Popularitas rokok elektronik (e-cigarette) di kalangan remaja Indonesia menambah tantangan kesehatan publik di tengah beban tembakau yang sudah tinggi. Meski regulasi tembakau ada, e-cigarette masih minim pengaturan sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait dampak kesehatan dan daya tarik bagi anak muda. Studi ini menganalisis prevalensi, faktor penentu, dan persepsi penggunaan e-cigarette pada pelajar SMA dan mahasiswa. Survei daring tahun 2019 melibatkan 158 responden usia 15–30 tahun di 17 provinsi. Sebanyak 36,2% pernah merokok, dan 65,2% di antaranya sudah mencoba e-cigarette.
Faktor utama penggunaan meliputi jenis kelamin laki-laki, tinggal di perkotaan, pengaruh teman sebaya, dan penerimaan sosial terhadap merokok. Banyak peserta menganggap e-cigarette lebih aman daripada rokok biasa dan bisa membantu berhenti merokok, meski bukti ilmiah masih bertentangan. Temuan ini menunjukkan e-cigarette cukup marak di kalangan muda karena faktor sosial dan salah persepsi tentang keamanannya. Diperlukan regulasi yang lebih kuat dan kampanye kesehatan publik untuk mengurangi risiko serta memperkuat upaya pengendalian tembakau.
Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s10900-025-01442-0