Sebuah studi dilakukan untuk menilai kesenjangan layanan dan luaran kesehatan kanker berdasarkan jenis kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia. Studi menggunakan desain potong lintang retrospektif dengan analisis data klaim rawat inap dari rumah sakit publik dan swasta periode 2017–2022. Data mencakup 34.904 klaim pasien kanker usia ≥16 tahun dengan lima jenis kepesertaan BPJS, yaitu PBI APBN, PBI APBD, BP, PBPU, dan PPU. Analisis dilakukan terhadap enam variabel: tindakan biopsi, transfusi, lama rawat inap, biaya klaim, tingkat keparahan penyakit, dan kematian di rumah sakit.
Hasil menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar kelompok kepesertaan. Anggota BP dan PBPU lebih sering menerima transfusi dibanding PBI APBN, sedangkan PPU memiliki lama rawat inap lebih singkat tetapi biaya klaim lebih tinggi. PBI APBN justru lebih banyak mendapat biopsi dibanding PBI APBD dan PPU. Namun, PBI APBN juga menunjukkan kemungkinan lebih tinggi mengalami kasus berat dan kematian. Sebaliknya, PPU memiliki risiko lebih rendah terhadap keparahan dan kematian. Studi ini menyimpulkan bahwa ketimpangan sosioekonomi masih kuat mempengaruhi akses diagnostik, terapi, dan luaran kanker. Kebijakan diperlukan untuk memperluas akses layanan kanker yang adil terutama bagi kelompok miskin dan peserta subsidi.
Selengkapnya https://bmjopen.bmj.com/content/15/7/e096486.abstract