PKMK-Vietnam. Pertemuan tahunan HMA pada tahun 2025 diselenggarakan di Ho CHi Minh City Vietnam, 10 – 11 September 2025. Dihadiri 1200 peserta dengan 65% peserta adalah CEO RS di Asia. Saya diundang sebagai salah satu juri dalam Hospital Management Asia (HMA). Seperti diketahui HMA menyelenggarakan Award di berbagai kategori. Posisi sebagai juri ini sudah sekitar 10 tahun saya lakukan bersama HMA. Pengamatan saya memang partisipasi RS-RS Indonesia dalam Award masih kurang, walaupun saat ini sudah semakin membaik.

Sebagai latar belakang pertemuan, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi kesehatan telah menjadi fokus perhatian di HMA. Hal ini mencerminkan transformasi digital yang pesat di berbagai rumah sakit di Asia. HMA 2025, tetap fokus ke prinsip-prinsip inti manajemen rumah sakit: kualitas dan keselamatan dan pengalaman pasien, serta kepemimpinan yang efektif. Ini adalah tema HMA 2025
Pidato Pembukaan oleh Wakil Menteri Kesehatan Vietnam:

Selamat datang untuk 1200 peserta. Pemerintah Vietnam bekerja bersama dengan RS-RS di Asia harus menjawab tantangan pelayanan seperti semakin tuanya warga, berkembangnya penyakit-penyakit tidak menular dan menular, climate change, sampai adanya kekurangan SDM. RS harus menjadi pusat inovasi pelayanan kesehatan, AI, pengembangan teknologi tapi harus tetap menjaga keberlangsungan sistem kesehatan.

Partai komunis Vietnam berusaha mengembangkan sistem kesehatan. Ada berbagai Resolusi dari Polit Biro untuk pengembangan riset, teknologi kedokteran dan juga private sector. Terdapat pula resolusi untuk pengembangan quality standard framework sesuai dengan benchmark internasional. Digital transformation dikembangkan termasuk e-MR telehealth, pengembangan SDM agar masuk lebih dalam ke daerah remote. Seluruh bagian SDM kesehatan harus mengikuti petuah Bapak Negara HoChiMinh, dan tetap menghargai perkembangan teknologi.
Kami mengakui bahwa sistem kesehatan Vietnam belum maksimal, ,masih banyak kekurangan. Daerah-daerah terpencil masih kekurangan SDM Kesehatan. Askes pemerintah dan swasta masih belum terkoordinasi, dan masih ada kekurangan koordinasi
Oleh karena itu tema seminar saat ini sangat penting. Kami harus belajar dari kasus-kasus yang dibahas di seminar ini, agar terjadi transformasi yang lebih cepat. Saya percaya dengan adanya pembicara-pembicara ahli termasuk dari lnternasional dapat mengembangkan mutu pelayanan di Vietnam. Dengan ini saya buka secara resmi pertemuan ini. Sukses selalu.
Dirjen Pelayanan Medis Kemenkes Vietnam membahas mengenai Digital Transformation.
Beberapa slidenya dapat dilihat sebagai berikut



Talkshow:
Yesterday’s lessons, today practice and tomorrow innovation for hospital leadership;
Talkshow dibuka oleh moderator:
Apa pelajaran dari pengalaman hidup anda?
Jawaban:
Dr. Lisa menjawab bahwa dia sudah bekerja sebagai ahli bedah dan manajer RS mulai 2010-an di Florida di RS untuk anak-anak. Pada waktu itu, terjadi pengalaman buruk mengenai hasil operasi terutama pediatric cardiology outcome. Kami menemukan beberapa ahli bedah jantung yang tidak bagus proformance. Kemudian kita lakukan perbaikan dengan detil. dimana semua RS dan ambulatory-nya harus mempunyai koneksi yang baik. Kami perbaiki pillar by pillar. Budaya mutu yang masih jelek kami perbaiki.
M: Apa peran leadership?
J: Penting sekali leadership. Kepemimpinan terkait dengan orang. Para staf harus diberi tool dan insight untuk bekerja on behaltf patient. Struktur dan proses diperbaiki.Semua SDM harus melihat apakah ada masalah dan memberi tahu untuk perbaikan.
M: Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu?
J: Kita harus menemukan gap yang ada dan dari front line SDM untuk memperbaiki sistem. Kita perbaiki budaya kerja untuk melayani pasien ke seluruh SDM.
M: Wah ini merupakan pengalaman yang membutuhkan kerja keras, anda harus mengawasi tempat-tempat yang jauh banyak pegawai. Bagaimana anda bekerja sehari-hari dalam seminggu?
J: Setiap hari memang saya harus mengawasi seluruh fungsi korporasi Ini juga mencakup pelayanan dan pendidikan serta riset. Harus mengurangi friksi antar unit. Di level korporat harus mengatur semua sistem manajemen dengan baik, secara sentralisasi. Ada tanggung jawab berat. Setiap minggu saya mengunjungi berbagai titik distribusi, supply chain untuk 5 RS, kemudian juga harus melihat ke seluruh praktek. Untung saya masih sebagai dokter bedah. Ini menyangkut kepemimpinan klinik. Clinician leaders harus ada untuk melihat berbagai kekurangan. Sebagai dokter bedah saya mempunyai pengalaman operasional termasuk mendeteksi kesulitan komunikasi antar unit dan memperbaiknya.
M: Bagaimana mengembangkan SDM? Apakah sebuah perjuangan keras?
J: Ya, banyak waktu untuk mengelola SDM agar mencegah burnt out dan ada 40 ribu SDM, banyak sekali dan kita masih kekurangan banyak SDM. Kami terus senantiasa melakukan survei SDM. Para manajer harus tahu detil mengenai stafnya. Ada check list untuk melihat SDM. Juga untuk mellihat lisensi agar task-nya dapat tepat. Pendidikan staf juga harus ada proses pengembangan banyak sekali pilihan pendidikan. Ada jalur untuk pengembangan ke depan. 5 tahun ke depan harus menjadi apa, per;u direncanakan.
M: Bagaimana dengan burnt out medical staff. Juga pasien yang datang dengan Google ada paper work yang harus diselesaikan. Apa strategi untuk meringankan beban mereka?
J: Bagaimana kita bisa mengembangkan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah burnt out. Kami ada alat bantu berupa ambience listening system. Ada 4 ribu dokter yang mempunyai akses pada sistem ini. Alat ini untuk mengurangi beban menulis laporan dan melihat layar komputer.
M: Bagaimana dengan digital AI.
J: Saat ini memang AI menjadi top-buzz para eksekutif. AI adalah obyek yang harus kita bahas sekarang dan di masa mendatang dalam konteks digital transformation. Pasien mempunyai segala pengetahuan dengan pakai Google termasuk AI. Bagaimana mereka dapat dimudahkan untuk mengatur jadwal, akses pelayanan, seluruh MR dapat diakses pasien melalui telpon.. bagaimana mereka bisa terlibat ke penanganan medik. Kita harus menyiapkan telemnedicine untuk pasien. Outside of hospital, at home. Bagaimana mendapatkan acut-care tetapi tetap di luar RS (homecare). AI selalu ada dan menjadi alat operasional untuk berbagai aspek manajemen. termasuk antara lain supply-chain management, services dan scheduling. Powerfull tool for us. AI banyak membantu untuk predicted analysis tentang overload. More patient less hospitals, bagaimana situasi over loaded ini dapat ditangani. Bagaimana schedule dapat diperbaiki. AI berguna.
M: Tentang robotic surgery bagaimana?
J: Teknologi ini bagus tapi ada beberapa kelemahan. Sebuah tambahan teknologi itu Tapi untuk jangka panjangnya ada kecenderungan mengarah ke medioker untuk para ahli bedahnya. Jadi harus hati-hati menggunakan teknologi robotik untuk bedah.
M: Apa pedoman untuk menggunakan teknologi?
J: Kami menggunakan sistem tata kelola ketat untuk pemilihan teknologi. Tidak bisa untuk 40 ribu karyawan kemudian ada 40 software. Ada semacam proses uji-coba juga dalam pelaksanaannya.
M: Untuk ke depan, apa konsep-konsep dasar untuk leadership?
J: Sistem kesehatan sangat kompleks. Konsep-konsep dasar yang harus diikuti antar lain: Mindfull…Mempunyai Visi, dapat mengartikulasikan dan mewujudkan visi, mempunyai strategi, mempunyai ketrampilan membangun hubungan baik dan kolaborasi, mempunyai komunikasi yang baik. dan mampu mengelola orang. Saya memimpin banyak orang dan hasilnya bukan hanya kinerja saya. Tapi hasil bersama sebagai tim, juga pemimpin kesehatan yang baik harus mempunyai pengaruh di masyaakat umum. Kita juga harus aktif dalam memperbaiki indikator Social Determinants untuk kesehatan. Kita sebagai pemimpin di RS harus bisa bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin di masyarakat dan juga mengembangkan kerjasama pemerintah dengan swasta.
Terimakasih
Penulis Laporan:
Laksono Trisnantoro (UGM)