Antisipasi Dokter Asing, Kualitas Dokter Keluarga Harus Ditingkatkan

Menjamurnya dokter asing yang berpraktek di Indonesia harus disikapi secara bijaksana. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas dan kompetensi dokter-dokter Indonesia, khususnya di pelayanan primer, seperti puskesmas, klinik, dan dokter praktek mandiri.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), Armin Nurdin, saat membuka seminar bertajuk Jaminan Kesehatan Nasional Berbasis Promotif dan Preventif, di Jakarta, Minggu (27/10). Seminar ini diikuti 300 peserta yang sebagian besar adalah dokter praktek umum.

Armin mengatakan, di era persaingan bebas dan kesepakatan masyarakat ASEAN 2015 memungkinkan dokter-dokter asing bebas masuk ke Indonesia. Diperkirakan sedikitnya 870 dokter asing yang akan berpraktik sebagai dokter "home visit" atau dokter kunjung keluarga.

Mereka membawa berbagai perlengkapan kesehatan yang sangat memadai dan siap bersaing dengan dokter-dokter Indonesia.

"Tidak ada jalan lain, selain terus menerus berupaya memperbaiki kualitas dokter-dokter kita, khususnya dokter layanan primer menjadi dokter keluarga," kata Armin.

Di samping itu, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan dilaksanakan pada 1 Januari 2014 mengharuskan para dokter layanan primer memahami konsep dokter keluarga.

Keberadaan dokter keluarga dinilai mampu meningkatkan peran keluarga dalam menjaga kesehatan dan mencegah kesakitan. Dengan demikian beban pembiayaan akibat pengobatan bisa ditekan.

"Kalau masyarakatnya tahu cara memelihara kesehatan, mereka jarang sakit. Kalau jarang sakit, klaim asuransi tidak banyak terpakai, yang artinya ada penghematan dalam hal biaya kesehatan masyarakat. Makanya, pada sistem asuransi kesehatan massal seperti JKN, keberadaan dokter keluarga sangat penting," kata Armin.

Sayangnya, kata dia, dari 80.000 dokter praktek umum atau dokter layanan primer yang ada di Indonesia, baru sekitar 5.000 di antaranya yang memiliki pemahaman baik tentang perannya sebagai dokter keluarga.

Sementara di banyak negara, konsep dokter keluarga sudah sangat populer. Hal itu dikarenakan masyarakatnya sudah paham bahwa penanganan oleh satu dokter yang dipercaya biayanya jauh lebih irit dan risiko juga jauh lebih kecil ketimbang harus berganti-ganti dokter.

Dokter keluarga, tambah Armin, adalah dokter praktek umum. Hanya dalam prakteknya, para dokter keluarga menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dengan empat prinsip pokok.

Pertama, meski istilahnya adalah dokter keluarga, pelayanan yang diberikan bersifat personal (invidual), bukan keluarga. Kedua, pelayanannya juga bersifat primer artinya hanya melayani sebatas dokter pelayanan primer.

Ketiga, bersifat komprehensif atau senantiasa mengupayakan pelayanan bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta keempat adalah berlangsung kontinyu atau kesinambungan pelayanan.

Pemahaman serta keahlian ini, kata Armin, yang akan terus diupayakan PDKI bersama induk organisasinya yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

"Jangan sampai seseorang dilayani oleh banyak dokter, sehingga mengulang pelayanan, pemeriksaan dan beragam jenis obat. Ujung-ujungnya biaya pengobatan menjadi sangat mahal," ucapnya.

Pelatihan dokter keluarga bagi para dokter layanan primer yang digagas PDKI akan berlangsung mulai minggu depan sampai tiga tahun ke depan. Dikatakan Armin, sedikitnya 15.000 dokter akan disasar dalam pelatihan dokter keluarga.

sumber: www.beritasatu.com