Modul Pelatihan Penulisan Policy Brief 

Dalam template Policy Brief di atas bisa dibuat dalam 5 topik yang bisa Anda pelajari masing – masing 1 topik yaitu :

 

Hari 1

Hari 1: Introduction 

Pada tahap ini, Anda bisa pelajari materi dari IDRC berikut :

  1. How to Write Policy Brief
  2. Policy Brief Template
  3. ODI - How to write a policy brief
  4. Policy Briefs as communication tool for development  research
  5. Policy Brief - described
  6. Writing a Health Policy Brief with outline

Perlu menegaskan apakah penelitian ini berada dalam tahapan:

  1. Sebelum ada kebijakan. Penelitian ini diharapkan memberi ide untuk penyusunan kebijakan yang relevan.
  2. Saat kebijakan berada dalam proses legislasi untuk menjadi sebuah kebijakan public.
  3. Saat kebijakan dilaksanakan yang mengarah ke riset untuk memahami bagaimana pelaksanaan kebijakan (Implementation Research).
  4. Saat berada dalam fase Evaluasi Kebijakan untuk mengetahui apakah sebuah kebijakan mencapai hasil yang telah ditetapkan.

Sementara itu berdasarkan siapa yang membuat kebijakan, sebaiknya pernyataan tegas mengenai:

  1. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, atau
  2. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah propinsi, atau
  3. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota

Contoh Pengantar salahsatu peserta:
Penelitian ini bertujuan untuk memonitoring pelaksanaan kebijakan Bupati Jember dalam SK Bupati Jember Nomor : 188.45/131.1/012/2014 tentang tim penanggulangan HIV dan AIDS tingkat kecamatan, kelurahan dan desa, dalam membangun critical conciousness masyarakat terhadap program HIV dan AIDS.

Penelitian ini mempunyai fokus pada monitoring kebijakan yang ditetapkan oleh penentu kebijakan di level kabupaten.

Sementara itu, ada satu peserta yang meneliti mengenai kebijakan manajemen di lembaga pelayanan kesehatan. Dalam konteks penelitian, apa yang diteliti merupakan penelitian manajemen. Saya kutipkan:

Tujuan dari Policy Brief (Ringkasan Kebijakan) ini untuk memberi masukan bagi para pengambil kebijakan mengenai Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di klinik. Selama ini kebijakan yang ada hanya Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 857/Menkes/SK/IX/2009. Masukan ini berasal dari penelitian Lubis, dkk. (2013) mengenai penilaian kinerja tenaga kesehatan bagian medis di sebuah klinik di Medan. Penilaian yang ada di klinik tersebut hanya dari atasan yang membuat kekhawatiran subjektifitas penilaian.

Dalam penelitian tersebut, terlihat bahwa keputusan yag diambil berada di level kelembagaan. Dengan demikian pengambil kebijakan di lembaga adalah pimpinan lembaga.

Sebagai catatan dalam Pengantar:
Dengan memperhatikan konteks tingkat pengambil kebijakan maka kita sebagai penulis Policy Brief dapat membayangkan siapa yang akan dituju. Hal ini sangat penting untuk pemberian rekomendasi.

 

Comments  

# Shita Dewi 2015-08-04 06:17
Dengan hormat

Terimakasih atas partisipasi dan antusiasme peserta terhadap proses penulisan policy brief menjelang FKKI 2015.Pada hari pertama ini, sudah ada beberapa policy brief yang dikirimkan kepada panitia.

Mulai hari ini hingga tanggal 24 Juli, kami akan memberikan komentar umum berdasarkan draft policy brief yang sudah diajukan.
Kami berharap komentar umum ini dapat membantu Ibu dan Bapak sekalian untuk memperbaiki draft policy brief-nya masing-masing.
Hasil perbaikan dan draft final policy brief akan mulai dikumpulkan antara tanggal 24 - 31 Juli untuk penilaian.

Mengingat policy brief harus ringkas tetapi jelas dan persuasif, ada beberapa hal yang dapat Ibu dan Bapak jadikan patokan:

1. Pengantar: sekitar 15% dari seluruh draft. Pastikan bahwa Ibu dan Bapak menulis sedemikian rupa sehingga permasalahannya terlihat penting dan menarik.

2. Seperti telah disampaikan pada pelatihan, terdapat pula bagian metodologi (sekitar 5%). Tidak perlu terlalu teknis, tetapi jelaskan apa yang Ibu dan Bapak lakukan dalam penelitian, karena ini menentukan validitas dari argumen yang Ibu dan Bapak buat.

3. Hasil/Diskusi/Kesimpulan: 40% dari seluruh draft. Pastikan bahwa Ibu dan Bapak menempatkan temuannya sesuai konteks. Pastikan pula Ibu dan Bapak membuat argumen yang kuat berdasarkan hasil temuan.

4. Implikasi dan Rekomendasri: 40% dari seluruh draft. 'Implikasi' adalah apa yang DAPAT terjadi. 'Rekomendasi' adalah apa yang SEHARUSNYA terjadi. Pastikan bahwa kaitan dengan temuan di bagian sebelumnya cukup jelas.


Kami mengapresiasi upaya Ibu dan Bapak dalam menulis draft policy brief-nya. Menulis memang tidak mudah. Beberapa draft yang masuk masih belum menunjukkan komposisi yang seimbang (ada yg terlalu banyak bagian Pengantar sedangkan bagian Hasil/Diskusi justru terlalu sedikit), dan belum cukup persuasif dalam menyampaikan argumen.

Selamat berlatih kembali.
Reply
# Laksono Trisnantoro 2015-08-04 06:17
Menambahi bu Shita.
Sebelum menuliskan anda sebaiknya memahami benar situasi pengambilan keputusan yang ada. APakah di level nasional, propinsi, atau kabupatenm, ataukah di lembaga. Siapa yang memutuskan? Apakah Bupati ataukah Kepala Dinas Kesehatan.
Beberapa Policy Brief yang masuk ke saya masih terlihat kurangnya pemahaman mengenai situasi kebijakan yang diteliti. Masih banyak yag kesannya penelitian untuk mencari kum atau dimasukkan ke majalah ilmiah. Sekali lagi para pembaca Policy Brief ini ditujukan untuk pengambil keputusan yang tentunya mempunyai bahsa berbeda.

Contoh:

Monitoring dan Evaluasi Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) diperlukan dengan melibatkan stakeholder untuk mendapatkan komitmen dan penguatan keberlangsungan KP-ASI di wilayahnya dalam mendukung pemberian ASI ekslusif


Latar belakang
Keberadaan kelompok pendukung ASI (KP-ASI) sangat penting karena merupakan upaya untuk memberikan ASI Ekslusif dan meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun. Kelompok Pendukung ASI adalah kumpulan ibu-ibu relawan yang seminat terhadap peningkatan pengguna ASI dan termotivasi untuk memberikan ASI. Promosi manfaat dan keuntungan ASI ekslusif telah banyak dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan seperti pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, pemberian buku KIA bagi setiap ibu hamil sebagai informasi yang mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil serta dapat merubah sikap dan perilaku ibu hamil, namun pemberian ASI ekslusif masih rendah.
Menurut SDKI (2007) cakupan Pemberian ASI Ekslusi di Indonesia sangat rendah (7,2 %) dan Riskesdas di tahun 2010 melaporkan hanya sekitar 15,3% ibu di Indonesia yang melakukan pemberian ASI eksklusif. Data cakupan ASI Ekslusif di Jawa Barat pada tahun 2013 sebesar 25,4%, sedangkan di Kabupaten Sumedang cakupan ASI ekslusif sebesar 6,1%. Laporan penelitian di Indonesia kasus gizi buruk pada anak balita dari provinsi di Indonesia sebesar 11,7% dari gizi buruk terdapat pada bayi umur kurang dari 6 bulan. Prevalensi gizi buruk di kabupaten Sumedang sebesar 0,60%. Di Kabupaten Sumedang kematian bayi sebesar 9,6 %. Penyebabnya karena diare. Cakupan ASI eksklusif tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor yaitu desa Mekargalih sebesar 56,25 % dan desa Cipacing sebesar 42,50 %. Data Balita yang menderita gizi buruk (BGM) tahun 2012 desa Mekargalih sebanyak 8 orang dan di desa Cipacing sebanyak 16 orang.
Pelayanan kesehatan sekarang memiliki sumber daya yang berharga, yang mengidentifikasi secara signifikan hambatan menyusui, strategi lokal dan nasional dapat dikembangkan untuk mendukung perempuan dalam keputusan menyusui. Perempuan yang didukung secara efektif untuk menyusui akan memperpanjang masa menyusui, karena terpapar model peran positif. Program dukungan untuk memberdayakan perempuan yang tinggal di lingkungan sosial masyarakat tidak boleh dikecualikan dan tidak dianggap remeh.

Komentar saya:
Pengantar ini tidak mencerminkan mengenai siapa audiens (pembaca) Policy Brief ini.
Mohon dicermati di dalam PP dari IDRC. DIharapkan isi Pengantar adalah sebagai berikut:

•Answers the question why
•Explains the significance/urgency of the issue
•Describes research objective
•Gives overview of findings, conclusions
•Creates curiosity for rest of brief


Pentingnya isu ini harus dikaitkan dengan kebijakan publik yang perlu diperbaiki atau disusun. Tujuan riset belum ada. Mohon dicermati bahwa audiens kita adalah orang-orang sibuk. Oleh karena itu kalimat-kalimat harus disusun yang menarik.

Silahkan diperbaiki.
Reply
# Andreas Tadeus 2015-08-04 06:18
Salam....
Terima kasih atas pencerahan dari Ibu Shita dan Prof.Laksono terkait penulisan PB.

...Andre...
Reply
# Shita Dewi 2015-08-04 06:19
Selamat berjumpa kembali.

Hari ini sudah semakin banyak policy brief yang dikirim ke panitia, dan kami telah memberikan masukan untuk masing-masing draft.
Kami sangat mengapresiasi antusiasme para peserta, dan berharap peserta dapat mempergunakan kesempatan ini untuk menambah keterampilan dalam menulis policy brief.

Seperti telah disampaikan oleh Prof Laksono kemarin, Ibu dan Bapak harus memahami siapa audiens dari policy brief ini. Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, policy brief ditujukan bagi pembuat kebijakan; mungkin mereka ada di level pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau di level lembaga.

Dari beberapa naskah yang masuk, kami lihat ada beberapa yang belum mengikuti format policy brief yang diminta. Kami harap peserta mengikuti format yang telah disampaikan selama pelatihan minggu kemarin. Demikian pula dalam gaya penulisan, masih banyak yang bersifat ringkasan penelitian, bukan sebuah policy brief. Mohon Ibu dan Bapak memperhatikan dengan seksama perbedaan antara ringkasan penelitian dengan policy brief. Artinya, Ibu dan Bapak perlu menyesuaikan gaya penulisannya.


Mulai hari ini, kami akan mulai memberi komentar umum bagian per bagian dari policy brief berdasarkan draft yang sudah masuk.
Pertama-tama kami mohon maaf apabila naskah Ibu dan Bapak menjadi contoh di dalam mailing list ini. Hal ini tidak berarti kami hendak men'jatuh'kan naskah tersebut, justru kami bermaksud untuk membuatnya lebih baik. Kami tentu saja akan menyamarkan naskah yang menjadi contoh.



Hari ini kita akan menyoroti bagian Ringkasan Eksekutif.

Walau pun merupakan bagian yang paling singkat dari policy brief, namun Ringkasan Eksekutif sangat penting karena sangat menentukan apakah pembuat kebijakan dapat dibuat tertarik untuk membaca naskah policy brief tersebut. Artinya, ringkasan eksekutif harus MENARIK dan MENGINSPIRASI pembaca untuk melakukan sesuatu. Gunakan kata secara cermat, pilih kata yang memiliki dampak bagi pembacanya. Ingatlah siapa audiensnya, mereka adalah orang yang sangat sibuk dan tidak punya waktu, namun butuh informasi untuk segera mengambil keputusan. Artinya, walau pun ringkas, seluruh isi policy brief harus tercakup di dalam kalimat-kalimat yang Ibu dan Bapak tulis di dalam Ringkasan Eksekutif. Ringkasan eksekutif ini harus mencakup apa kebijakan yang menjadi sasaran, apa masalahnya dan apa solusi yang ditawarkan.


Mari kita lihat contoh dari salah satu draft yang masuk berikut ini:


Ringkasan Eksekutif
Ringkasan kebijakan (Policy brief) ini merupakan masukan umum bagi para pengambil kebijakan. Masukan ini berasal dari penelitian hubungan antara faktor sumber daya ibu, pola asuh dan status gizi anak umur 6-24 bulan di Kabupaten XXX. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk membuat kebijakan dan program dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.





Seperti Ibu dan Bapak lihat, ringkasan eksekutif ini tidak spesifik dan belum bersifat sebagai ringkasan eksekutif. Pertama, belum memiliki audiens yang jelas: siapa pengambil kebijakan yang dimaksud. Kedua, policy brief belum menggerakkan pengambil kebijakan untuk melakukan apa-apa. Permasalahan mau pun solusi yang ditawarkan tidak disebutkan. "Masukan" memang perlu tetapi apa "masukan"nya, belum terlihat di sini, sehingga tidak ada keputusan apa pun yang bisa diambil. Ketiga, kebijakan apa yang menjadi sasaran juga tidak disebutkan. "Pencegahan dan penanggulangan masalah gizi" merupakan topik yang terlalu luas, sehingga policy brief ini belum memiliki fokus yang jelas.

Saran kami, buatlah Ringkasan Eksekutif SETELAH Ibu dan Bapak selesai menuliskan policy brief. Bacalah policy brief Ibu dan Bapak berulang-ulang dan pikirkan bagian mana yang paling penting dan paling menarik. Hal itulah yang seharusnya menjadi Ringkasan Eksekutif.

Selamat berlatih kembali. Besok, kita akan membahas bagian Pengantar.


Terimakasih.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-04 06:19
Selamat berjumpa kembali.

Setelah menikmati silaturahmi dengan keluarga dan kerabat selama masa libur kemarin, mari kita memulai kembali pelatihan penulisan policy brief.
Minggu depan (tanggal 27 - 31 Juli) adalah saatnya Ibu dan Bapak mengirimkan policy brief untuk dinilai. Oleh karena itu, minggu ini kita akan menuntaskan pemberian komentar-komentar untuk bagian-bagian dari policy brief tsb.

Kali ini kita akan membahas bagian metodologi, hasil dan kesimpulan.

Untuk bagian metodologi, tidak perlu terlalu panjang, terlalu teknis dan terlalu detil. Ingatlah bahwa ini adalah policy brief, bukan research brief. Bukan pula naskah publikasi.
Yang penting, jelaskan apa yang Ibu dan Bapak lakukan secara singkat namun jelas dan dengan bahasa yang sederhana.

Mari kita lihat contoh berikut:

Analisis data kualitatif dengan content analysis sedangkan data kuantitatif untuk analisis univariat dengan deskriptif, untuk analisis bivariat degan uji statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 % dan untuk analisis multivariat dengan uji regresi logistik


Memang pemilihan metodologi yang tepat untuk penelitian yang dilakukan memang penting, karena ini menjadi dasar validitas argumen yang Ibu dan Bapak ajukan. Apabila metode dan metodologinya tidak tepat, tentunya hasil dan kesimpulan yang diambil juga akan diragukan. Begitu pula, pembaca dapat meragukan kredibilitas Ibu dan Bapak sebagai peneliti. Namun, hanya itu tujuan dari penulisan metodologi dalam policy brief. Bukan untuk dapat dijadikan acuan replikasi penelitian seperti dalam naskah publikasi atau research brief, misalnya, sehingga tidak perlu terlalu teknis.

Sebaliknya, bagian Hasil dan Kesimpulan adalah bagian yang penting. Ingat, pembaca policy brief lebih tertarik pada hasil dan kesimpulan yang ditarik, bukan pada caranya penelitian dilakukan. Oleh karena itu, pastikan bahwa Ibu dan Bapak menyajikan hasil yang signifikan dan menunjukkan makna penting dari temuan tsb, dan mengajukan argumen yang meyakinkan dalam mendiskusikan hasil.

Mari kita lihat contoh berikut ini:


Pelatihan pencatatan kohor bayi sudah hampir semua puskesmas 88,1 persen, berarti ada 11, 9 puskesmas tidak pernah ada pelatihan pencatatan kohor bayi. Pelatihan penanganan Asfiksia 51,5 persen puskesmas, terdapat 48,5 persen puskesmas belum pernah mendapatkan pelatihan


Temuan ini penting, tetapi pembaca tidak diberitahu di mana pentingnya.
Pembaca perlu diberitahu makna dari temuan ini, jangan biarkan mereka membuat interpretasi sendiri karena kemungkinan mereka akan menarik kesimpulan yang berbeda. Inilah kesempatan Ibu dan Bapak untuk mengajukan argumen, mengkritisi, atau membandingkannya dengan sesuatu, supaya mereka sampai pada kesimpulan yang sama dengan yang Ibu dan Bapak buat.

Kesimpulan perlu dibuat ringkas (cukup 1 paragraf, misalnya) tetapi mencerminkan pentingnya temuan dari permasalahan dan pentingnya untuk segera mengambil tindakan. Oleh karena itu jangan terlalu umum dan normatif dengan kesimpulan yang dibuat, pastikan kesimpulan itu benar-benar didasarkan pada temuan spesifik di lapangan.

Anggaplah bagian Kesimpulan ini sebagai pengantar untuk ke bagian selanjutnya yaitu Implikasi dan Rekomendasi, yang esok akan kita bahas.


Selamat berlatih.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-04 06:20
Selamat berjumpa kembali


Hari ini kita akan membahas bagian Implikasi dan Rekomendasi.

Ini merupakan bagian yang paling penting dari sebuah policy brief. Bagian Implikasi harus menunjukkan apa dampaknya apabila kebijakan saat ini (atau situasi saat ini) tidak mengalami perubahan. Bagian ini harus meyakinkan pembaca (pembuat kebijakan) bahwa suatu tindakan harus segera diambil.

Mari kita lihat contoh berikut ini

Masyarakat yang belum menjadi peserta tidak mampu menbayar iuran karena penghasilan di bawah Rp. 1.500.000 per bulan, sehingga perlu kebijakan pemerintah dalam upaya pencapaian Universal Health Coverange (UHC) tahun 2019.


Bagian "Implikasi" harus menunjukkan urgensi masalah. Sampaikan secara riil apa dampaknya dari berbagai perspektif. Tanyakan terus pada diri sendiri: "Apa akibatnya bila hal ini dibiarkan terus menerus?" kemudian tuangkan di bagian ini.

Setelah menunjukkan implikasi dari situasi/kebijakan saat ini, berikan solusi.
Sebuah policy brief harus memberikan rekomendasi yang jelas, sistematis, dan praktis.
Jangan berikan rekomendasi yang normatif. Sedapat mungkin tujukan rekomendasi sesuai konteks masalahnya. Misalnya, ada pilihan rekomendasi untuk beberapa level pemerintah (kabupaten, provinsi dan pusat) apabila memang konteks permasalahan membutuhkan tindakan dari semua level pemerintahan.
Bahkan, berikan rekomendasi pula untuk pihak-pihak terkait walau pun di luar sektor kesehatan, apabila memang diperlukan.

Mari kita lihat contoh berikut ini:

Pemerintah Daerah dapat meramu dalam sebuah kebijakan khusus dengan pendekatan pada XXX (Tokoh Adat) yang merupakan kunci diterimanya program-program kesehatan ibu dan anak pada masyarakat XXX.


Rekomendasi di atas masih belum spesifik: Kebijakan apa? Siapa yang membuat kebijakan? Siapa yang melaksanakan? Bagaimana caranya dilaksanakan? Siapa yang mengawasi?

Ingatlah bahwa rekomendasi harus praktis, artinya bisa dilaksanakan. Berikan saran kebijakan apa yang harus diambil. Sampaikan langkah-langkah apa yang harus dilakukan, dan apa konsekuensinya dari sisi sumberdaya (termasuk pendanaan), siapa berperan sebagai apa, dan siapa yang harus ambil pimpinan dalam mengatasi masalah.

Bahkan, bila ada beberapa opsi kebijakan, sampaikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kebijakan, kemudian rekomendasikan pilihan yang terbaik.


Selamat berlatih.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-04 06:20
Selamat berjumpa kembali


Hari ini adalah hari terakhir kami memberikan masukan untuk proses penulisan policy brief. Sekarang saatnya Ibu dan Bapak menulis dan memfinalisasi draft policy brief masing-masing dan mengirimkannya kepada panitia untuk dinilai. Draft final policy brief kami tunggu hingga tanggal 31 Juli.

Dalam melakukan finalisasi, ingatlah untuk:

1. Memeriksa bahasa yang digunakan. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Konsisten apabila menggunakan istilah tertentu, termasuk apabila hendak menggunakan istilah dalam bahasa Inggris atau hendak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Setiap kalimat harus menyampaikan suatu gagasan secara utuh dan terstruktur.
2. Membuat judul yang menarik. Pilih kata yang kuat, berdampak dan menggugah minat.
3. Buatlah policy brief yang menarik secara visual. Gunakan tabel, grafik textbox dan foto untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
4. Seluruh subjudul bagian-bagian dari policy brief hendaknya dalam bahasa Indonesia.
5. Jangan lupa nama penulis, detil kontak (alamat atau alamat e-mail) dan institusi asal. Ini dapat memperkuat kredibilitas penulis.
6 Sebutkan bulan dan tahun policy brief ini ditulis, karena kemungkinan banyak hal dapat berubah setelah policy brief tersebut diterbitkan.
7. Terakhir, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan ulang untuk salah ketik atau detil-detil kecil lainnya yang terlewatkan.

Ibu dan Bapak dapat meminta bantuan orang lain untuk membacanya untuk melakukan test apakah policy brief Ibu dan Bapak sudah jelas.
Apabila diperlukan, sebutkan siapa yang mendanai penelitian (untuk memastikan tidak adanya conflict of interest atau adanya vested interest dalam suatu isu)


Selamat menulis.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 02:47
Ibu dan Bapak yth

Setelah Ibu dan Bapak mengirimkan naskah policy brief pada akhir Juli lalu, panitia mendistribusikannya kepada beberapa orang reviewer. Para reviewer menilai naskah berdasarkan panduan yang telah disediakan. Setiap naskah dinilai dari berbagai aspek. Hasil penilaian para reviewer dikompilasi dan terlihat nilai finalnya.

Terlepas dari nilai tersebut dan apakah Ibu dan Bapak memenangkan beasiswa atau tidak, ada beberapa hal yang tetap dapat Ibu dan Bapak lakukan untuk memperbaiki naskah policy brief-nya apabila Ibu dan Bapak berminat untuk mengasah keterampilan menulis policy brief.

Seperti yang telah berkali-kali ditekankan selama pelatihan, policy brief harus dibuat semenarik mungkin.

Kebanyakan naskah yang masuk ke panitia belum diberi sentuhan disain grafis, sementara beberapa telah menampilkan sentuhan disain grafis.
Namun, tidak soal apakah kita menggunakan jasa disainer grafis atau tidak, ada hal-hal yang dapat kita lakukan sendiri untuk memperbaiki isi dan tampilan policy brief kita. Disain grafis mungkin dapat membuat tampilan policy brief sangat menarik, tetapi yang jauh lebih penting adalah apakah isinya menarik? Apakah pesannya jelas? Minggu ini kita akan mencoba membahas berbagai cara memperbaiki naskah policy brief dan membuatnya lebih menarik.

Perlu kami sampaikan pula, pada seminar FKKI di Padang, akan tersedia hadiah untuk Policy Brief terbaik dan paling menarik.



Pertama, lihatlah naskah policy brief Ibu dan Bapak. Kesan pertama apa yang timbul?
Coba minta salah satu rekan sejawat melihat naskah tersebut, dan tanyakan apa kesan pertamanya?

Bahkan apabila naskah policy brief belum diberi sentuhan disain grafis apa pun, selalu terdapat kesan pertama yang membekas di benak pembaca. Kesan pertama ini penting, karena ini sangat menentukan apakah calon pembaca akan membacanya lebih lanjut atau tidak.

Tampilan policy brief, walau pun hanya sekedar rangkaian kalimat, tetap dapat menentukan seberapa baik policy brief itu di mata pembacanya.
Rangkaian kalimat pun harus disajikan dan ditata dengan baik. Artinya, tentu saja keterampilan menulis harus menjadi modal dasarnya. Apabila bahasa yang dipergunakan tidak terstruktur dengan baik, atau bertele-tele, atau berlebihan, atau ambigu, tentu saja akan sangat mengganggu pembaca dan menyimpangkan perhatian dari fokus pesan yang Ibu dan Bapak ingin sampaikan.

Hari ini kami lampirkan sebuah naskah policy brief yang tidak terlalu baik. Silakan Ibu dan Bapak baca dan amati komentarnya. Kemudian bandingkan dengan naskah Ibu dan Bapak: apakah ada hal-hal yang dikomentari tersebut juga Ibu dan Bapak temui?


Selamat mencoba.
Reply
# Arih Diyaning 2015-08-16 02:51
Terimakasih atas masukan dan motivasi terkait perbaikan policy brief

Alhamdulillah....masih banyak hal yang harus saya pelajari lagi..Terkadang saya pribadi sering tergoda untuk memasukkan banyak temuan riset dalam isu policy brief yang sudah "tersepakati" di bagian awal. Niatnya ingin meyakinkan pembaca tapi jadinya justru tidak fokus.

InsyaAllah akan coba perbaiki.

Hanya saja saya masih penasaran, Lepas dari layout yang menarik, sebenarnya poin terbesar dalam sebuah policy brief itu ada pada bagian apanya, pada pemilihan isu yang diangkat berdasar hasil riset, pada penarikan implikasi kebijakan, ataukah pada novelty rekomendasi?

Mohon pencerahannya....

Terimakasih

Arih Diyaning Intiasari
Departemen AKK Jurusan Kesmas
Fikes-Unsoed Purwokerto
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 02:52
Pertanyaan yang sangat baik: jadi, poin terbesar dari policy brief itu bagian yang mana?
Berikut adalah pendapat pribadi kami.


Sesuai namanya, policy brief adalah sebuah dokumen yang memberikan informasi yang singkat namun adekuat agar pembaca dapat mengambil keputusan atau membuat kebijakan. Tujuannya adalah agar ada sesuatu yang dilakukan oleh pengambil kebijakan.

Sebenarnya, setidaknya ada dua tipe policy brief.

Tipe pertama adalah policy brief yang meng-advokasi pembaca untuk mengambil langkah tertentu.
Tipe kedua adalah policy brief yang obyektif, yang menyajikan berbagai alternatif kebijakan yang berbeda.

Untuk tipe pertama, penulis perlu menyajikan bukti dan argumen yang kuat untuk mengarahkan pembaca agar sepakat dengan kesimpulan dan argumen yang penulis sampaikan, sehingga mengambil keputusan sesuai rekomendasi yang diberikan.

Untuk tipe kedua, penulis perlu menyajikan berbagai rekomendasi yang dapat dipilih, dan menyajikan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif rekomendasi. Dengan cara ini, pembaca dibantu untuk mempertimbangkan berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan sesuai pertimbangannya, sesuai situasi dan kondisinya.

Jadi, rekomendasi yang diberikan merupakan bagian yang paling penting dari sebuah policy brief, walau pun cara penyajiannya berbeda untuk masing-masing tipe policy brief. Inilah yang membedakannya dari jenis brief yang lain, misalnya research brief, media brief, dsb.





Apakah ini berarti pemilihan isu tidak penting?

Mari kita kembali ke awal, sebelum kita menulis apa pun, dan tanyakan kepada diri sendiri: Mengapa Ibu dan Bapak memilih topik tertentu?
Bukankah karena Ibu dan Bapak merasa bahwa topik tersebut menarik dan penting?

Namun, seberapa menarik dan seberapa penting sebuah isu bagi seseorang bisa jadi merupakan sesuatu hal yang sangat subyektif dan situasional.
Terlebih lagi, ingat bahwa pembaca policy brief adalah orang yang sangat sibuk, yang setiap hari mungkin harus berurusan dengan tujuh atau delapan hal lain yang sama mendesaknya. Mungkin beliau hanya sempat membaca policy brief ini sewaktu menunggu lift. Mungkin beliau menerima policy brief ini di sela-sela dua acara rapat yang harus dihadirinya. Oleh karena itu, tugas Ibu dan Bapak adalah 'menjual' isu tersebut agar pembaca juga merasa bahwa isu tersebut menarik dan penting. Bagaimana caranya?

Pertama, pilihan judul.
Coba perhatikan judul naskah policy brief Ibu dan Bapak. Secara jujur, tanyakan pada diri sendiri: apakah judul ini menarik orang untuk membaca?

Kami perhatikan ada banyak naskah policy brief yang dikirimkan kepada kami memiliki judul yang panjang dan rumit, persis judul penelitian.
Apabila dari judul sudah ada kesan seperti itu, kebanyakan pembaca akan enggan membaca. Ibu dan Bapak sudah kehilangan paling tidak separuh dari calon pembaca potensial.


Kedua, bagian Pengantar/Pendahuluan.
Ini adalah tempat dimana Ibu dan Bapak meyakinkan pembaca bahwa isu yang dipilih memang penting dan menarik, oleh karena itu pada saat pelatihan ditekankan hal-hal apa yang harus muncul di bagian ini, serta pilihan kata dan gaya penulisan yang digunakan.

Tergantung dari cara bagian Pengantar/Pendahuluan ditulis, pembaca dapat saja merasa bahwa:
a. Isunya ternyata tidak menarik dan tidak penting
b. Isunya menarik, tetapi tidak penting
c. Isunya penting, tetapi tidak menarik
d. Isunya memang penting dan menarik.

Jadi, jika Ibu dan Bapak tidak bisa 'menjual' isu yang diangkat pada bagian Pendahuluan, Ibu dan Bapak akan kehilangan setidaknya separuh lagi dari pembacanya.


Ketiga, bagian Implikasi.
Pada bagian inilah Ibu dan Bapak harus membuat pembaca merasa perlu untuk segera mengambil tindakan. Tunjukkan konsekuensinya apabila pembaca tidak segera mengambil tindakan. Jadi, walau pun sebuah isu memang menarik dan penting, namun bila pembaca tidak didorong untuk melakukan sesuatu, maka policy brief gagal mencapai tujuannya.

Bila pembaca berhasil diyakinkan untuk segera melakukan sesuatu, pertanyaan berikutnya adalah: melakukan apa?

Nah, inilah inti tujuan kita menulis policy brief. Bagian Rekomendasi sangat penting untuk membantu pembaca melakukan sesuatu.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 02:53
Jadi, pastikan bahwa rekomendasi yang diberikan benar-benar praktis, jelas, sesuai konteks, relevan, dan dapat diaplikasikan.
Jangan sampai, setelah selesai membaca policy brief tersebut, pembaca masih ragu atau bingung akan apa yang harus dilakukan.
Ingat, pembaca butuh solusi, beliau tidak butuh masalah baru, dan pastinya tidak butuh kebingungan baru.

Artinya, bahkan setelah Ibu dan Bapak berhasil 'menjual' isunya, telah berhasil membuat pembaca tergerak untuk melakukan sesuatu, namun jika pembaca tidak dapat melakukan apa pun karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka Ibu dan Bapak terbukti adalah seorang penulis yang baik, tetapi belum menjadi seorang penulis policy brief.

Kami perhatikan banyak dari naskah yang masuk ke panitia masih bersifat seperti ringkasan penelitian karena judul dan tulisannya belum 'menjual' isunya, bagian Implikasi masih kurang mendorong rasa urgensi, serta bagian Rekomendasi yang belum cukup 'applicable'. Kita semua perlu berlatih lebih banyak lagi, karena keterampilan menulis adalah keterampilan yang harus terus menerus diasah.

Semoga sumbang pendapat ini dapat menjawab pertanyaan di atas.
Reply
# Nur Arifah 2015-08-16 02:54
Dear Ibu Shita,
Terima kasih atas sharing tips dan contohnya ya bu, sangat bermanfaat bagi saya yg baru pertama kali menyusun policy Brief. Pada saat menulis PB kemarin, kesulitan terbesar yg saya rasakan adalah pilihan informasi mana yg harus sy masukkan dlm pendahuluan, hasil dan kesimpulan. Yg paling berat adalah membuat kesimpulannya krn dlm arahan disampaikan bhw kesimpulan harus menunjukkan ide2 dan pemahaman dr penulos terkait masalah yg diangkat. Jd sulit buat sy memilih mana informasi yg sebaiknya sy masukkan di kesimpulan,implikasi atw pendahuluan. Sehingga pada PB yg sy tulis kemarin, ada bbrp ide dan informasi yg sy tulis berulang (bbrp kali) di ketiga section di atas.

Mohon arahannya ya bu,

Regards,
Arifah
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 04:07
Selamat berjumpa kembali.

Melanjutkan diskusi kemarin, ada pertanyaan mengenai informasi apa saja yang seharusnya masuk ke bagian-bagian dari Policy Brief.
Pada saat pelatihan telah disampaikan tips apa saja yang perlu ditulis di setiap bagian dari Policy Brief. Silakan dilihat lagi posting kami dan Prof Laksono di awal-awal pelatihan (Juli). Namun, kami memahami bahwa terkadang penulis terlalu bersemangat untuk meyampaikan hasil penelitiannya sehingga ingin menuliskan semua ide dan semua detil-detilnya, sehingga terjadi pengulangan yang 'redundant'.

Berikut ini kami lampirkan contoh policy brief yang baik. Sebenarnya ini adalah penulis yang sama dengan penulis yang kemarin lusa telah kami lampirkan contohnya, Namun kali ini, penulis telah memperbaiki tulisannya sesuai masukan sebelumnya. Perhatikan bagaimana penulis tidak mengulang-ulang gagasan yang sama. Perhatikan bagaimana penulis menyampaikan seluruh informasi yang penting dan relevan dengan cara yang terstruktur dengan baik.

Selain dari cara penulisannya yang lebih baik, lebih jelas dan lebih terstruktur, penulis juga telah me-layout secara sederhana tampilan naskah policy brief ini sehingga lebih menarik secara visual dan lebih informatif. Penulis menggunakan 'sidebar' dan 'box' untuk beberapa informasi spesifik yang ingin ditonjolkan.

Ibu dan Bapak dapat mempelajari dua hal dari contoh ini:

1. Bandingkan cara penulis menuliskan informasi dan argumen yang ingin disampaikan, antara naskahnya yang terdahulu dengan naskah yang sekarang. Perhatikan komentar yang diberikan. Ibu dan Bapak dapat belajar bahwa ide dan gagasan yang sama ternyata dapat ditulis ulang dengan cara yang lebih terstruktur dan lebih jelas.

2. Perhatikan bahwa layout yang sederhana pun, asal ditempatkan secara tepat dan dipergunakan sesuai fungsinya, dapat menimbulkan dampak yang positif, bukan hanya dari segi estetika namun juga dari segi kejelasan dan penekanan informasi tertentu. Yang penting, Ibu dan Bapak telah memilih dengan cermat informasi mana yang penting untuk ditonjolkan.

Jadi, bagi Ibu dan Bapak yang memiliki keterbatasan untuk dapat meminta bantuan jasa disainer grafis, Ibu dan Bapak tidak perlu berkecil hati. Bahkan tanpa menggunakan foto atau grafik atau disain grafis yang mahal pun, tampilan dan informasi policy brief dapat disajikan secara lebih menarik. Ibu dan Bapak dapat melakukan layaout yang sama dengan contoh terlampir ini dengan hanya menggunakan fitur-fitur di dalam MS Words.

Namun, apabila Ibu dan Bapak ingin menggunakan foto atau grafik atau disain grafis yang lebih baik, tentu saja hal ini dapat dilakukan, asal dengan cara yang benar. Hal ini akan kita bahas esok.

Yang paling penting, sebelum terburu-buru ingin memper'cantik' policy brief masing-masing, Ibu dan Bapak harus memastikan dulu bahwa isi dari policy brief tersebut sudah baik, bahwa gagasan yang ingin disampaikan telah dituangkan secara efektif, dan pesan yang ingin disampaikan dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca.

Selamat mencoba.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 04:08
Selamat berjumpa kembali.

Kali ini kita akan membahas penggunaan grafis di dalam policy brief Ibu dan Bapak. Grafis yang kami maksud di sini khususnya adalah grafis untuk menggambarkan data atau statistik, misalnya bar charts, pie charts, tabel, peta, ilustrasi, dsb, atau bahkan foto untuk mempertegas cerita dan argumen yang ingin disampaikan. Jadi, grafis dalam policy brief yang bukan hanya memiliki nilai estetika namun berfungsi sebagai media informasi.

Berikut adalah prinsip dasar penggunaannya:

1. Sederhana, tidak perlu rumit
2. Pilih grafis yang sejelas mungkin menyampaikan informasi yang paling penting secara tepat.
3. Ingat bahwa teknologi hanyalah cara untuk mencapai tujuan. Jangan terjebak dalam keinginan untuk memamerkan kecanggihan menggunakan grafis, jika hasil akhirnya justru membingungkan pembaca.

Penggunaan tabel, gambar, grafik atau peta memang membuat tampilan policy brief lebih menarik secara visual, tetapi tujuan utama penggunaan grafis adalah untuk menyampaikan informasi, bukan untuk menyimpangkan perhatian dari informasi.

Jadi, sebelum menggunakan grafis tertentu, tanyakan pada diri sendiri:

1. Siapa pembaca saya? Apakah mereka 'familiar' dengan grafis yang akan saya pakai?
2. Apa pesan utama yang ingin saya sampaikan melalui grafis ini?
3. Apakah grafis yang saya pilih dapat secara efektif menyampaikan informasi yang saya inginkan?

Kemudian, setelah memilih grafis yang cocok, tanyakan lagi kepada diri sendiri:

1. Apakah grafis ini menyampaikan informasi yang ingin saya sampaikan secara jelas? Apakah orang tidak akan salah interpretasi?
2. Apakah grafis relevan dengan keseluruhan pesan yang ingin saya sampaikan?


Terlampir kami sampaikan bahan bacaan untuk membantu Ibu dan Bapak memilih grafis yang tepat untuk informasi yang ingin disampaikan. Di dalam bacaan ini, disampaikan pula contoh yang baik dan buruk dari grafis yang dipilih, serta tips-tips untuk memperbaikinya.

Selamat mencoba.
Reply
# Nur Arifah 2015-08-16 04:09
Slamat pagi bu Sitha...
Teeima kasih bimbingannya.
Bagaimana jika penelitiannya adalah murni kualitatif? Sehingga tdk ada data yg dpt dijadikan gambar. Apakah boleh menampilkan gambar atw foto ketika penelitian dilakukan?

Demikian, terimakasih

Regards,
Arifah
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 04:09
Terimakasih atas pertanyaannya.

Ya, tentu saja, foto dapat dan selayaknya digunakan. Seperti kata pepatah, 'A picture is worth a thousand words'.
Jadi, dalam memilih foto yang akan digunakan, hendaknya foto tersebut bukan hanya 'mempercantik' policy brief, tetapi juga membawa pesan tertentu. Misalnya, foto yang menunjukkan keadaan sebelum dan sesudah suatu kebijakan diterapkan.

Prinsip penggunaan foto untuk sebuah policy brief adalah sebagai berikut:

1. Gunakan foto dengan kualitas gambar yang baik terutama apabila policy brief ini rencananya akan dicetak.

Kualitas gambar yang baik dilihat dari dua perspektif: perspektif teknik pengambilan foto, dan perspektif teknis untuk percetakan.
Dari perspektif teknik pengambilan foto, artinya fotonya cukup terang, tidak buram, dsb. Sebaiknya foto disimpan dengan format TIF atau JPEG yang tertinggi.
Dari perspektif teknis untuk percetakan, biasanya, pihak pencetak akan meminta paling tidak 300 dpi (dpi=dots per inch) atau 300 ppi (pixels per inch)
Artinya, file foto harus dengan dimensi pixel yang cukup untuk dapat menampilkan 300 pixels per inch untuk dimensi dari foto tercetak.
Oleh karena itu, tergantung dari dimensi foto tercetak yang diinginkan, perhatikan apakah file foto Ibu dan Bapak dapat memenuhi persyaratan itu.

PERHATIAN: dpi/ppi ini adalah resolusi foto tercetak. Ini berbeda dengan ukuran file foto (KB atau MB atau GB).
Jadi, perhatikan setting kamera Ibu dan Bapak, berapa resolusi foto (pixel dimension) yang diambilnya.

Untuk mengetahui seberapa besar dimensi foto tercetak yang bisa dihasilkan (dengan kualitas baik) adalah dengan membagi resolusi dengan dpi-nya.
Misalnya:
Sebuah foto dengan pixel 3750x2500 apabila akan dicetak dengan 300 dpi/ppi, maka:
3750/300= 12.5 inches
2500/300= 8.33 inches
Itulah ukuran foto yang maksimal bisa dicetak. Apabila ukuran foto akan diperbesar, otomatis dpi-nya akan turun.

2. Jika memungkinkan, beri keterangan gambar.
3. Jika ini bukan foto pribadi milik Ibu dan Bapak sendiri, pastikan Ibu dan Bapak memiliki ijin untuk menggunakan foto tersebut.


Pertanyaan dari peserta lain adalah mengenai penggunaan grafis.
Berikut kutipan pertanyaannya:


kemarin saya menggunakan pie chart,
karena saya ingin memperlihatkan persentase dari 14 kompetensi, yang jika di total seluruhnya 100%.
tetapi dalam guide yang dilampirkan
"A pie chart can be used to show the percentage distribution of one variable, but only a small number of categories can be displayed, usually not more than six."

jadi tidal boleh lebih dari 6 ?
apakah saya harus menggunakan bar chart?
jika menggunakan bar chart, apakah harus yang persentase terkecil dahulu?
"The data are presented in order from smallest to largest values. It is easy to compare them.
Attention is focused on the minimum and maximum values of the dataset"


Dalam hal ini, kami pribadi berpendapat lebih baik menggunakan bar chart, karena pie chart dengan 14 kategori terlihat sangat 'sesak'. Dan, ya, sebaiknya data di-'sort' agar menampilkan persentase terkecil lebih dahulu. Di halaman 23 dari bahan bacaan disebutkan untuk bereksperimen dengan menggunakan grafis yang berbeda dan membandingkan mana yang terbaik.


Selamat mencoba.
Reply
# Shita Dewi 2015-08-16 04:10
Selamat berjumpa kembali.

Setelah Ibu dan Bapak menambah grafis, foto, ilustrasi, dsb untuk membuat tampilan policy brief lebih menarik secara visual, kini saatnya Ibu dan Bapak memfinalisasi design dengan menambahkan beberapa detil.

Misalnya:

1. Gunakan 'masthead' untuk menonjolkan judul, tanggal policy brief, nomor issue (jika ini adalah bagian dari serial policy brief) dan nama institusi/organisasi. 'Masthead' biasanya diletakkan di bagian atas di halaman pertama, sebagai penarik perhatian.

2. Bila ada nama penulis, sediakan tempat untuk menempatkannya, bisa di bawah judul, atau di footnote, atau di bagian akhir dari policy brief. Jangan lupa sebutkan pula contact detail yang bisa dihubungi. Apabila tidak ada nama penulis, setidaknya sebutkan alamat dan e-mail institusi.

3. Ada beberapa informasi tambahan yang biasanya disertakan di policy brief. Misalnya,

- 'Disclaimer' untuk menyatakan bahwa isi policy brief belum tentu mencerminkan pêndapat dari institusi
- 'Acknowledgement' apabila penelitian didanai oleh pihak tertentu, atau ada pihak-pihak lain yang membantu dalam penulisan atau memberikan masukan yang signifikan terhadap isi policy brief
- 'Copyright' jika perlu
- Penerbit/institusi/organisasi dan informasi mengenai penerbit/institusi/organisasi

4. Referensi. Tidak semua referensi harus ditulis. Ada yang hanya menyertakan empat atau lima referensi kunci. Jika penelitian memiliki dokumen laporan yang lebih lengkap atau naskah publikasi, sebutkan pula.

Berikut ini kami lampirkan beberapa contoh policy brief sebagai acuan. Perhatikan bagaimana policy brief disusun secara menarik, namun sangat informatif, jelas dan tetap ringkas. Perhatikan gaya bahasa yang dipakai. Perhatikan bagaimana cara grafis, ilustrasi dan foto dipergunakan. Atau, jika tidak menggunakan grafis, ilustrasi atau foto pun, perhatikan pula bahwa policy brief tetap di-layout dengan menarik.

Ibu dan Bapak mungkin ada yang cukup beruntung dapat menggunakan jasa disainer grafis untuk 'mempercantik' tampilan policy brief-nya. Tetapi bila tidak, jangan berkecil hati. Ibu dan Bapak dapat melihat contoh-contoh berikut, dan menggunakan prinsip-prinsip yang telah kami sampaikan sebelumnya dan menerapkannya sendiri untuk memperbaiki layout dan tampilan policy brief-nya.

Hari ini adalah hari terakhir pelatihan, dan setelah ini adalah saatnya Ibu dan Bapak mempraktekkan tips-tips yang telah diberikan selama ini.
Seperti yang telah disampaikan oleh panitia, pada saat FKKI, Ibu dan Bapak akan mempresentasikan policy brief ini baik secara lisan mau pun dalam bentuk poster, dan akan tersedia hadiah untuk policy brief terbaik.

Kami ucapkan terimakasih atas partisipasinya dan semoga sukses!
Reply

Add comment

Security code
Refresh