Jajaran Kemenkes Diminta Utamakan Tiga Sasaran

Jakarta, PKMK. Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan (Menkes) RI, meminta agar seluruh jajaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengutamakan sejumlah sasaran dalam upaya menyehatkan masyarakat. Sasaran tersebut antara lain Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), dan upaya meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Murni dari Badan Pemeriksa Keuangan RI. “Seluruh keluarga besar Kemenkes harus bekerja lebih baik lagi dalam upaya menyehatkan masyarakat,” ungkap Nafsiah di Jakarta (12/8/2013).

Dalam acara Halal Bi Halal, Menkes menyatakan memberikan selamat dan apresiasi tinggi atas semangat kerja yang telah ditunjukkan seluruh jajaran Kemenkes. “Terima kasih atas kehadiran Saudara untuk kembali bekerja dengan baik, tepat pada waktunya,” kata dia seperti ditulis siaran pers dari Kemenkes.

Lebih lanjut Menkes mengatakan, di hari pertama masuk kerja usai libur panjang Idul Fitri, hampir seluruh PNS di lingkungan kantor pusat Kemenkes, masuk kerja. Pegawai yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas berjumlah 1,2 persen dari 4.523 orang. Untuk ketidakhadiran itu, sanksi akan diberikan. Itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

Dalam Halal Bi Halal itu, hadir pula Profesor Ali Ghufron Mukti, Wakil Menteri Kesehatan RI. Demikian pula pejabat lain di lingkungan Kemenkes RI.

Terkait tiga sasaran itu, pada awal tahun 2014, Program JKN ditargetkan mulai beroperasi melalui Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Di dalamnya, sekitar 86 juta warga miskin akan mendapatkan subsidi premi dari Pemerintah Indonesia sebesar 19 ribu rupiah per orang per bulan.

Untuk MDGs di tahun 2015, ada sejumlah sasaran di sektor kesehatan yang harus dicapai Indonesia ataupun negara lain yang menandatangani komitmen di tahun 2000. Itu antara lain penurunan AKI (angka kematian ibu) saat melahirkan, dan lain-lain.

Sementara, Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) di pertengahan tahun 2013 memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan Paragraf Penjelasan, terhadap Laporan Keuangan Kemenkes Tahun 2012. Opini WTP Murni belum bisa diberikan karena proyek pengadaan vaksin flu burung senilai Rp 1,3 triliun yang masih mangkrak.

 

United Kingdom donates £10 million to World Health Organization

The United Kingdom recently announced that it will donate £10 million to the United Nation’s World Health Organization to vaccinate more than 6 million people in response to recent outbreaks of poliovirus in Somalia and Kenya.

“While the world has almost eradicated polio, this new outbreak shows that we cannot rest until we have stamped it out completely,” U.K. International Development Secretary Justine Greening said.

The outbreak in Somalia is its first since 2007; Kenya’s outbreak is its first since 2011. The U.N. said in a statement that if the disease is not controlled, it can become an epidemic across East Africa, where many rates of polio vaccination are extremely low.

“There is a very real risk that this outbreak could quickly become a problem across the entire region,” Greening said. “We must act now to stop this deadly and debilitating disease from spreading further.”

The contribution from the U.K. will fund the immunization of 6.1 million people at the highest risk of infection in Somalia, northern Kenya and other countries in the region. Confirmed cases of the disease were reported in Mogasdishu, Somalia and the Dadaab refugee camp in Kenya in May.

There is no cure for the disease, but it is preventable through immunization.

source: vaccinenewsdaily.com

 

Kemenkes: Susu Tercemar dari Selandia Baru Tak Masuk Indonesia

Kementerian Kesehatan memastikan produk susu yang terkontaminasi bakteri Clostridium dari Selandia Baru tidak masuk ke Indonesia.

“Saya sudah berkomunikasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa produk susu/bahan baku industri susu yang tercemar dari NZ (New Zealand/Selandia Baru) tidak masuk ke Indonesia,” kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P dan PL) Kemenkes, Prof Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya yang dikirim kepada ROL, Selasa (6/8).

Ia mengatakan, berdasarkan keterangan resmi dari produsen susu dari Selandia Baru pada 4 Agustus 2013, memang ada tiga batch yang tercemar pada satu pabriknya untuk produk WPC 80 (whey protein concentrate) bahan baku industri pangan dan pakan yang dihasilkan dari susu. Namun, produk ini tidak satupun yang didistribusikan ke Indonesia.

Sejauh ini, kata Tjandra, negara-negara yang biasa mengimpor produk tercemar dari Selandia Baru adalah Cina, Malaysia, Australia, Thailand, Vietnam dan Arab Saudi. “Beberapa pabrik di luar negeri yang menggunakan WPC80 dari tiga batch tersebut telah melakukan recall (penarikan) produk jadinya sebagai langkah kehati-hatian,” kata Tjandra.

Meski produk susu yang terkontaminasi dari Selandia Baru belum secara resmi masuk ke Indonesia, Dirjen P2P dan PL mengirimkan surat edaran ke Dinas Kesehatan seluruh Indonesia. Langkah itu sebagai bentuk antisipasi dan kewaspadaan serta informasi.

Tjandra mengatakan, imbauan dalam surat edaran Kemenkes itu berisi; produk yang diberitakan tercemar ini tidak diekspor ke Indonesia, tetap waspada dengan mengenal tanda dan gejala botulismus dan penyuluhan serta penanggulangannya; berkoordinasi dengan Balai POM setempat bila diperlukan.

“Melaporkan kejadian keracunan pangan, khususnya kejadian yang berhubungan dengan produk ini ke Posko KLB (menang kini Posko ini 24 jam) di Kementerian Kesehatan cq Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telpon 021-4257125, 42877588, faksimili 021-42802669, atau email [email protected],” tutur Tjandra.

sumber: www.republika.co.id

 

Ratifikasi aturan FCTC buat ribuan buruh rokok terancam PHK

Rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meratifikasi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang akan diberlakukan pada tahun 2014 mendatang bakal membuat produk tembakau lokal tersisih. Padahal, produk tembakau dari Indonesia sudah memiliki ciri khas sendiri.

Anggota Komisi IX DPR RI Poempida Hidayatulloh mengatakan apabila pemerintah tetap memberlakukan FCTC maka akan ada pengurangan pekerja di sektor industri rokok, bahkan juga merugikan para petani tembakau. “Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi PHK besar-besaran hingga pabrik gulung tikar,” ujarnya di Jakarta, Minggu (11/8).

Padahal, lanjut dia, secara keseluruhan pekerja di sektor industri tembakau menyerap tenaga kerja sekitar 4,1 juta tenaga kerja. Dari jumlah itu 93,77 persen diserap kegiatan usaha pengolahan tembakau, seperti pabrik rokok. Sedangkan, penyerapan di sektor pertanian tembakau menyerap sekitar 6,23 persen.

“Lebih rincinya 1,25 juta orang telah menggantungkan hidupnya bekerja di ladang cengkeh dan tembakau, 10 juta orang terlibat langsung dalam industri rokok, dan 24,4 juta orang terlibat secara tidak langsung dalam industri rokok,” lanjut dia.

Poempida menegaskan visi misi Presiden SBY adalah ingin menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif. Salah satu definisi dari pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan akselerasi maupun peningkatan bagaimana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi itu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 450.000 orang.

“Dalam konteks rencana Menkes meratifikasi FCTC, sama halnya Menkes mengingkari visi misi Presiden SBY,” tegas dia.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Nurtantio Wisnu Brata mengatakan jika diberlakukan standarisasi, sementara perlindungan pemerintah tak ada, maka produk tembakau lokal makin tersisih.

Nurtianto menjelaskan, apabila produk yang dihasilkan harus sama dengan di luar negeri, berarti tembakau-tembakau lokal tidak bisa dijadikan bahan baku rokok dan produk turunan lain.

“Dalam FCTC akan diciptakan suatu standarisasi produk tembakau dengan yang ada di luar negeri padahal tembakau kita berbeda. Itu kita belum bicara pengaturan iklan, promosi, CSR dan lain-lain,” kata dia dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com.

Menurut dia, seharusnya pemerintah membuat aturan rokok yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia ketimbang memberlakukan FCTC tersebut. “FCTC bisa saja sesuai dengan kondisi di luar negeri belum tentu akan cocok di Indonesia,” tegas dia.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi secara terbuka menyampaikan keinginannya di hadapan para perwakilan industri rokok dalam acara sharing informasi PP No 109 Tahun 2012. Dalam PP ini telah mengadopsi FCTC tersebut.

Bendahara Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) I Ketut Budiman menilai, petani tembakau Indonesia akan menderita kerugian hingga mencapai Rp 10 triliun. Jika pemerintah meratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Jika memang peraturan ini benar-benar diresmikan pemerintah maka akan ada 100.000 ton cengkeh atau tembakau yang bakal terlantar atau senilai hampir Rp 10 triliun yang akan terbuang,” katanya.

sumber: www.merdeka.com

 

10,3 Juta Warga Miskin Terancam Tak Dapat Layanan Kesehatan

Meskipun Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) mulai efektif pada tanggal 1 Januari 2014 mendatang, sebanyak 10,3 juta penduduk miskin di Indonesia dipastikan tak bakal mendapat layanan dan jaminan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Hal itu disebabkan pemerintah hanya menyetujui jumlah penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesesehatan (Jamkes) untuk orang miskin dan tidak mampu sebesar 86,4 juta orang dengan nilai iuran Rp 19.225 per orang.

“Padahal, data orang miskin dari Tim Nasional Pendataan Penduduk untuk Kesehatan dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (TNP2K dan DJSN), jumlah PBI mencapai 96,7 juta orang,” ujar Sekretaris Jenderal Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) M Said Iqbal kepada harian Kompas, Senin (5/8/2013) di Jakarta.

Menurut dia, pada saat efektifnya UU SJSN justru terjadi ironisme.

“Sebab, pada saat itu, 10,3 juta orang miskin ini akan ditolak bila berobat ke rumah sakit. Ini berarti bahwa orang miskin dilarang sakit jika tidak ingin ditolak di rumah sakit,” tambahnya.

Said menjelaskan, situasi ini akan berisiko terjadinya konflik di masyarakat karena tidak akan ada rakyat miskin yang mau dikategorikan masuk ke 10,3 juta orang yang ditolak masuk ke rumah sakit karena tidak mendapat Jamkes.

“Asal tahu saja, di UU SJSN dan BPJS, Jamkes diberikan untuk semua rakyat. Oleh karena itu, KAJS mendesak pemerintah pada tanggal 1 Januari mendatang harus membiayai Jamkes untuk seluruh orang miskin dan tidak mampu, termasuk buruh penerima upah minimum, yang jumlahnya ada 156 juta orang,” paparnya.

Solusi agar warga miskin, termasuk buruh, mendapat layanan kesehatan, Said meminta iuran PBI diturunkan menjadi Rp 15.000 per orang sehingga dana PBI menjadi Rp 20,2 triliun bisa mencukupi, sebagaimana sudah disetujui Menteri Keuangan.

“Cara lain, integrasikan dana Jamkesda atau lewat APBD ke dana PBI (APBN). Dengan dua cara ini, seluruh warga miskin Indonesia, termasuk buruh dapat memperoleh Jamkes pada awal tahun depan,” harapnya.

sumber: nasional.kompas.com

 

Jasa Raharja Serahkan 15 Ambulans Mudik

Jakarta, PKMK. Sebanyak 15 unit ambulans diserahkan perusahaan asuransi PT Jasa Raharja kepada sejumlah lembaga. Penyerahan itu bersamaan dengan pemberangkatan 250 bus mudik bersama yang disponsori Jasa Raharja. Even tersebut berlangsung di Parkir Timur, Senayan, Jakarta (1/8/2013). Mudik bersama itu menyertakan sekitar 11 ribu pemilik sepeda motor bersama keluarganya.

Adapun lembaga penerima 15 ambulans sebagai satu wujud corporate social responsibility (CSR) diantaranya: RSUD Koja (Jakarta Utara), PT Kereta Api Indonesia, dan RS Bhayangkara (Kalimantan Timur). Dahlan Iskan, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara RI, secara simbolis menyerahkan tiga kunci ambulans kepada lembaga penerima tersebut.

Dalam acara itu pula, penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) diserahkan kepada Jasa Raharja. Penghargaan yang diperoleh Jasa Raharja yaitu rekor pendaftaran online terbanyak untuk mudik bersama bagi pesepeda motor. “Ini adalah penghargaan tingkat dunia. Jadi, melebihi permintaan Jasa Raharja untuk mendapat penghargaan tingkat nasional,” kata Jaya Suprana, Pendiri MURI.

Sementara itu, Budi Setiarso, Direktur Utama PT Jasa Raharja, mengatakan bahwa mudik bersama itu digelar untuk upaya mengurangi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor saat mudik. Jasa Raharja mengalihkan pesepeda motor ke 250 unit bus yang disediakan.

 

Health Ministry to Inoculate 200,000 Negev Kids Against Polio

The Health Ministry is set to announce in the coming days that it is embarking on an emergency inoculation program to protect some 200,000 children from polio. A report on Channel 10 Tuesday night said that doctors have found hundreds of people carrying the disease in recent days, especially in the south.

If the government approves the program, inoculations could begin as soon as next week. Inoculations will most likely be given at Tipat Halav (Mother and Child Wellness) clinics, and will be offered free or at low cost.

Israeli children have been inoculated against polio for generations, but the inoculation, whole preventing them from getting the disease, did not stop them from being carriers. As a result, children with weaker immune systems could be susceptible to the disease, even if they received inoculations. A new version of polio vaccine eliminates the disease from the body altogether, preventing it from being spread altogether.

The Channel 10 report said that the Health Ministry had ordered 500,000 doses of the new vaccine, in the event that polio was found in large amounts in other parts of the country. Professor Moti Ravid, director of Maayanei Hayeshua hospital in Bnei Brak, said that it was very possible that some children had contracted polio without even realizing it. “One out of every 100 polio patients is stricken with paralysis, partially or fully,” he said. “There may be some children out there who are ill, with doctors attributing their problems to something else.”

Polio has been found in recent months in several places in southern Israel. In May, the virus was found in sewage from the Bedouin city of Rahat. Later, samples were found in sewage in Beersheva, Ashdod, and Tel Aviv. Experts said that the outbreak seemed to be centered on Rahat, and it may have spread from there. According to a leading expert on Islam, Daniel Pipes, polio is making a major comeback among Muslims.

In 2003, Ibrahim Datti Ahmed, president of the Supreme Council for Sharia in Nigeria and a physician, said that the vaccination program in his country was part of a Western conspiracy to render Muslim children infertile. His call for an end to the polio immunization campaign touched a nerve and spread to other Muslim religious leaders in Nigeria, causing the vaccination process to slow down and incidences of the disease to pick up. “From Nigeria, this dual phenomenon of conspiracy theory and re-appearance of the disease then expanded to Muslims internationally,” wrote Pipes, who has been following the resurgence of the disease.

“So closely connected have Islam and polio become that the Muslim-only pilgrimage to Mecca became a major mechanism of transmitting the disease to faraway places like Indonesia,” Pipes wrote.

MK Shuli Mualem (Bayit Yehudi), deputy head of the Health Committee, called on the Ministry to increase its contacts with the population, and to set a goal of inoculating as many people – especially children – as soon as possible.

source: www.israelnationalnews.com

 

Dianggap Penyakit, Bunuh Diri Harusnya Masuk SJSN

Tindakan bunuh diri seharusnya masuk dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) karena bisa dikatakan salah satu jenis penyakit yang berkaitan dengan kejiwaan seseorang.

“Kan pertanyaannya ada tidak orang sehat yang mau bunuh diri, misalnya dia merasa capek hidup lalu bunuh diri, orang yang seperti itu (berniat bunuh diri) kan artinya orangnya ‘sakit’,” kataWakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Muktiusai acara peluncuran kampanye kesadaran publik ‘Lighting the Hope for Schizophrenia’ yang diadakan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) bersama Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) dan Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI) di Jakarta, Selasa (30/7).

Lalu siapa yang dijaminkan, kalau penderitanya saja sudah meninggal?

Wamen menjawab, bahkan ketika meninggal saja orang masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Apa kalau sudah meninggal dikira semuanya gratis? Meskipun sudah meninggal biaya yang dibutuhkan masih sangat banyak. Misalnya biaya otopsi, biaya ambulance, dan masih banyak lainnya. Orang meninggal itu biayanya masih banyak,” bebernya menjelaskan.

Ali Ghufron mengakui, saat ini bunuh diri memang belum masuk dalam SJSN.

Sebaliknya ditegaskan Wamen, penyakit gangguan jiwa berat seperti skizofrenia sudah masuk dalam sistem ini.

“Meskipun di negara-negara maju, skizofrenia itu di luar ya, tidak masuk (SJSN), namun di negara kita, ini masuk (SJSN),” ujarnya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Bina Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan RI, Diah Setia Utami membenarkan hal itu.

“Gangguan jiwa sudah dimasukkan dan dijamin di dalam SJSN. Jadi, penderita bisa terlayani dengan lebih baik,” jelasnya.

Karenanya, penderita gangguan jiwa berat harus mendapat pelayanan yang baik sama seperti penyakit lainnya baik di layanan primer, sekunder maupun tersier.

“Primer itu puskesmas, sekunder itu rumah sakit umum, dan tersier itu rumah sakit jiwa,” beber Diah.

Misalnya, untuk penanganan di puskesmas, Diah menjelaskan, Kemenkes sudah menerapkan pelatihan kepada para petugas kesehatan, baik dokter maupun perawat untuk siap dan berani menangani penderita gangguan jiwa, termasuk kondisi gawat darurat.

“Mereka sudah dilatih dalam waktu lima hari, bagaimana penanganan dan tanggap darurat terhadap kondisi-kondisi tersebut,” jelasnya lagi.

Sementara kampanye ‘Lighting the Hopefor Schizophrenia’ dicanangkan sebagai reaksi kian peliknya permasalahan jiwa di Indonesia yang berkontribusi terhadap penurunan produktivitas bangsa. Kesehatan jiwa termasuk salah satu permasalahan serius karena selain dapat mengurangi produktivitas, ini juga bisa menimbulkan beban jangka panjang bagi masyarakat.

“Dengan kampanye ini diharapkan menjadi harapan baru bagi penderita skizofrenia untuk kembali produktif dalam masyarakat dan tak ada lagi stigma negatif yang melekat padanya maupun keluarganya,” ujar Ketua PDSKJI, Dr. Tun Bastaman SpKJ. [mor]

sumber: gayahidup.inilah.com

 

Sejuta Lebih Orang Indonesia Alami Gangguan Jiwa Berat

Sekitar 1.093.150 penduduk Indonesia atau 0,46 persen dari total populasi Indonesia berisiko mengalami gangguan jiwa berat, kata Wakil Menteri Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti.

“Itu hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada lebih dari satu juta penduduk Indonesia berisiko alami gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia,” kata Ali pada peluncuran kampanye ‘Lighting the Hope for Schizophrenia’ di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (31/7/2013).

Dari sekitar satu juta penduduk tersebut, hanya 38.260 orang yang terlayani dengan perawatan memadai di Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Umum, maupun Pusat Kesehatan Masyarakat.

Menurut Ali, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sepenuhnya paham mengenai penyakit ini, sehingga penderita tidak ditangani dengan benar seperti dirawat di pusat pelayanan kesehatan.

Selain itu berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2013, masih ada sekitar tujuh provinsi di Indonesia yang tidak memiliki Rumah Sakit Jiwa dan empat provinsi masih belum memiliki tenaga profesional kesehatan jiwa.

“Mengingat kompleksnya permasalahan kesehatan jiwa termasuk skizofrenia di Indonesia, kami terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian terkait untuk mengatasi permasalahan ini,” jelas Ali.

Selanjutnya Ali juga menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan juga melakukan koordinasi terhadap dinas-dinas kesehatan terkait di daerah, untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.

“Tidak lupa bahwa upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan lintas sektor menjadi hal yang amat penting terutama untuk kesehatan jiwa, prevensi, dan penanggulangannya,” tutur Ali.

Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Tun Bastaman, skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang mengakibatkan penderitanya memiliki ketidakmampuan untuk menilai realitas.

“Hal ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan neurokimia di otak yang mengganggu fungsinya secara keseluruhan,” imbuh Tun Bastaman.

sumber: health.liputan6.com

 

Colombia first country in the world to banish ‘river blindness’

The World Health Organization has confirmed Colombia as the first country in the world having eliminated Onchocerciasis (river blindness), a neglected tropical disease which infects approximately 37 million people in 35 countries worldwide.

The World Health Organization announced at a meeting in Bogotá on July 29 that, after applying during 12 years (1996-2007) an anti-parasitic treatment to the residents of the community of Naicioná, Colombia has managed to completely eliminate the tropical disease caused by the bacterium carried by a parasite and transmitted by the bite of a black fly that abounds in tropical rivers.

Naicioná is a small village of 1,400 inhabitants in southwestern Colombia. This was the location of the last outbreak in the country of Onchocerciasis, a disease prevalent in sub-Saharan Africa, but also common in Brazil, Ecuador, Guatemala, Mexico and Venezuela.

Onchocerciasis, also known as “river blindness”, is a disease caused by the infection of Onchocerca volvulus, a parasitic nematode (a roundworm) (1, see below). The parasite is transmitted to humans through the bite of a black fly of the genus Simulium.

The nematode carries an endosymbiont bacterium (2) known as Wolbachia pipientis. The larva of the nematode spreads within the body of the host, and when the worm dies, the bacteria are released, triggering an immune response causing skin irritation, and can trigger a severe inflammatory response in eye tissues causing blindness.

Onchocerciasis is second only to trachoma (3) as an infectious cause of blindness in the world. Currently, more than 500,000 people are visually impaired and 270,000 people are blind as a result of onchocerciasis infections.

The first time the disease was detected in Colombia was in 1965 when a 39-year-old man was slowly losing his vision. Since then, people engaged in gold mining in the Chuare River region, where the Naicioná community is located, were affected with the same problem.

In 1996, a campaign started in Naicioná, which was identified as the focus of the disease, led by Colombia’s National Institute of Health with the collaboration of international researchers of the Carter Center that coordinates the Programme for Onchocerciasis Elimination in the Americas (OEPA).

The researchers visited the sick twice a year to supply an anti-parasitic drug (“Ivermectin”) donated by Merck. The campaign ended in 2006 when it was shown that the transmission of the parasite had stopped and the small population of Naicioná went into a phase of epidemiological surveillance.

Former US President Jimmy Carter was the guest of honor at the ceremony in which WHO and the Pan American Health Organization (PAHO) presented to President Juan Manuel Santos of Colombia, the document certifying the eradication of “river blindness”.

Ecuador is expected to become the second country in the world to eradicate river blindness. No new cases have been reported in this country since 2009. Mexico and Guatemala have more recently halted the cycle of river blindness transmission. The program is focusing now on the remaining endemic areas of Brazil and Venezuela.

  1. Nematodes are roundworms living in various environments including soil, water or inside other organisms. About 28,000 species have been described of which about 16,000 are parasitic.
  2. An endosymbiont is any organism that lives within the body or cells of another organism without affecting its survival.
  3. An infectious disease caused by the bacterium Chlamydia trachomatis.

source: www.digitaljournal.com