Reportase Special Session

PKMK – Aceh. Pada hari kedua (10/10/2019), sesi plenary 4, menghadirkan 3 pembicara yaitu dari akademisi UGM, perwakilan kepala dinas kesehatan Aceh dan wakil bupati Pidie. Pembicara pertama, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD (UGM) memaparkan materi advokasi kebijakan untuk mencegah stunting dan mengurangi kematian ibu anak. Laksono menegaskan dosen dapat berperan dalam dua upaya di atas. Sementara peran dosen untuk mendukung upaya ini ialah saat pelaksanaan sebagai konsultan, saat penetapan kebijakan – perumusan kebijakan – pelaksanaan agenda dan evaluasi kebijakan sebagai peneliti. Peneliti sudah dimengerti posisinya untuk semua pihak, namun konsultan memiliki 3 ciri khusus yaitu menyelidiki isu secara obyektif, memberi rekomendasi dan melaksanakan program atau mengatasi masalah. Dalam konteks penurunan AKI/AKB, konsultan yang strategis ialah konsultan kebijakan atau analis kebijakan yang merupakan tenaga fungsional. Sementara beberapa yang dapat dilakukan semua pihak diantaranya mengubah perilaku masyarakat, perbaikan sistem rujukan, pembiayaan KIA ditingkatkan, sistem pembayaran untuk tenaga kesehatan diperbaiki dan sebagainya.

Pembicara kedua, perwakilan kepala dinas kesehatan Aceh menyatakan Aceh mencanangkan Rumoh Gampong Gizi (RGG) yang merupakan bahasa lokal Aceh (Rumah Desa Gizi). RGG terbentuk dengan dasar regulasi Peraturan Menteri Desa 2009. Program ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang lebih luas, salah satunya pemberian makanan gizi tambahan untuk ibu hamil beresiko dan balita. Bahan makanan ini juga dimasak khusus oleh ibu PKK desa setempat. Upaya ini dilakukan karena meskipun Aceh telah meraih sedikit prestasi yaitu penurunan angka stunting 44% pada 2007 dan 33% pada 2019. Dalam rangka meraih RPJMA 2017-2022 Menuju Aceh Hebat, beberapa indikator yang ditetapkan ialah penurunan prevalensi anemi hamil 28%, BBLR 8%, penurunan ASI eksklusif 60%, underweight 14% dan lain - lain.

Selain dari pemberdayaan masyarakat, Aceh juga memaksimalkan fungsi seluruh tenaga kesehatan dan fasilitas yang ada agar berdaya guna, tercatat terdapat 351 puskesmas, 24 RSU kabupaten kota, 3 RS regional, 3 RS provinsi, 34 RS swasta, 5 RS militer, 3500 staf kesdes, 5 ribu bidan desa, dan 457 posyandu. Aceh juga menempatkan tokoh agama sebagai salah satu pihak yang mampu mendukung suksesnya program ini.

Lalu ,Dinas Kesehatan Aceh juga mendorong gerakan menanam di halaman/kebun sendiri, terutama untuk tanaman sayur. Agar gizi masing – masing keluarga terpenuhi, hal ini termasuk salah satu langkah ketahanan keluarga yang selama ini diupayakan. Selain itu, pemerintah juga memberikan edukasi gizi, melakukan pelatihan kader, serta menempatkan tenaga gizi di masing – masing desa yang pembiayaannya melalui dana desa

Pembicara ketiga, Wakil Bupati Pidie 2017 – 2022 yaitu Abdullah Daud menyatakan best practice penanganan stunting di Pidie mengangkat visi keempat bupati – wakil bupati yaitu Pidie Sehat dan Seujahtra (peningkatan kualitas kesehatan dan kesejahteraan). Saat awal menjabat, Abdullah menemukan bahwa d wilayahnya sanitasi lingkungan masih buruk. Hal ini merupakan ancaman kesehatan bagi ibu hamil.

Beberapa upaya yang dilakukan kabupaten Pidie antara lain mempersiapkan calon pengantin melalui sejumlah pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan rutin serta saat akad. Selain itu, bersumber dari dana desa, dilakukan juga perbaikan rumah tidak layak huni, posyandu rutin, pembangunan baru rumah tidak layak huni untuk warga berpenghasilan rendah, intervensi gizi spesifik mulai sejak hamil hingga bayi usia 2 tahun atau 1000 hari pertama kelahiran (HPK). Intervensi gizi sensitive juga sudah dilakukan dengan membuka akses air bersih yang mudah untuk masyarakat, melakukan fortifikasi pangan, ketahanan gizi pangan, menyediakan akses keluarga bencana, pendidikan pengasuhan pada orang tua, serta edukasi kesehatan reproduksi remaja. Lalu diikuti penyediaan Jampersal dan JKN, pendidikan anak usia dini, memberikan pendidikan gizi masyarakat, menyediakan bansos untuk masyarakat miskin. Sejalan dengan seluruh program ini, kabupaten Pidie didampingi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Wilayah kerja program ini per 2019 yaitu di 10 desa prioritas stunting yang berada di 4 kecamatan. Daftar kecamatan dan desa yang menjadi prioritas yaitu kecamatan Simpang Tiga (desa Nien, desa Ara, desa Teungoh Mangki), kecamatan Mutiara Timur (desa Campli Usi, desa masjid Usi, desa Balee Ujong Rimba), kecamatan Tiro (desa Peunadok, desa Meunasah Panah, desa Panton Beuot) dan kecamatan Tangse (desa Ule Gunong).

Reporter: Wiwid 

 

© Copyright 2019 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Search