Minimnya Dana Kesehatan Jadi Kendala Utama Cegah PTM di Indonesia

Tingginya kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia hingga menyumbang 64 persen kematian memerlukan gerakan serius selama sepuluh tahun ke depan guna menurunkan faktor risiko untuk mencegah PTM di Indonesia.

Patut menjadi perhatian adalah faktor yang paling menetukan yaitu masalah pendanaan karena belanja kesehatan Indonesia masih sangat rendah, demikian disampaikan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI, Prof Dr Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH.

"Padahal, potensi banyak karena investor luar mau mendanai tapi kita terkendala peraturan yang rigid seperti peraturan RS, perpajakan misalnya untuk obat kanker masih dipajakin," tutur Prof Thabrany dalam Diskusi ASEAN Non-Communicable Disease Network di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (6/5/2014).

"Diharapkan dana untuk belanja kesehatan bisa mencapai empat sampai lima persen dalam waktu sepuluh tahun ke depan karena selama 40 tahun dana kita stagnan hanya tiga persen. Setidaknya kalau ada peningkatan itu bukti kepedulian pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesi," lanjut Prof Thabrany.

Selain itu, pencegahan PTM juga terkendala kurangnya kapasitas dokter spesialis karena delegasi dokter spesialis ke dokter umum meskipun jumlahnya mencapai 100.000 menurut Prof Thabrany belum terlalu baik.

Sarana kesehatan juga masih sulit dijangkau terutama di daerah-daerah meskipun bisa dimanfaatkan teknologi telemonunikasi yang diharapkan bisa menjangkau daerah terpencil. Selain itu, perlu pula dibangun kolaborasi sektor publik dan swasta antarnegara karena upaya pencegahan dan manajemen PTM tidak bisa dilakukan sendiri oleh satu negara tapi diperlukan saling berbagi pengalaman lintas negara.

Oleh karena itu, melalui ASEAN NCD Network yang diadakan di tujuh negara di wilayah ASEAN untuk mendiskusikan tantangan dalam mengelola PTM di negara-negara terkait, diharapkan ada inovasi baru yang disepakati sebagai bentuk menanggulangi tingginya PTM.

"Kita juga perlu melemparkan kesempatan ke pihak swasta yang mau memfasilitasi inovasi-inovasi misalnya dalam bentuk alat kesehatan guna melakukan deteksi dini PTM selain juga perlu peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala PTM," jelas Prof Thabrany.

Hal ini diamini General Manager Philips Healthcare Indonesia Vincent S.K Chan bahwa dengan mengangkat isu PTM, upaya preventif dan edukasi bisa dilakukan agar masyarakat lebih peduli, terutama untuk deteksi dini. Ia mencontohkan kasus diabetes yang banyak terjadi di Indonesia kerap kali sudah telat penanganannya karena masyarakat kurang peka terhadap gejala awal diabetes.

"Pengetahuan juga penting apalagi untuk orang-orang di desa yang pergi ke klinik atau puskesmas. Jika dia dan tenaga medis mendapat edukasi yang baik, tentunya mereka tahu risiko jika kondisi ini telat ditangani. Sehingga pengobatan dini bisa dilakukan," ucap Vincent.

sumber: health.detik.com