Reportase Pelatihan Jurnalistik 2: Menerjemahkan Hasil Kajian Kebijakan/Ekonomi Kesehatan Menjadi Tulisan Opini

Reportase Pelatihan Jurnalistik 2: Menerjemahkan Hasil Kajian Kebijakan/Ekonomi Kesehatan Menjadi Tulisan Opini

PKMK UGM – Selasa 12 Mei 2020, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FKKMK) Universitas Gadjah Mada  (UGM) menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik bertajuk ‘Menerjemahkan Hasil Kajian Kebijakan/Ekonomi Kesehatan Menjadi Tulisan Opini’. Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan Health Financing Activity (HFA), program yang diselenggarakan oleh United States Agency for International Development United States Agency for International Development (USAID) dan Thinkwell bekerjasama dengan PKMK FKKMK UGM.

Pelatihan jurnalistik ini merupakan kelanjutan dari sesi pelatihan jurnaistik satu bertajuk ‘Menerjemahkan Hasil Kajian Kebijakan/Ekonomi Kesehatan Menjadi Produk Jurnalistik’ yang diselenggarakan pada Selasa 28 April 2020. Pelatihan yang diselenggerakan via daring menggunakan aplikasi Zoom ini diikuti oleh 26 orang peserta dari kalangan Young Health Economist (YHE) dan peneliti di bidang kebijakan/ekonomi kesehatan.

Sama seperti pelatihan jurnalistik sesi satu, pelatihan jurnalistik sesi dua ini bertujuan memberi pengetahuan dan skill menulis kepada YHE dan peneliti kebijakan/ekonomi kesehatan agar mampu mempublikasikan opini berbasis hasil penelitian di media. Narasumber dalam pelatihan ini adalah Dosen Ilmu Komunikasi UGM dan peneliti PR2Media Engelbertus Wendratama, Deputy Opinion Editor The Jakarta Post Ati Nurbaiti dan Senior Health Specialist USAID HFA Prih Sarnianto.

Panitia dari PKMK FKKMK UGM membagi sesi pelatihan menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peserta diajak untuk membahas hasil tulisan dari pelatihan jurnalistik satu yang telah dikirim ke ahli jurnalistik yakni Bapak Engelbertus Wendratama. Dosen Ilmu Komunikasi UGM ini mengajak peserta melihat struktur tulisan salah seorang  peserta pelatihan jurnalistik satu. Peserta diberikan saran mengenai cara membuat leads, menyusun isi tulisan hingga membuat kesimpulan.

Dalam pelatihan jurnalistik dua, Engelbertus Wendratama juga memberikan masukan yang lebih practical. Ia pun menampilkan contoh tulisan opini yang baik dan benar. Agar mempermudah peserta memulai menulis opini, Engelbertus Wendratama juga menyampaikan tips editing agar tulisan peneliti lebih membumi dan mudah dipahami orang awam. “Pertama harus sederhana dan menghindari jargon akademik. Kedua bisa juga menampilkan istilah baru yang mudah dipahami. Ketiga menghindari kalimat pasif. Terakhir kisah kita sebaiknya berfokus di sekitar manusia, real people,” ujar Engelbertus Wendratama.

Pada sesi dua, Bapak Prih Sarnianto memberikan wawasan kepada peserta mengenai pemrosesan opini dari sudut pandang media. Akademisi yang lama berkecimpung di Swa Magazine ini menceritakan pengalamannya saat menyeleksi tulisan yang dikirim masyarakat umum ke majalah tempat ia pernah bekerja. “Kami menilai opini bagus bukan hanya dari kontennya, namun juga dari cara penyampaian. Karena kalau majalah menyampaikan dengan cara biasa saja tidak akan dibaca orang,” ujar Prih Sarnianto.

Pria yang akrab disapa Pak Prih ini menyatakan bahwa media memiliki kebijakan yang berbeda dalam menerima tulisan opini. Ada media yang menerima tulisan opini dari masyarakat luas, namun ada juga yang memilih menghubungi profesional atau tokoh tertentu untuk mendapatkan opini. Lebih lanjut, Prih Sarnianto juga menyampaikan cara menulis opini yang efektif antara lain; be specific, menyampaikan prespektif dan ide yang baru dan fresh, serta menuliskan secara ringkas.

Di sesi ketiga, Deputy Opinion Editor The Jakarta Post Ati Nurbaiti menambahkan tips dan trik menulis opini agar diterima di media. Wartawan senior ini menyampaikan bahwa tulisan di media yang pertama mengecek argumen yang akan dituliskan ke media. Kedua, format tulisan tidak seperti paper. Ketiga penting untuk mengecek media asing guna mendapat informasi yang relevan dari sudut pandang global. Keempat, bisa menyampaikan pengalaman peneliti dalam tulisan opini. Ati Nurbaiti juga mendorong peserta yang notabene ialah peneliti dan akademisi untuk menyampaikan opini ke media. “Pergunakanlah media sebagai jembatan antara keahlian anda dengan publik yang banyak tidak tahu,” ujar Ati Nurbaiti.

Guna memberikan kesempatan kepada peserta untuk berlatih menulis opini, panitia mempersilakan peserta mengirimkan opini hingga 22 Mei 2020. Peserta akan dibimbing oleh Bapak Engelbertus Wendratama guna menciptakan opini yang memiliki konten bagus dan cara penyampaian yang efektif. Lebih lanjut, panitia memberikan informasi ke peserta mengenai media yang menerima opini. Peserta juga dipandu mengenai tata cara mengirim tulisan ke media.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *