Keynote Speech: Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Indonesia

Webinar hari kedua diawali dengan keynote speech yang disampaikan pihak Universitas Syiah Kuala pada Kamis, 10 Oktober 2019,.Dr. Hizir sebagai Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat memaparkan tentang perspektif pengembangan kesehatan dan kedokteran Unviersitas Syiah Kuala diharapkan dapat berdampak bagi di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalem. Pengembangan pendidikan harus sejalan dengan pengembangan pendidikan di tingkat nasional. Pengembangan pendidikan ini harus menitikberatkan pada daya kompetensi dari pelajar itu sendiri, agar dapat bersaing pada tingkat nasional dan internasional. Selanjutnya, kita berharap bahwa peserta didik dapat menerjemahkan pengetahuan, budaya dan teknologi menjadi produk yang berguna untuk masyarakat dan industri. Produk tersebut merupakan inovasi yang akan mengembangkan kapasitas ekonomi.

Dr. Hizir menjelaskan tentang sistem kesehatan akademik atau “Academic Health System” (AHS) adalah jaringan organisasi yang terdiri dari fakultas kedokteran dan kesehatan, rumah sakit pendidikan, lembaga penelitian, sektor swasta, dan / atau pemerintah daerah, yang menjadi bagian dari integrasi sistem pendidikan kesehatan untuk memberikan hasil kesehatan terbaik kepada masyarakat melalui kesehatan pendidikan dan penelitian translasi yang akan berdampak pada peningkatan kualitas berkelanjutan untuk kesehatan. Misi utama dari pengembangan AHS adalah peningkatan kualitas dalam layanan education research yang berkelanjutan. Dr Hizir menambahkan bahwa kita harus mengidentifikasi bagaimana produk pendidikan kesehatan ini dapat diserap. Profesi seperti dokter, dokter gigi dan keperawatan menjadi profesi yang lebih mudah diserap di lapangan dibandingkan dengan kelompok kesehatan lainnya. Situasi ini tidak hanya menjadi isu di Kementerian Pendidikan, tetapi juga harus menjadi fokus dari kementerian kesehatan dan stakeholder terkait termasuk Industri.

Indonesia menghadapi tantangan dalam model AHS yang bervariasi. Tantangan pertama adalah harmonisasi regulasi antar sektor untuk formulasi aspek kelegalan AHS yang kuat. Keinginan kita sangat kuat untuk menerapkan AHS, namun belum ada regulasi. Kita harus mempunyai strong leadership untuk bisa mendorong terlaksananya model ini lebih cepat. Tantangan yang kedua, harmonisasi budaya organisasi diantara institusi tersebut. Jepang berhasil mengintegrasi teknologi yang tinggi, inovasi dan mempertimbangkan konteks daerah, sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup masyarakatnya. Indonesia memiliki 5 provinsi yang asimetri diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Papua dan Papua Barat, sehingga konteks khususnya ini menjadi catatan yang implementasi kebijakan nasional. Tidak semua kebijakan nasional tidak dapat diterapkan di Aceh.

Dr Hizir menutup keynote speech - nya dengan menjelaskan kondisi Universitas Syiah Kuala dalam pengembangan sistem kesehatan. Sejarah pendirian Fakultas Kedokteran Unsyiah dimulai pada 1982 dan hingga sekarang sudah memiliki 10 program dokter spesialis. Unsyiah telah memiliki fakultas kedokteran gigi pada 2011 dan fakultas keperawatan pada 2015. Unsyiah juga menginisiasi pendirian dokter keluarga dengan bekerja sama dengan McMaster University. Hizir mengharapkan dengan hadirnya dokter keluarga dapat mengurangi pengeluaran negara dalam skema jaminan kesehatan nasional, karena akan mengurangi rujukan ke dokter spesialis. Unsyiah juga telah memiliki sejumlah kerja sama dengan the big university in Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Unversitas Hasanudin, dan Universitas Airlangga.

Reporter: Biljers Fanda

© Copyright 2019 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Search