Modul 3.A. Berbagai cara penyampaian hasil riset kebijakan. 26 - 28 Desember 2012

Untuk dapat mengkomunikasikan hasil-hasil riset kebijakan, terdapat empat hal dasar yang perlu diingat:

  1. Mendefinisikan isu : pengidentifikasian isu kebijakan secara efektif

    Salah satu tugas pertama peneliti adalah memastikan bahwa isu-isu yang terkait dengan kebijakan yang menjadi dasar penelitian telah didefinisikan dan diartikulasikan dengan jelas. Untuk meningkatkan relevansi isu, faktor eksternal dapat dilibatkan di dalam proses ini. Semakin jelas isu didefinisikan, semakin mudah pengidentifikasian potensi kemanfaatan dari hasil riset dan semakin mudah untuk membangun hubungan komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Jadi, sangat penting untuk mengidentifikasi pertanyaan kebijakan sejak awal riset.

  2. Transfer pengetahuan: dialog dua arah

    Untuk melakukan transfer pengetahuan dengan lebih baik dibutuhkan sebuah cara yang melebihi model diseminasi satu arah di mana peneliti menyajikan hasilnya. Peneliti seharusnya secara aktif mengembangkan dialog dengan para penerima manfaat riset (misalnya pembuat kebijakan dan masyarakat luas). Relevansi dan dampak dari pengetahuan dapat di transformasikan melalui keterlibatan. Istilah "Keterlibatan" menjadi pilihan kata untuk menunjukkan komunikasi aktif dua arah.

  3. Kerja sama tim: menciptakan tim komunikasi dan diseminasi yang benar

    Tim diseminasi seharusnya melibatkan paling tidak satu anggota, yang bekerja sama dengan koordinator, yang bertanggung jawab membuat materi diseminasi yang terkait dengan kebijakan. Karena pentingnya tugas pengkomunikasian kebijakan ini, maka kemampuan menulis yang sangat baik diperlukan.

  4. Mengidentifikasi audien: kelompok target yang relevan

    Untuk siapa riset ini penting? Pertanyaan tersebut harus ditanyakan berulang-ulang selama penelitian untuk mendapatkan jawaban yang mengungkapkan dengan siapa persisnya peneliti harus berkomunikasi. Hal ini sederhana, namun merupakan cara yang efektif untuk mengidentifikasi audien.

Setelah memahami keempat hal dasar tersebut, barulah kita memilih saluran apa yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan hasil riset kita kepada audien yang dituju.


Modul 3.A.1 Policy Brief

  Deskripsi

Sebagaimana implikasi istilah policy brief, bentuk publikasi ini secara spesifik ditujukan untuk memberikan orientasi untuk mereka yang menghadapi masalah yang terkait dengan kebijakan baik dalam tataran praktis maupun teoritis.Dari seluruh publikasi sebuah penelitian riset, policy brief adalah yang paling mungkin untuk dibaca pertama kali dalam siklus/proses pembuatan kebijakan. Jika kita berhasil menangkap kepentingan pengambil keputusan melalui dokumen ini, maka besar kemungkinan temuan kita akan masuk di dalam perdebatan pembuatan kebijakan. Sebaliknya jika sebuah penelitian gagal menghasilkan policy brief yang meyakinkan, kapasitas temuan untuk mendukung proses pembuatan kebijakan akan jauh berkurang. Policy brief hanya dapat sebagus penelitian yang mendasarinya. Namun demikian, keberhasilannya juga bergantung pada seberapa baik hasilnya dipresentasikan. 

  Tujuan Pembelajaran

Memahami prinsip-prinsip dasar penyusunan policy brief untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada pembuat kebijakan.

 

  Isi Modul

Policy brief secara sederhana adalah alat untuk menjelaskan secara singkat arti penting hasil penelitian. Policy brief untuk penelitian yang sedang berlangsung atau yang sudah selesai akan sama saja bentuk dan gayanya. Karena ditujukan untuk audien yang awam, penulisannya harus singkat dan dapat dimengerti, harus cenderung ke "profesional" dari pada "teknis". Informasi harus terorganisasai secara logis dan bebas dari jargon. Kalimat-kalimat yang panjang (lebih dari 30 kata) dan kalimat majemuk bertingkat sebaiknya digunakan hanya seperlunya; penggunaan catatan kaki harus dihindari. Akronim harus digunakan dengan bijaksana dan dijelaskan di awal penggunaannya.

Lima bagian policy brief

  1. Pendahuluan
    Deskripsikan secara ringkas masalah kebijakan yang relevan dan kaitkan bukti dengan apa yang harus dilakukan untuk menanganinya (maksimal 1 halaman).
  2. Bukti dan Analisis
    Hasil temuan yang paling relevan dengan kebijakan dengan orientasi kontekstual dasar (berkisar antara 3 sampai 4 halaman).
  3. Implikasi kebijakan
    Nyatakan implikasi kebijakan dari temuan dan, bila sesuai, tawarkan rekomendasi (1 sampai 2 halaman)
  4. Parameter riset
    Jelaskan tujuan dan metodologi penelitian (1 halaman).
  5. Identitas penelitian
    Sediakan rincian mengenai siapa pelaksana riset, pendanaan, kerangka waktu, dll. (1 halaman).

Kekuatan halaman satu

Halaman satu dari policy brief menyajikan penelitian kebijakan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Isinya mengidentifikasi tema penelitian, menguraikan masalah utama kebijakan yang dirancang/dianalisis, memperkenalkan temuan kunci dan mengadvokasi serangkaian tindakan.

Penulisan judul

Ingat: Singkat dan pilihan kata yang cerdas adalah kunci dari judul yang baik. Judul yang panjang yang secara lengkap menjelaskan topik namun membosankan akan membuat pembaca bingung dan tidak akan menguntungkan siapapun. Sama buruknya, judul yang terlalu pendek akan gagal mengidentifikasi topik atau arah penelitian secara akurat. Penulisan judul membutuhkan imajinasi dan kemampuan.

Pendahuluan

Mulailah dengan sebuah paragraf yang menjelaskan tantangan kebijakan yang spesifik di mana penelitian yang dilakukan dibuat untuk menjawab tantangan tersebut.Bagian ini harus secara ringkas menyatakan tujuan utama dari penelitian.

Setelah mengidentifikasi tujuan utama penelitian, langkah berikutnya adalah membandingkannya dengan status quo. Beberapa observasi kunci dari penelitian akan berperan di sini. Tergantung pada penemuan penelitian, penilaian yang sangat singkat tersebut mungkin akan mengakui progres yang sedang berlangsung, namun lebih kepada identifikasi kekurangan, kesulitan, dan risiko.

Pendahuluan harus memiliki simpulan dengan sebuah paragraf yang menjelaskan implikasi utama dari temuan riset. Jika sesuai, pendahuluan harus diakhiri dengan sebuah daya tarik untuk melakukan serangkaian tindakan, memberi alasan untuk rekomendasi dan potensi keuntungannya.

Bukti dan analisis

Ini adalah inti dari ringkasan keabijakan. Bagian bukti dan analisis memuat informasi mengenai kebijakan yang paling penting yang telah dihasilkan oleh penelitian: data empiris dan analisis – dengan kata lain pengetahuan baru.

Pada umumnya para pembuat kebijakan menyukai riset yang:

  1. Menyediakan data empiris yang solid dan terkini
  2. Mengidentifikasi tren
  3. Mengantisipasi tantangan potensial
  4. Mengembangkan alat untuk pengukuran
  5. Mengevaluasi efektivitas kebijakan

Usahakan untuk menciptakan komposisi yang koheren tetapi jangan ragu untuk memasukkan observasi yang "berdiri sendiri" jika relevansinya kuat.

Implikasi kebijakan dan rekomendasi

Semua usulan yang ditawarkan memperoleh otoritasnya dari keunggulan penelitian dan kejujuran dari peneliti yang menghasilkannya. Untuk para peneliti yang membuat rekomendasi, ini adalah sebuah kesempatan untuk "membuat perbedaan" dan secara langsung mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.Penelitian yang menghasilkan rekomendasi kebijakan harus memperhatikan kenyataan bahwa kegunaan dari saran sangat bergantung pada seberapa spesifik saran tersebut.

Pengorganisasian – pengelompokan implikasi

Tergantung pada penelitian risetnya, implikasi kebijakan mungkin dapat disusun secara tematis, geografis, atau secara institusional.

Menyatakan relevansi kebijakan

Policy brief sering kali menawarkan saran yang diwujudkan dalam bentuk rekomendasi. Pada penelitian yang sedang/masih berlangsung, temuan akan bersifat sementara dan rekomendasi yang diberikan dengan syarat kondisional.

Bila sesuai, peneliti dapat menggunakan policy brief final sebagai sebuah kesempatan untuk mengartikulasikan rekomendasi berdasarkan temuan. Jelas bahwa rekomendasi ini tidak mengikat, namun rekomendasi dapat menyediakan orientasi yang berharga untuk para pembuat kebijakan.

 

  Bahan belajar

SUPPORT Tools for evidence-informed health Policymaking (STP)1: What is evidence-informed policymaking? 
Andrew D Oxman, John N Lavis, Simon Lewinand Atle Fretheim. Health Research Policy and Systems 2009, 7(Suppl 1):S1

Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/7/S1/S1

Increasing the use of evidence in health policy: practice and views ofpolicy makers and researchers
Danielle M Campbell, Sally Redman, Louisa Jorm, Margaret Cooke,Anthony B Zwi and Lucie Rychetnik. Australia and New Zealand Health Policy 2009, 6:21

Dapat diakses di: http://www.anzhealthpolicy.com/content/6/1/21

SUPPORT Tools for evidence-informed health Policymaking (STP)13: Preparing and using policy briefs to support evidence-informedpolicymaking
John N Lavis, Govin Permanand, Andrew D Oxman, Simon Lewin andAtle Fretheim. Health Research Policy and Systems 2009, 7(Suppl 1):S13

Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/7/S1/S13

Exploring evidence-policy linkages in health research plans: A casestudy from six countries
Shamsuzzoha B Syed, Adnan A Hyder, Gerald Bloom,Sandhya Sundaram, Abbas Bhuiya, Zhang Zhenzhong, Barun Kanjilal,Oladimeji Oladepo, George Pariyo, David H Peters and Future Health Systems: Innovation for Equity. Health Research Policy and Systems 2008, 6:4

Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/6/1/4

 

Contoh Health Policy Brief