Ischemic heart disease (IHD) dan stroke merupakan penyebab utama kematian global, dengan masing-masing menyumbang jutaan kematian setiap tahun. Sebuah studi meneliti ketimpangan layanan kesehatan dan luaran klinis IHD serta stroke berdasarkan jenis kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) di Indonesia. Analisis dilakukan pada lebih dari 30.000 klaim rawat inap pasien IHD dan stroke periode 2017–2022.
Hasil menunjukkan bahwa peserta PBI APBN dengan IHD memiliki akses lebih rendah terhadap tindakan PCI, meski tidak signifikan secara statistik, sedangkan akses CT scan untuk pasien stroke relatif merata. Lama rawat inap berbeda antar kelompok, dimana PBI APBN lebih lama untuk IHD tetapi lebih singkat untuk stroke. Biaya klaim jauh lebih tinggi pada kelompok non subsidi (BP, PBPU, PPU) dibanding PBI APBN. Pasien IHD non-subsidi memiliki risiko lebih rendah untuk kasus berat dan mortalitas dibanding kelompok PBI APBN. Demikian pula, pasien stroke non subsidi menunjukkan odds mortalitas lebih rendah dibanding kelompok termiskin. Temuan ini menyoroti kesenjangan nyata dalam akses dan hasil layanan antara peserta subsidi dan non subsidi. Intervensi kebijakan diperlukan untuk memperbaiki akses, mutu perawatan, serta promosi kesehatan masyarakat guna mengurangi beban IHD dan stroke di kelompok miskin.
Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1186/s41256-025-00432-y