Reportase Sambutan Pembukaan Rektor Universitas Syiah Kuala

Sesi ini disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M.Eng selaku Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh. Pada kesempatan ini, Samsul menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan telah menunjuk Universitas Syiah Kuala sebagai mitra dalam menurunkan angka stunting di Provinsi Aceh diantaranya Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tengah. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi Syiah Kuala untuk mewujudkannya” tutur Samsul.

Pada 2045, Indonesia diharapkan menjadi negara ke - 4 besar dunia di bidang ekonomi. Berdasarkan laporan Wold Economic Forum menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tertinggal dalam Inovasi. Menurut Samsul, Indonesia sampai hari ini masih berkutat dengan eficiency driven, belum pada inovasi. Permasalahan Indonesia juga saat ini adalah stunting, kurang gizi dan anak putus sekolah, sehingga akan sangat berat untuk bersaing” lanjut Samsul.

“Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak harusnya bisa berkoordinasi dengan desa untuk memberikan intervensi pada stunting, kurang gizi dan anak putus sekolah melalui dana desa, namun karena kurangnya pemahaman regulasi sehingga hal ini tidak bisa dilakukan. Padahal seharusnya boleh dilakukan untuk stunting”, tegas samsul.

Pada masa mendatang, bangsa ini harus mampu melakukan terobosan. Pemerintah harus memberikan kepercayaan kepada universitas karena banyak anak bangsa mampu melakukan lompatan - lompatan jika diberikan kepercayaan. Namun, kebijakan pemerintah kadang bertolak belakang dengan kemampuan universitas.
Sebagai penutup, Samsul juga menyampaikan, “Kita mempunyai tekad bersama untuk menurunkan angka kemiskinan, angka stunting yaitu dengan memberdayakan masyarakat dan Unsyiah akan berusaha menjalankan beberapa program dengan kementrian lain untuk masalah stunting”.

Reportase Sambutan Pembukaan Kepala Dinas Kesehatan Aceh

dr. Hanif selaku Kepala Dinas Kesehatan Aceh mewakili Gubernur Aceh. menyampaikan pembangunan bidang kesehatan menjadi salah satu prioritas dari pembangunan Aceh. Langkah - langkah yang telah dilakukan tidak hanya di bidang kuratif melainkan juga memperkuat program - program preventif.

Program kesehatan terus ditingkatkan, sebab ada penyakit tertentu yang penangananya membutuhkan perhatian yang serius seperti PTM dimana aceh merupakan daerah dengan prevalensi hipertensi yang tinggi. Selain itu, masalah gizi buruk juga menjadi persoalan di Aceh karena pola makan dan perawatan anak kurang sejalan dengan standar hidup sehat sehingga tidak heran jika angka stunting masih cukup tinggi. “Jika terus dibiarkan, program unggul Aceh Sejahtera akan sulit diwujudkan” tutur Hanif.

Dalam rangka meningkatkan upaya preventif dan promotif, maka sebuah langkah bijak apabila FK Unsyiah memperbanyak kajian, penelitian, dan diskusi terkait dengan pembangunan kesehatan seperti simposium saat ini. Dari tema simposium dapat dipahami bahwa pemahaman konkrit mengacu pada kehidupan anak usia di bawah tiga tahun. Di akhir pemaparannya, Hanif mengharapkan adanya konferensi ini dapat merumuskan pola asuh terbaik untuk anak usia 1000 HPK yang dapat menjadi acuan bagi setiap keluarga sehingga sejak dini bisa menyiapkan generasi Aceh yang berkualitas, sehat, cerdas dan bersaing tinggi.

Reporter: Candra

 

© Copyright 2019 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Search