Reportase Plenary Session IV

PKMK – Aceh. Setelah keynote speech hari kedua, webinar dilanjutkan dengan Plenary Session IV yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Aceh pada 10 Oktober 2019. Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Said Usman, S.Pd, M.Kes dari Departemen Kesehatan Masyarakat, Universitas Syah Kuala. Selain itu, pembicara yang hadir antara lain dari akademisi bidang gizi dan pemerintah daerah, yakni: Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, Sp. GK(K) (Dosen Universitas Hasanuddin), Dr. T. M. Thaib Sp.A(K), Prof. Chen Hsin - Jen (National Yan Ming University, Taiwan) dan Moh. Ramli Tongko, S.Sos, ST, M.Si (Bappeda Kab. Banggai Provinsi Sulawesi Tengah). Moderator membuka kegiatan dengan penekanan bahwa aspek gizi adalah investasi besar yang menentukan arah produktivitas dan kesejahterahan bangsa.

Prof Abdul Razak Thaha memaparkan evolusi intervensi gizi dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan Nasional. Abdul Razak Thaha mengawali sesinya dengan menjelaskan tentang evolusi ilmu gizi yang dimulai dari era naturalis hingga era nutrigenomik saat ini yang membuat ilmu gizi dipelajari dengan sangat terperinci hingga ke aspek genom. Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin ini memaparkan Indonesia memiliki beberapa tantangan utama terkait gizi, yakni malnutrisi, defisiensi besi, defisiensi vitamin A hingga obesitas. Perlu ada langkah strategis lintas stakeholder untuk mengatasi permasalahan kronis ini. Thahamenggarisbawahi, saat ini, selain GERMAS nyaris belum ada program yang khusus terkait upaya peningkatan status gizi. Di sisi lain, program GERMAS ini belum juga terimplementasi secara besar sampai ke lini masyarakat umum. Dewan pertimbangan Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia ini juga beranggapan bahwa daerah perlu bekerja sama secara kolaboratif dengan perguruan tinggi yang memiliki concern bidang keilmuan pada aspek gizi. Kabupaten Banggai adalah salah satu contoh yang positif bagaimana Universitas dan Pemda bekerja sama yang berhasil menekan angka stunting di daerahnya.

Materi kedua dan ketiga disampaikan oleh Dr. T. M. Thaib Sp.A(K) dan Prof. Chen Hsin - Jen. TM Thaib, dosen pediatrik FK Unsyiyah, memaparkan tentang intervensi dan evaluasi stunting untuk meningkatkan tumbuh kembang anak. Thaib mengawali dengan menjelaskan kembali wasting, stunting, dan underweight adalah kasus ganda yang dihadapi hampir seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan, secara global, Indonesia berada pada peringkat keempat dunia (UNICEF/WHO/World Bank report (2017)). Bahkan, data Unicef dan WHO 2016 menyebutkan bahwa Indonesia menyumbang sekitar 50% kasus stunting di ASEAN (8 Juta kasus). Ini menjadi evaluasi besar tentang perlunya usaha yang lebih keras dalam menghadapi stunting. Pemerintah Aceh saat ini telah menggalakkan program penanganan stunting melalui Pergub Aceh Nomor 14 Tahun 2019 mengenai tata laksana stunting yang perlu dilakukan oleh lintas sektor (swasta dan Pemerintah). Thaib kembali menekankan, kurang gizi pada 1000 hari pertama kehidupan tidak dapat diperbaiki di masa kehidupan periode beikutnya. Selanjutnya, Prof Chen Hsin - Jen menjelaskan mengenai double burden malnutrisi pada anak di Asia. Professor dari National Yan Ming University, Taiwan ini mengawali tentang permasalahan anak dengan stunting obesitas dan hidden hunger memiliki risiko yang lebih tinggi pada kasus penyakit tidak menular (diabetes, penyakit kardiovaskular, gagal ginjal kronis). Beberapa negara low - income hingga middle income memiliki masalah besar terkait double burden malnutrisi yang memiliki kontribusi negatif terhadap kondisi ekonomi dan produktivitas negara. Terkait malnutrisi, Prof Chen Hsin - Jen menekankan bahwa pemangku kepentingan perlu mempertimbangkan program yang berbasis biologis dan sosiologis. Aspek sosiologis, khususnya penurunan angka kemiskinan, peningkatan kualitas sanitasi dan edukasi, memiliki kontribusi positif dalam menatalaksanan permasalahan malnutrisi.

Selain itu, M Ramli Tongko selaku perwakikan Pemda Kabupaten Banggai menjelaskan mengenai program Kabupaten Banggai tentang pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Program ini lahir dari kepedulian pemerintah daerah yang juga didukung penuh oleh Universitas Hasanuddin sebagai upaya menurunkan angka stunting Kabupaten Banggai, ucap Kepala Bappeda Kab. Banggai. Dalam pemaparannya, program stunting merupakan salah satu isu utama dalam RPJMD 2016 – 2021 yang menekankan OPD kesehatan, OPD non kesehatan, pihak swasta, dan masyarakat perlu bahu membahu mengentaskan stunting, meningkatkan kualitas hidup Ibu hamil dan bayi. Untuk mengontrol implementasi program ini, pemda membentuk Tim Kerja (Gugus Tugas) penanggulangan stunting di tiap wilayah Kabupaten Banggai yang diketuai oleh Bappeda Kabupaten. Tim kerja ini bertujuan untuk memberikan pembinaan, arahan, monitoring program penanggulangan dan pencegahan stunting yang dilakukan di tiap sudut wilayah Kabupaten Banggai. Salah satu inovasi pada program stunting yakni Posyandu Pra Konsepsi. UKBM ini menargetkan calon pengantin dan PUS atau sebelum 1000 HPK. Selain itu, pada Posyandu Pra Konsepsi, penyuluhan kesehatan dilakukan secara kolaborasi oleh nakes dan petugas KUA. Calon pengantin wilayah Kabupaten Banggai memiliki kewajiban menerima kursus (salah satunya membahas isu stunting dan KIA) yang dilakukan oleh petugas KUA. Saat ini data Riskesdas 2018 menunjukkan angka penurunan stunting pada Kab. Banggai, yakni 31,2 %. Untuk angka kematian Ibu per 100.000 KH, terdapat penurunan yakni 143 (2018) dibandingkan pada t 2015 yang menyentuh angka 206 kasus. M Ramli Tongko kembali menekankan, tanpa ada kolaborasi aktif antara lintas stakeholder dan universitas, pencegahan dan penanggulangan stunting sulit diperoleh.

Diskusi sesi ini banyak membahas mengenai urgensi pemberian multi miktonutrien bagi Ibu hamil. Ternyata terdapat referensi yang mengatakan bahwa multi mikronutrien memiliki efek negatif pada perkembangan janin. Secara garis besar, Prof. Abdul Razak Thaha menyampaikan, hasil pertemuan konferensi scientific mengenai multi miktonutrien beberapa bulan yang lalu menyimpulkan tidak ada efek negatif yang berarti pada ibu hamil dan janin. Selain itu, saat ini Universitas Hasanuddin sedang melakukan beberapa penelitian mengenai efek positif mikronutrien bagi ibu hamil dan menyusui. Moderator mengakhiri sisi plenary ini dengan menggarisbawahi, permasalahan malnutrisi harus diperhatikan dari aspek biologis hingga sosiologis. Kolaborasi lintas sektor (universitas, pemerintah dan non pemerintah) perlu ditingkatkan dalam meanggulangi permasalahan stunting demi kualitas bangsa yang lebih baik.

Reporter: Nopryan Ekadinata

© Copyright 2019 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Search