No Indonesian haj pilgrims infected with Coronavirus: Minister

Health Minister Nafsiah Mboi says that so far no Indonesian haj pilgrim has been infected with Coronavirus, or Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV).

“We are grateful that so far, no Indonesian haj pilgrim has been infected with the Coronavirus, and hopefully, no one will suffer from the illness until all of them have returned back to Indonesia,” said Nafsiah in Jakarta on Monday as quoted by Antara news agency.

The minister said she received health reports on Indonesian haj pilgrims every day and several groups of the pilgrims had returned to Indonesia with no cases of Coronavirus being reported among them.

“Before their departure, the haj pilgrims had been asked to be vigilant against the Coronavirus and all haj officials have been trained on how to deal with the problem,” said Nafsiah.

The officials, she said, were trained to be able to recognize as early as possible MERS-CoV-infected people through certain signs and symptoms, such as high fever.

“We will stay on alert, however,” said Nafsiah.

Previously, the Health Ministry’s director general of disease control and environmental health, Tjandra Yoga Aditama, said health officials had been instructed to continue to monitor the haj pilgrims until two weeks after their arrival in Indonesia to make sure there was no evidence of developing infection. (ebf)

source: www.thejakartapost.com

 

Bantuan 130 Juta Dolar untuk Tanggulangi AIDS, Malaria dan TB

Indonesia kembali menerima dana bantuan dari Global Fund untuk penanggulangan AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Dana sebesar 130 juta dollar AS tersebut akan diberikan mulai 2014 hingga 2019.

Dana ini akan digunakan untuk upaya pencegahan maupun pengobatan 3 penyakit dengan angka infeksi tertinggi di Indonesia tersebut . Sebelumnya pada 2003, Indonesia telah bekerja sama dengan Global Fund menangani penyakit yang sama.

Pada 2003 sejumlah provinsi menerima bantuan dari Global Founds. Untuk pengobatan TB, semua propinsi di Indonesia memberoleh bantuan obat. Bantuan diberikan sampai proses pengobatan selesai, selama kurang lebih 6 bulan.

Sementara untuk penanggulangan AIDS, pasien yang terinfeksi virus HIV mendapat terapi obat antiretroviral. Sedangkan untuk malaria, bantuan diberikan sebagai upaya pencegahan dalam bentuk kelambu berinsektisida.

Sejak 2003 hingga Oktober 2013 tercatat 1,3 juta kasus baru TBC telah dideteksi dan diobati. Sebanyak 8,8 juta orang menerima bantuan kelambu berinsektisida. Selain itu, sejumlah 29 ribu orang mendapat terapi antiretroviral.

Pemberian bantuan dinilai efektif mengendalikan 3 penyakit tersebut. “Angka penularan AIDS, malaria, dan TBC berhasil ditekan, sehingga kerjasama ini dilanjutkan,” kata Menteri Kesehatan RI yang juga Ketua Dewan Global Found, Nafsiah Mboi, pada konferensi pers di Jakarta, Senin (21/10/2013).

Penurunan paling besar terjadi pada angka infeksi penyakit TBC. Setelah sebelumnya penyakit ini memiliki sebaran 450 per 100 ribu penduduk, pada 2012 jumlah ini menjadi 285 per 100 ribu penduduk. Sementara untuk malaria rata-rata angka sebaran adalah 1,75 per 100 ribu penduduk. Untuk AIDS jumlah penderita yang terdata sejak 2003-2012 adalah 43.600 jiwa.

Untuk bantuan Global Fund yang akan dikucurkan pada 2014, belum ditentukan program ataupun pencanangan targetnya. “Penanganan AIDS, malaria, dan TBC untuk dana 2014 belum dibahas. Perencanaan ini akan disesuaikan dengan perencanaan strategis nasional yang kita miliki. Namun mungkin ada beberapa yang tetap,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementrian Kesehatan RI, Untung Suseno Sutarjo.

Rencana yang kemungkinan tetap adalah penanggulangan malaria di 6 provinsi di Indonesia. Propinsi tersebut adalah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Bangka Belitung. Hal ini dikarenakan angka sebaran malaria yang masih tinggi yaitu 40-80 per 1.000 penduduk.

Selain untuk penanggulangan AIDS, malaria, dan TB, Global Fund juga mengucurkan 20 juta dolar Amerika untuk peningkatan akses keluarga berencana. Program komprehensif meliputi pelayanan informasi, penyediaan alat kontrasepsi, dan pelayanan KB. Program ini direncanakan bisa diakses 120 juta perempuan dari kalangan ekonomi lemah hingga 2020.

Adapun dana Global Fund untuk Indonesia berasal dari Tahir Foundation dan Gates Foundation. Tahir Foundation berada dibawah naungan grup Mayapada, yang diketuai Dato Sri Dr. Tahir. Sedangkan Gates Foundation dimiliki konglomerat Bill Gates

sumber: health.kompas.com

 

Menkes: Lima Tahun ke Depan Kita Bisa Mengontrol Malaria

SOKONGAN sumbangan dari Tahir Foundation sekaligus mitranya Bill & Melinda Gates sangat besar bagi upaya penuntasan AIDS, tuberculosis dan malaria di Indonesia. Dengan upaya ini, minimal kita bisa mengontrol tiga penyakit epidemi penyebab kematian masyarakat Indonesia.

Hal itu seperti yang disampaikan oleh Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Global Fund untuk penanggulangan AIDS, tuberculosis & malaria.

Dia menjelaskan bahwa lima tahun ke depan kita bisa mengontrol tiga penyakit epidemi penyebab kematian dan kecacatan terkemuka di masyarakat Indonesia. Apalagi ditambah dukungan Tahir Foundation sekaligus mitranya Bill Melinda Gates yang memberikan sumbangan sebesar USD130 juta melalui Global Fund untuk pengobatan dan peningkatan akses kesehatan masyarakat Indonesia. Menurutnya, minimal pencapaian dari dukungan itu akan membuahkan hasil bahwa tiga penyakit itu kita bisa diredam atau dikontrol.

Dia menambahkan bahwa capaian dukungan Global Fund dari 2003 sampai sekarang sudah membantu penuntasan penyakit AIDS, tuberculosis dan malaria di Indonesia. Dimana sebanyak 1,3 juta kasus baru tuberculosis sudah dideteksi dan diobati, dan sebanayak 8,8 juta kelambu berinteksida sudah didistribusikan ke daerah-daerah Indonesia, terutama daerah endemi malaria, terakhir sebanyak 29 ribu orang saat ini sudah menerima terapi antiretroviral (ART).

“Untuk penyakit malaria, meski tak bisa benar-benar dituntaskan penyakitnya, saya yakin lima tahun ke depan setidaknya kita bisa mengontrol malaria di enam provinsi epideminya. Di daerah Maluku, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan lain-lain,”katanya dalam acara bertema Lounching Donasi dari Tahir Foundation dan Bill & Melinda Gates Foundation untuk Peningkatan Kesehatan Indonesia di R. Leimina Lantai 2, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2013.

Hal senada juga disampaikan Dato Sri Dr. Tahir, Ketua Umum Tahir Foundation. Dia menjelaskan bahwa diharapkan lima tahun ke depan sumbangan ini bisa membantu capaian target kementerian kesehatan dan bisa membantu peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia.

“Sumbangan ini kan diberikan bertahap selama lima tahun, saya berharap dana ini bisa membantu kesehatan masyarakat Indonesia dan bisa mencegah tiga penyakit berbahaya AIDS, tuberculosis, dan malaria,”jelasnya. (ind)

sumber: health.okezone.com

 

Raising Awareness of Lead Poisoning

The World Health Organization says lead poisoning has devastating health consequences, especially for children. The WHO is raising awareness about the problem during International Lead Poisoning Prevention Week. The theme is Lead-Free Kids for a Healthy Future.

It’s estimated that 143,000 people die every year from lead poisoning. Lead exposure also contributes to 600,000 new cases annually of children with intellectual disabilities. Much of the problem is blamed on lead paint.

Carolyn Vickers is Team Leader for Chemical Safety in the WHO’s Department of Public Health and Environment.

“Lead poisoning is considered by WHO to be one of the top 10 chemical exposures of major public health concern. And it’s particularly worrying because it affects children and a developing fetus. It also affects adults through occupational exposure with the high burden in developing countries.”

But it’s not just in developing countries.

L”ead exposure is a big problem in most if not all countries. In some countries lead paint is still used. That’s obviously adding every year to the number of houses, schools and buildings that are treated with lead paint. But also even in developed countries lead paint has been applied for many decades and when people undertake activities, such as renovating their home, it causes the lead to form dust, which children can become exposed to. So it is actually a problem in most countries,” she said.

She said lead dust particles can be so fine that people don’t even know they’re being exposed. In children, lead can damage the developing nervous system, including the brain. IQ can be affected. High lead exposure can cause irreversible damage.

“Here we’re talking about different kinds of lead exposure. Before, I was talking about lead paint. But children can also be exposed to lead through activities, such as hazardous work. If children are involved in recycling of batteries or are playing with batteries where recycled. Also children can be exposed to lead if they’re engaged in hazardous mining activities in developing countries. And here we see various serious cases of lead poisoning,” said Vickers.

For adults, heavy exposure can come from working in battery recycling, smelting or painting. It can affect adults’ kidneys and blood pressure.

One of the major ways many countries have reduced lead in the environment is to ban its use in gasoline.

“As a result of that action there has been a decrease worldwide in exposure to lead. That’s a very encouraging sign and it’s proving that action leads to good outcomes — and that the next step is to tackle lead paint, which we believe, is very achievable,” she said.

Lead may be found in paint pigment.

She said, “There are some global suppliers of pigment. So it’s feasible to tackle a large amount of it by encouraging or requiring manufacturers that ship their pigment products to stop doing that and to only use non-lead versions. Then the next step is to educate paint formulators about the hazards of lead paint — to encourage them to look for the non-lead alternative. And to encourage governments to pass regulation, legislation or other relevant controls to prohibit lead decorative paints.”

Thirty countries have phased out lead paint. The WHO, U.N. Environment Fund and the Global Alliance to Eliminate Lead Paint have set a target of 70 countries by 2015.

source: www.voanews.com

 

SBY: Jangan Sedikit-Sedikit Berobat ke Luar Negeri

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, pembangunan sektor kesehatan merupakan salah satu prioritas penting dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah ingin masyarakat di Tanah Air dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

“Pemerintah terus memperbaiki dan menyempurnakan pengelolaan jaminan kesehatan untuk memberikan kemudakan akses bagi masyarakat dalam memperoleh manfaat dari jaminan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan,” ujar SBY dilansir dari laman Setkab, Senin (21/10/2013).

Perbaikan dan layanan kesehatan, lanjut Presiden, disinergikan dengan perkembangan kependudukan, kemajuan Iptek, kelestarian lingkungan hingga pembinaan budaya dan paradigma hidup sehat di kalangan masyarakat.

“Melalui reformasi kesehatan, kita ingin membangun rakyat Indonesia yang bukan hanya sehat fisik tapi juga sehat jiwanya agar dapat menjadi bangsa yang kuat, tangguh dan cerdas,” tegas SBY.

Adapun kemitraan dengan BUMN dan kalangan dunia usaha, menurut Presiden SBY, akan diperluas kerjasamanya dalam penyediaan sarana dan fasilitas, serta jaminan kesehatan dalam jumlah yang mencukupi.

Ditegaskan Presiden, melalui kemitraan pemerintah dengan BUMN dan kalangan dunia usaha, pemerintah akan memperbanyak pembangunan mulai Puskaesmas, Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya, terutama di daerah rawan bencana, terpencil dan pulau terdepan, hingga pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di kota-kota besar.

“Saya menyeru kepada rakyat yang tergolong mampu dan kaya, ketika di negeri sendiri sudah bisa dibangun rumah sakit bertaraf internasional, jangan sedikit-sedikit berobat ke luar negeri,” seru SBY.

sumber: economy.okezone.com

 

SBY: Jaminan Kesehatan Indonesia Bakal Jadi yang Terbesar

Apabila Indonesia bisa menjaring peserta jaminan kesehatan hanya pada tahap satu saja, maka negara ini akan termasuk negara dengan penduduk paling besar yang bisa memberikan jaminan kesehatan warganya. Hal tersebut menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang bukan hal mudah, dibandingkan penduduk negara lainnya di Asia Tenggara, maka jumlah penduduk Indonesia yang hingga 235.000.000 jiwa memang menjadi tantangan tersendiri.

“Tahap awal kita akan memberikan pelayanan kesehatan bagi 140 juta peserta. Ini kalau misalkan penduduk Singapura berapa kali lipatnya. Dengan penduduk Malaysia juga berapa kali lipat,” kata SBY di Sukabumi dalam peluncuran Gerakan Sadar Jaminan Kesehatan di Jawa Barat, Senin (21/10).

Penduduk Singapura tercatat hingga 5.460.302 jiwa hingga Juli 20013. Sementara Malaysia berjumlah 29.628.392 menurut laporan CIA World Factbook.

Dengan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS), pemerintahan kata SBY ingin memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat. Paling utama yang disasar melalui pelayanan ini yaitu masyarakat lapisan bawah.

BPJS sendiri menjamin lima jaminan sosial antara lain jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Sementara PT Askes merupakan BPJS yang akan beroperasi melayani jaminan kesehatan. Pada tahun 2019 ditargetkan seluruh rakyat bisa dijangkau dengan jaminan kesehatan.

“Terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali merupakan tujuan utama BPJS. Semuanya itu, merupakan jawaban kita untuk mewujudkan perluasan pelayanan kesehatan bagi rakyat Indonesia,” kata SBY lagi.

sumber: www.beritasatu.com

 

WHO: Lead Poisoning Kills 143,000 People Every Year

With International Lead Poisoning Prevention Week around the corner, the World Health Organization (WHO) on Friday called for discarding the use of lead paint and opting for safer alternatives to protect the lives of young kids who are highly susceptible to health problems associated with lead poisoning.

Lead is used everywhere- from building construction to lead-acid batteries. But, this useful metal is highly toxic to people of all ages, especially the unborn and young children as their growing bodies absorb lead more easily and get rid of the toxic metal less efficiently than the adults. Lead exposure during childhood is one of the most common preventable poisoning and is also one of the most important health issues in the U.S.

According to WHO, lead exposure accounts for 0.6 percent of the global burden of disease and kills about 143,000 people each year. Every year, 600,000 kids are diagnosed with intellectual disability due to lead exposure.

The Lead Poisoning Week from October 20 to 26, 2013, will see many countries join the campaign to raise awareness on lead toxicity.

“Lead poisoning remains one of the most important environmental health concerns for children globally, and lead paint is a major flashpoint for children’s potential lead poisoning,” said Dr Maria Neira, WHO’s director for Public Health and Environment, in a statement.

Lead poisoning is known to slow mental and physical growth. The use of lead paint was reduced drastically in 1950 and in 1978 the addition of lead in paints was banned. However, flakes of old paint and lead dust ends in the babies’ hands and toys, leading to various health issues. Even minor exposure of lead can trigger nervous system disorder, low IQ, impaired memory and reaction times and shortened attention spans.

Data according to the U.S. Centers for Disease Prevention and Control suggest that nearly 890,000 children of age 1-5 have elevated blood lead levels, and more than one fifth of African-American kids livings in houses built before 1946 have high blood levels.

Neira concluded saying, “The good news is that exposure to lead paint can be entirely stopped through a range of measures to restrict the production and use of lead pain.”

source: www.scienceworldreport.com

 

Ikatan Dokter Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis

Puluhan dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Keluarga Indonesia dan Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sulawesi Selatan, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin, Sabtu (19/10). Pelayanan ini dilakukan dengan cara door to door ke rumah warga.

Warga pun menyambut baik kegiatan ini. Mereka juga tanpa sungkan mengeluhkan penyakit yang dideritanya. Rata-rata yang mengeluhkan kesehatannya adalah para lansia.

sumber: www.metrotvnews.com

 

Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Segala Sektor

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi yang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

Perkembangan perindustrian dan perekonomian Indonesia secara bersamaan turut memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Tetapi banyaknya serapan tenaga kerja di Indonesia masih belum dibarengi dengan kepedulian akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Akibatnya tragedi kecelakaaan kerja sering terjadi. Setiap tahun tercatat lebih dari 99.000 kasus kecelakaan kerja, 70% diantaranya berakibat kematian atau cacat seumur hidup. Hal ini berarti puluhan ribu keluarga kehilangan sumber nafkah, dan anak-anak kehilangan kasih sayang dari figur orangtua yang meninggal di tempat kerja.

Kesehatandan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Data International Labour Organization (ILO) menunjukkan, setiap tahun jumlah kerugian akibat kecelakaan kerja mencapai 4% dari kurang lebih 7000 triliun Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau sebanyak Rp280 triliun. Namun penanganan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kesadaran maupun perilaku terhadap K3 masih sangat lemah.

Menyadari hal tersebut, Dewan K3 Nasional (DK3N) merasa terpanggil untuk dapat lebih mensosialisasikan K3 kepada masyarakat luas, yaitu dengan menjadikan K3 ini sebagai sebuah gaya hidup. “Kesehatan dan Keselamatan Kerja tidak hanya penting untuk diterapkan di tempat kerja yang memiliki faktor risiko tinggi seperti pertambangan, konstruksi dan lain-lain tetapi juga harus diterapkan di seluruh sektor industri bahkan di lingkungan rumah tinggal,” ujar Ketua Dewan K3 Nasional Waluyo.

Ia menambahkan bahwa dengan mempraktikkan K3 di manapun, akan terjadi peningkatan kualitas dan kinerja seseorang baik sebagai pekerja maupun sebagai individu.

Sedangkan, saat membuka acara K3 Expo dan Konferensi APOSHO (Asia Pacific Occupational Safety and Health Organization), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Muhaimin Iskandar, menyatakan bahwa, “Tujuan APOSHO antara lain meningkatkan kerjasama dan kemampuan dalam pelatihan dan penelitian, pertukaran informasi, berbagi pengalaman dalam keahlian, dan harmonisasi standar dan pedoman keselamatan dan kesehatan kerja, yang akan meminimalkan hambatan teknis di antara negara anggota APOSHO,” tuturnya.

Oleh karena itu, Muhaimin berharap pertemuan dan konferensi tahunan ini akan berhasil dan bermanfaat untuk berkontribusi dan meningkatkan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di Wilayah Asia Pasifik.

K3 Expo dan Konferensi APOSHO (Asia Pacific Occupational Safety and Health Organization) adalah rangkaian upaya untuk meningkatkan penanganan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta kesadaran dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari di berbagai aspek.

Konferensi APOSHO merupakan acara tahunan bagi kalangan profesional K3 dari seluruh Asia Pasifik berkumpul. Dan tahun ini, Indonesia dipercaya untuk menjadi tuan rumah perhelatan bertaraf internasional ini. The 28th APOSHO Conference, Seminar, & Expo 2013 akan berlangsung di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta pada tanggal 9 – 12 Oktober 2013 kemarin.

Edukasi K3

Sementara itu, Fahmi Munsah, direktur PT Sinergi Solution Indonesia mengungkapkan, perusahaannya yang bergerak di bidang konsultan merupakan salah satu yang sangat peduli dengan keselamatan K3, edukasi yang diberikan perusahaan ini membuat kesadaran bagi perusahaan yang belum mengetahui mengetai keselamatan K3. “Kami sangat fokus mengenai K3, kami memberikan pengarahan pada perusahaan agar lebih mengutamakan keselamatan para pekerja,” kata Fahmi.

Ia mengatakan, sejauh ini standar keselamatan pekerja pada perusahaan-perusahaan sangat standar sekali, maka dari itu edukasi yang kami berikan membuat kesadaran untuk perusahaan agar lebih memperhatikan keselamatan pekerja. Dia sangat berharap keselamatan pekerja di Indonesia terus diperhatikan, karena dampak yang timbul bagi kesehatan itu dalam waktu yang lama, tidak berdampak langsung, seperti pencahayaan, udara. “Ini kan tidak akan berdampak langsung bagi kesehatan prosesnya akan lama yang akan menimbulakan bagi kesehatan,” tuturnya.

sumber: www.neraca.co.id

 

Air pollution causes lung cancer, World Health Organization says

It’s official: Breathing dirty air causes lung cancer.

The World Health Organization on Thursday declared air pollution a human carcinogen like tobacco smoke, asbestos and arsenic, calling it a leading cause of cancer deaths globally.

Health experts have known for years that air pollution increases the risk of a wide range of ailments, including respiratory problems and heart disease. Some compounds in the air we breathe, such as diesel exhaust, have already been deemed cancer-causing.

But this is the first time the organization’s International Agency for Research on Cancer has classified air pollution in its entirety as a cause of cancer.

The complex mixture of gases, fine particles and other pollutants in the air were labeled “carcinogenic to humans,” the highest of the agency’s four-level classification system.

A panel of experts convened by the WHO’s cancer research arm made the finding after reviewing thousands of scientific papers.

“We now know that outdoor air pollution is not only a major risk to health in general, but also a leading environmental cause of cancer deaths,” Kurt Straif of the international cancer research agency said in a news release.

Air pollution also increases the risk of bladder cancer, the agency reported. Experts also evaluated particulate matter, one the largest components of air pollution, and classified it as a carcinogen.

While air pollution levels vary widely across the globe and have fallen in the United States, exposure is on the rise in rapidly industrializing countries, the agency’s report notes.

Air pollution caused more than 220,000 lung cancer deaths worldwide in 2010, the agency reported; more than half of lung cancer deaths from particulate matter were in China and East Asian countries.

The agency’s report did not quantify the cancer risk to individuals or countries.

That can be hard to pin down because the sources of air pollution are widespread and ubiquitous, including vehicles with internal combustion engines, power plants, factories and farms, according to the report. The agency wanted to review air pollution globally to understand the role it plays in the more than 1.3 million new cases of lung cancer recorded each year.

“Even a small contribution from air pollution to this number would strengthen the justification for implementing tighter control measures,” the report says.

source: www.latimes.com