Hipertensi dan DM Banyak Serap Biaya obat di BPJS Kesehatan

KRJOGJA.com - Obat anti hipertensi dan Diabetes melitus (DM)M paling banyak menyerap biaya obat di BPJS Kesehatan.

Demikian Dr. Nurifansyah, Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Primer BPJS, di Jakarta,Selasa (24/9 2019).
Dalam Diskusi Optimalisasi Peran Apoteker untuk Menjamin Pengobatan Rasional dan Cost-Effective”.

Saat ini, peserta BPJS yang telah terdaftar sudah mencapai 230 juta otang. “Obat termasuk proporsi yang cukup besar dalam pelayanan JKN. Sekitar 30-40% peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan, pulang membawa obat,” ujarnya.

Tahun 2000-an, lanjut Dr. Nurifansyah, terjadi tren di mana pengidap penyakit kronis meningkat. Dengan demikian, membuat kebutuhan akan obat pun meningkat, terutama obat-obatan untuk penyakit kronis.

“Dari 230 peserta JKN, 11 juta merupakan penderita hipertensi, dan 9 juta penderita diabetes melitus (DM). Dua penyakit ini merupakan nenek moyang utama penyakit katastropik di Indonesia, yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal bila sudah terjadi komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit katastropik menyerap 30% pembiayaan BPJS Kesehatan,” akunya.

Selain karena memang penderitanya banyak, pengobatannya berlangsung seumur hidup. “Obat yang di-cover BPJS ada di Formularium Nasional. Sekitar 60% obat generik, dan 40% obat paten,” tutup Dr. Nurifansyah.

Diskusi yang digelar di Jakarta pada akhir September ini (24/9), memaparkan segala permasalahan dan solusi dari tiga sudut pandang, yakni Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), BPJS, dan industri (PT Hexpharm Jaya) sebagai penyedia obat generik.
Diungkapkan Mulia Lie, Presidan Direktur PT Hexpharm Jaya, “Hexpharm Jaya sebagai anak perusahaan PT Kalbe Farma berkomitmen untuk memproduksi obat generik dengan harga yang lebih rendah, untuk mendukung program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).”

Oleh karena itu, PT Hexpharm Jaya memproduksi obat generik berkualitas, yang memenuhi persyaratan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM, dan telah mendapat ISO 90001 (2015). “Formulasi dari obat-obat generik yang diproduksi setara dengan obat paten, dan telah melewati uji BA/BE. Kami fokus memproduksi obat-obat generik untuk penyakti degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, hingga Diabetes Melitus,” ucapnya.

Sementara itu, menurut Dra. R. Dettie Yuliati, Apt. Msi, Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia, menyambut WPD, IAI akan menggelar sejumlah kegiatan. Antara lain, sosialisasi WPD bertajuk “DaGaSiBu”, yang merupakan kependekan dari mendapatkan obat di tempat yang resmi, menggunakan obat dengan benar sesuai jenisnya, bagaimana menyimpan obat di rumah, dan membuang sisa obat dan kemasannya dengan aman.(ati)

sumber: https://krjogja.com/web/news/read/110604/Hipertensi_dan_DM_Banyak_Serap_Biaya_obat_di_BPJS_Kesehatan