akan seperti apa. Tetapi KIS tidak akan membubarkan program JKN," tutur Nila FA Moeloek. (TW)

Add comment

Security code
Refresh