Demam Berdarah Masih Jadi Ancaman Dunia Kesehatan

Seiring dengan merebaknya wabah Ebola di Afrika Barat, terdapat keprihatinan bahwa ada penyakit lain, yang mematikan dan membunuh banyak orang di dunia, yang secara luas terabaikan.

Demam Dengue atau di Indonesia sering disebut "Demam Berdarah" yang ditularkan oleh nyamuk, terus meluas di negara-negara termasuk India dan Malaysia, di mana hampir separuh dari penduduk dunia tinggal. Tetapi, vaksin yang telah lama dicari, yang memberikan perlindungan terhadap dengue itu, akan segera tersedia.

Demam dengue atau "deman berdarah" menyebabkan kelesuan seperti gejala flu, gatal, sakit kepala dan pegal-pegal pada persendian. Karena gejala itulah, maka disebut "penyakit tulang punggung".

Seperti Ebola, dengue dianggap penyakit yang berkaitan dengan darah, menyebabkan kematian dalam kasus yang parah. Demikian keterangan penasihat senior dan ilmuwan konsorsium internasional di Dengue Vaccine Initiative, Scott Halstead, yang mengabdikan diri pada pengembangan vaksin.

Tidak seperti Ebola, yang dalam wabah sekarang ini – telah menjangkiti lebih dari 14,000 orang di Afrika Barat, Halstead mengatakan, lingkup demamdengue sangat besar, sampai 100 juta orang yang terinfeksi, kebanyakan di seluruh Asia.

"Saya pikir orang yang bekerja di bidang demam dengue merasa, 'Ooh, kami akan diabaikan. Tetapi karena ratusan ribu, mungkin jutaan orang memerlukan perawatan klinis, maka itu merupakan masalahyang kita hadapi di semua tempat," kata Scott Halstead.

Ada empat virus demamdengue, semuanya disebarkan oleh nyamuk. Selamat dari ke-empat jenis virus itu akan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap virus itu, namun tidak melindungi orang itu dari infeksi lain pada masa mendatang.

Dua tahun lalu, percobaan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Perancis, Sanofi Pasteur diuji coba pada sebuah kelompok terdiri atas 4.000 anak sekolah di Thailand dan tidak manjur seperti yang diharapkan. Hanya 30 persen anak yang terlindungi dari infeksi. Tujuan para peneliti adalah menciptakan vaksin yang 70 persen manjur melawan semua jenis virus dengue.

Kini, dalam uji coba klinik lanjutan yang dilakukan di 5 negara Amerika Latin, yang melibatkan hampir 21.000 anak sehat, perusahaan itu menjanjikan hasil vaksin yang sama.

Halstead mengatakan, vaksin itu gagal di Thailand karena kebanyakan diberikan kepada anak-anak yang terjangkit dengan dengue tipe 2, virus yang terbukti paling sulit di antara ke-4 jenis virus yang paling sulit dicegah.

Dengan uji coba klinis yang direncanakan, para peneliti Sanofi berharap akan belajar tentang bagaimana vaksin itu memberikan perlindungan terhadap demam dengue, dengan meningkatkan kemanjurannya.

sumber: http://www.voaindonesia.com/