Seminar Nasional “Pengembangan Kesehatan Pesisir dan Kepulauan Sebagai Solusi Penguatan Kemaritiman Bangsa”

 

  LATAR BELAKANG

Wilayah laut Indonesia mengambil dua pertiga wilayah Nusantara. Tidak heran jika sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.

Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan penguasaan de facto daripada penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat bahari. Akan tetapi, kemudian oleh kolonial, bangsa Indonesia didesak ke pedalaman, yang mengakibatkan menurunnya jiwa bahari.

Tekad kembali ke laut ditekankan pemerintah bersamaan dengan pencanangan Tahun Bahari pada tahun 1996. “Bangsa Indonesia yang di masa lalu mencatat sejarah sebagai bangsa bahari dalam perjalanannya telah kehilangan keterampilan bahari sehingga luntur pula jiwa maritimnya,” ungkap Presiden Soeharto ketika itu.

Pada tahun 1996, yang dicanangkan pemerintah sebagai Tahun Bahari, konsep negara kepulauan (Archipelagic State) mulai diubah menjadi konsep benua maritim. Bangun wilayah perairan Nusantara yang menyerupai benua membuat Indonesia layak disebut sebagai benua maritim. Pada Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia (BMI), yang diadakan di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1996, pemerintah mengajak bangsa Indonesia kembali ke laut. “Bangsa Indonesia yang di masa lalu mencatat sejarah sebagai bangsa bahari, dalam perjalanannya telah kehilangan keterampilan bahari sehingga luntur pula jiwa maritimnya.” Demikian Presiden Seoharto dalam sambutannya yang disampaikan Menteri Negara Riset dan Teknologi BJ Habibie.

Benua Maritim Indonesia (BMI) pada konvensi itu didefinisikan sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan dirgantara di atasnya, tertata secara unik yang menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca (klimatologi dan meteorologi), keadaan airnya (oseanografi), tatanan kerak bumi (geologi), keragaman biota (biologi), serta tatanan sosial budayanya (antropologi), yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keseluruhan aspek itu secara langsung maupun tidak, akan menggugah emosi, perilaku, dan sikap mental dalam menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur-unsur maritim di semua aspek kehidupan.

Salah satu agenda dalam Nawa Cita Presiden Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Drs. Jusuf Kalla adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Dalam agenda ini akan dilaksanakan berbagai program antara lain pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia dan kawasan perbatasan. Agenda pembangunan daerah pinggiran ini perlu mendapat apresiasi, karena pembangunan nasional selama ini terkesan lebih menguntungkan daerah perkotaan dan terpusat di pulau Jawa.

Ketimpangan yang terjadi antara wilayah menunjukkan bahwa pembangunan selama ini belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan. Perbedaan hasil pembangunan ini diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain: perbedaan sumberdaya yang dimiliki daerah yang satu dengan yang lain, perbedaan kemampuan sumberdaya manusianya, tingkat penguasaan tehnologi yang berbeda, kebijakan pemerintah terlalu mengutamakan pembangunan di Pulau Jawa (Wilayah Barat) dan lain-lain. Pertanyaan yang perlu mendapat jawaban adalah bagaimana mewujudkan agar pembangunan tersebut dapat lebih berpihak pada masyarakat di daerah pinggiran.

Di usia negara Republik Indonesia yang ke 70 ini, sudah saatnya pembangunan dimluai dari Desa khususnya di daerah pinggiran dan pesisir termasuk di dalamnya wilayah pulau-pulau kecil. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bahwa:

“…Untuk melihat Indonesia sesungguhnya, maka lihatlah desa, dari pinggiran. Sebab kondisi riil masyarakat Indonesia adanya di desa, Sehingga apa pun program yang kita kerjakan jangan sampai mengabaikan kepentingan masyarakat desa…”

Betapa tidak, dari 77.126 Desa yang ada di Indonesia, 40,61% merupakan daerah tertinggal dan 84,43% daerah tersebut berada di wilayah Kawasan Timur Indonesia (Kementrian PDT, 2011).

Seiring dengan perubahan masyarakat dan kompetisi di tingkat global telah membawa FKM Unhas berada di tengah-tengah pusaran perubahan tidak hanya di tingkat lokal dan nasional, tetapi juga internasional. Bagaimana peran dan kontribusi FKM Unhas dalam setiap perubahan akan sangat ditentukan oleh arti penting dari setiap aktivitas yang dilakukan institusi ini kepada masyarakat luas.Sebagai perwujudan Tri darma Perguruan Tinggi, Universitas Hasanuddin, khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam rangkaian Dies Natalisnya yang ke 33 bermaksud untuk menggali dan menemukan solusi-solusi dari persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pesisir & pulau-pulau kecil terutama yang terkait dengan pembangunan bidang kesehatan masyarakat melalui sebuah Seminar Nasional bidang Kesehatan dengan Tema: “Pembangunan berwawasan Kesehatan Masyarakat bagi wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

  TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan untuk menggali dan mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan bagi masyarakat di wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Hasil yang diharapkan :

  1. Tersedianya data dan informasi berbasis fakta (evidence based) terkait kondisi kesehatan masyarakat dan factor determinannya dari berbagai stake holder.
  2. Menemukan solusi atas setiap permasalahan kesehatan dari berbagai sudut pandang lintas sektoral yang terkait sebagai upaya penyelasaian yang komprehensif.
  3. Mewujudkan pembangnunan berwawasan kesehatan yang dimulai dari daerah desa dan pinggiran sebagai solusi kekutan bangsa.

PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini berupa seminar sehari yang rencananya akan menghadirkan Narasumber dan pembicara dari tingkat Nasional maupun lokal dari berbagai sektor pemerintah dan akademisi untuk membahas isu-isu seputar pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

  NARASUMBER

  1. Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
  2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
  3. Prof. Umar Fahmi Ahmadi, MPH., Ph.D.
  4. Prof. Djamaluddin Djompa, M.Sc., Ph.D. (Dekan Fak Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas)

  WAKTU & TEMPAT

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 7 November 2015 bertempat di Auditorium Prof. Amiruddin, Universitas Hasanuddin, Makassar. Adapun jadwal waktu dan rincian kegiatan akan disusun secara tersendiri

PESERTA

Kegiatan ini berskala Nasional. Oleh karena itu kegiatan tersebut akan melibatkan mahasiswa, alumni, Perguruan Tinggi Kesehatan dan instansi pemerintah terkait khususnya di wilayah Kawasan Timur Indonesia.

  KONTAK PERSON

Ibu Syamsiah Hp. 081241742022, 0411 585658

 

 

Pertemuan Ilmiah Tahunan Jaringan Epidemiologi Nasional

  Latar Belakang

Pada masa kampanye kepala daerah dan calon wakil rakyat cukup sering didengar janji pengobatan gratis dan program menyejahterakan rakyat. Saat ini masih terdapat banyak kesenjangan kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana diantara kelompok penduduk.Terdapat kesenjangan kesehatan antara kelompok miskin dan kaya, kota dan desa, Jawa dan luarJawa. Selain itu upaya pencegahan dan promosi kesehatan kurang mendapatkan perhatian. Terjadi peningkatan angka kesakitan dan pertambahan penduduk yang semakin lama menjadi beban masyarakat dan pemerintah.

Di satu pihak terdapat perkembangan pelayanan kesehatan yang memerlukan peningkatan kemampuan berbagai tenaga kesehatan. Pendidikan tenaga kesehatan telah mengalam berbagai pengembangan,baik di bidang pendidikan dokter, farmasi, kesehatan masyarakat, perawat, bidan, sanitarian, gizi, dan lainnya. Semua institusi pendidikan telah berupaya untuk menyesuaikan dengan peran layanan primer di puskesmas, dokter praktek, ataupun di tempat layanan primer yang lain, termasuk dengan system penyediaan dan pembiayaan kesehatan yang dibangun BPJS Kesehatan dan Ketenaga kerjaan dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Ringkasan fakta dan tantangan terkini tentang masalah kependudukan, kesehatan dan keluarga berencana sedang dibuat oleh ahli epidemiologi bersama Badan Koordinasi Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Komite Nasional Perempuan dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), yang nantinya akan diberikan kepada calon kepala daerah, partai politik pengusung dan ketua DPRD.

Kepala Daerah Surabaya sebagai kota kedua terbesar di Indonesia, diminta untuk memberikan tanggapannya tentang upaya yang sudah dilakukan , memanfaatkan bonus demografi termasuk bagaimana upaya pencegahan kesehatan yang perlu dilakukan.Dengan demikian kekhawatiran akan meningkatnya biaya kesehatan,biaya pendidikan dan biaya sector kehidupan lain dapat diatasi pemerintah daerah Surabaya dan daerah lainnya di Indonesia.

Jaringan (JEN) merupakan lembaga jejaring nirlaba yang beranggotakan lembaga-lembaga yang berminat di bidang kesehatan masyarakat. JEN bekerja sama dengan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga kesehatan di dalam dan di luar negeri, bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam mengatasi berbagai masalah kesenjangan kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana, JEN akan mengadakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) di Surabaya berupa Seminar& Workshop dengan tema:

  1. Mengatasi masalah kesenjangan kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana.
  2. Mengembangkan kurikulum tenaga kesehatan Indonesia tentang JKN dan pelayanan kesehatan primer.

  Tujuan

  1. Mengintegrasikan masalah kesenjangan kesehatan,kependudukan dan keluarga berencana dalam pembuatan kebijakan public dan pilihan politik para politisi.
  2. Memberikan rekomendasi untuk pengembangan kurikulum tenaga kesehatan Indonesia tentang JKN dan pelayanan kesehatan primer.
  3. Menambah wawasan dan kemampuan analisis data bagi peserta.

Sasaran

Anggota Legislatif, Dokter Puskesmas,Dokter Umum, Dokter Keluarga, Dokter Spesialis, Peneliti, Sarjana kesehatan Masyarakat, Perawat, Bidan, Ahli Gizi, Sanitarian, Psikolog, Statistikawan, LSM, dan pemerhati kesehatan yang lain.

  Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu : Selasa-Rabu, 22-23 September 2015.
Tempat : Pusdiklat Humaniora Kemenkes RI
Jl. Indrapura No. Surabaya

Jadwal Acara

WAKTU

TOPIK

NARA SUMBER

08.30- 09. 00

Pembukaan

 

SESI 1

Pembangunan Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana di Era Pilkada

Moderator :
Prof. Dr. Charles Suryadi dr, MPH

09.00—09.30

Strategi Pemerintah Kota untukMengatasi Masalah Kesenjangan Kesehatan dan Tekanan Kependudukan di Perkotaan

Tri Rismaharini, Ir, MT
(Walikota Surabaya)

09.30 – 10.00

Statistic Update dalam Bidang Kesehatan & Demografi

materi

Kresnayana Yahya, Drs, MSc (Dosen ITS Surabaya)

10.00 – 10.30

DISKUSI

 

10.30 – 11.00

Peningkatan Peran Pelayanan Kesehatan Primer dan Pengarus-utamaan Kesehatan dalam Kebijakan Publik

materi

Herlin Ferliana, dr, MKes.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur

11.00 – 11.30

Strategi Revitalisasi Program Keluarga Berencana dan Pemanfaatan Bonus Demografi

materi

Prof. Dr. Haryono Suyono, MA, PhD  (Pakar Kependudukan & KB)

11.30 – 12.00

Peran Tenaga Kesehatan Indonesia dalam Pengendalian Kelahiran di Jawa Timur

materi

Dwi Listyawardani, Ir, MSc
(BKKBN JawaTimur)

12.00—13.00

DISKUSI

 

13.00 – 14.00

ISHOMA

 

SESI 2

Pengembangan Kebijakan JKN dan Pelayanan Kesehatan Primer pada Institusi Kesehatan

Moderator :
Prof. Ghufron Ali Mukti, dr, MSc, PhD

14.00 – 14.30

Tantangan Optimalisasi Peran Dokter Layanan Primer dalam  Penyediaan dan Pembiayaan Kesehatan di Era JKN

Ghazali  Situmorang, Drs, Apt, MSi. (BPJS Pusat)

14.30—15.00

Pengembangan Dokter Layanan Primer dalam Menjawab Tantangan JKN dan MEA

materi

Dr. Pudji Lestari dr, Mkes
(PDKI Jawa Timur)

15.00 – 15.30

Pendidikan Dokter Layanan Primer dan Kesenjangan Kesehatan

materi

Dr. Raden Chasny Noviane (WHO)

15.30 – 16.00

Tantangan pengembangan layanan primer dikaitkan dengan peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer dalam Penerapan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 

materi

Prof. Laksono Trisnantoro, dr, MSc, PhD (Dosen FK UGM)

16.00 – 17.00

DISKUSI

 

17.00 – 17.15

Penutupan Seminar

 

17.15 – 19.00

ISTIRAHAT

 

19.00 – 21.00

Rapat JEN

Prof. BhismaMurti, dr, MPH, MSc, PhD

21.00 – 06.00

ISTIRAHAT

 

 

WAKTU

KEGIATAN

07.00 – 08.00

Makan Pagi

 

08.00 – 12.00

Lanjutan rapat JEN

 

08.00—14.00

 

Workshop   :
Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kependudukan

12.00 – 13.00

Kesimpulan hasil rapat JEN

 

13.00 – 14.00

Penutupan dan makan siang

Penutupan Workshop

Panitia

Pengarah/SC : 

  • Prof. Bhisma Murti,dr, MPH, MSc, PhD
  • Prof. Charles Surjadi, dr,
  • Prof. Muninjaya, dr,
  • Prof. Hadi Pratomo, dr,
  • Dr. Siti Pariani, MS, MSc, PhD
  • Prof. Budi Utomo, dr, MPH, PhD
  • Dr. Sabarinah
  • Dr. Ridwan Thaha, SKM, M

Ketua OC : Dr. Florentina Sustini, dr, MS
Wakil : Dr. Budi Utomo, dr, MKes
Sekretaris

  1. Sugiharto, dr, MARS
  2. Atika SSi, MKes

Bendahara

  1. Dr. Sulistiawati, dr., MKes
  2. Fariani Syahrul, SKM, MKes

Sie Ilmiah

  1. Prof. Dr. Chatarina UW, dr, MS, MPH
  2. Dr.Sunaryo., dr., MS., MS.i
  3. Djohar Nuswantoro, dr, MPH
  4. Dr. Siswanto, dr, MSc
  5. Dr. Susilowati Andajani, dr, MS
  6. Dr. Pudji Lestari, dr, MKes
  7. Budiono, dr, MKes

Sie Acara

  1. Linda Dewanti, dr, MKes, MSc, PhD
  2. Pramita Andarwati, dr (Litbangkes Pusat Humaniora)
  3. drg. Ansarul Fahrudda, MKes (Dinkes Provinsi JawaTimur)
  4. Dr. Sisilia Windi
  5. Rukmini, SKep Ns.MKes

Sie Konsumsi

  1. Widati Fatmaningsrum
  2. Dwi Susanti, dr, MPH
  3. Dr. Pramita (Litbangkes Pusat Humaniora)

Sie Publikasi/ Dok

  1. Dr Sri Setyani (Dinkes Kota Surabaya)
  2. PKFI Surabaya
  3. Bagian IKM FK UA, UB, UNEJ, UWK, UHT, UWM, UNUSA, UMM, urindo, UNISMA, FKM UA

Kesekretariatan

  1. Tania Wahyu Sadati, S.Sosio
  2. Satrio Wibowo
  3. Septi Fajar Ningtyas

 

Reportase: Pembukaan Postgraduate Forum

The 6th Postgraduate Forum on Health System and Policy 2015

“Provider Payment Reforms in SEA: Impact and Lessons Learned”

VENUE : Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Center (UKMMC)
14 – 15 September 2015

HARI I   |   HARI II

Reportase: Pembukaan

Hari Pertama, 14 September 2015
Reporter: Tiara Marthias, MPH

Pada tahun 2015 ini, PGF diselenggarakan oleh International Center for Casemix and Clinical Coding, Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan diawali oleh Ketua Panitia Prof. Dato’ Syed Mohamed Aljunid dan diikuti dengan pembukaan resmi oleh Prof. Datuk Dr. Noor Azlan bin Ghazali selaku Vice Chancellor UKM.

Tahun ini, PGF mengangkat topik Mekanisme Pembayaran Provider di Asia Tenggara: Dampak dan Pembelajaran. Topik ini sangat relevan dengan perkembangan terbaru di bidang pembiayaan kesehatan, terutama di Indonesia. Hal ini tampak dari dua presentasi khusus yang diberikan oleh Prof. Dr. Supasit Pannarunothai (Naresuan University) serta Prof. dr. Laksono Trisnantoro (FK Universitas Gadjah Mada), dimana berbagai tantangan di sistem pembiayaan kesehatan dalam rangka mencapai Universal Health Coverage (UHC) menjadi isu yang penting baik di Thailand maupun Indonesia.

Thailand sendiri yang telah memulai program UHC sejak tahun 1990-an, saat ini tengah membahas pola pembayaran provider kesehatan. Pada awal 1990-an, Thailand memberlakukan sistem insentif untuk menjaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya hanya praktik di sektor publik dan tidak melakukan dual practice. Insentif lainnya termasuk tambahan penghasilan bagi tenaga kesehatan yang mau memberikan layanan kesehatan di luar jam kerja/sore hari. Namun, kebijakan ini memiliki moral hazard tersendiri, dimana tampak adanya peningkatan penundaan layanan menjadi sore hari agar insentif tenaga kesehatan bertambah. Insentif lain yang diberlakukan pada tahun 2000-an adalah insentif khusus untuk tenaga kesehatan di daerah pedesaan. Insentif ini digantikan dengan pay for performance yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien dalam pembiayaannya. Namun, berbagai perkembangan kebijakan ini memiliki berbagai sisi positif maupun negatif, termasuk berdampak terhadap kesetaraan (inequity) dan juga capaian layanan kesehatan.

Program JKN merupakan gerakan yang ambisius dan akan menjadi sistem single-pool terbesar di dunia pada tahun 2019 mendatang. Untuk itu, implementasi JKN ini membutuhkan masukan yang riil dan perbaikan terus-menerus agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Presentasi dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro sendiri menggambarkan sejumlah temuan awal dari implementasi program JKN di Indonesia termasuk kekhawatiran terhadap program ini dalam sistem reimbursement dan detil kebijakan yang ada saat ini. Sistem reimbursement saat ini misalnya, menerapkan open ended reimbursement, dimana rumahsakit dapat mengajukan klaim tanpa batas atas. Di lain sisi, besaran kapitasi per populasi telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Kesehatan. Di level layanan primer, peraturan teknis dan detil belum banyak dikeluarkan, sehingga para penyedia layanan tidak memahami secara komprehensif tatacara penggunaan dana di sistem baru ini.

Berbagai hasil studi di bidang UHC ini sangat menarik untuk dibagi dalam forum ini, terutama dalam konteks bagaimana pembelajaran dapat terjadi di skala global dan secara langsung tersampaikan antar sesama akademisi dan juga praktisi di bidang kesehatan (TM).

“Challenges in Commercialization of Research Outputs of Local Universities”

Prof. Dr. Raha binti Abdul Karim

Komersialisasi meupakan suatu usaha untuk memperkenalkan suatu produk baru, dimana produk yang dimaksud adalah rancangan desain baru khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. Komersialisasi untuk rancangan desain tersebut harus melibatkan berbagai pihak. Pihak yang dimaksud antara lain: pemerintah, universitas, dan institusi penelitian. Namun saat ini, investasi dan keterlibatan antara berbagai pihak tersebut masih sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan hubungan yang kurang antara akademisi dengan industri. Untuk meningkatkan investasi terhadap rancangan desain, maka universitas harus segera berkolaborasi dengan industri untuk mewujudnyatakan rancangan desain tersebut. Ketika rancangan desain tersebut diperkenalkan lebih luas, hal yang perlu dilakukan adalah menmpatenkan rancangan desain tersebut. Jadi, poin utama dari komersialisasi rancangan desain adalah melakukan promosi, bekerjasama dengan berbagai pihak (misal:industri), dan meng-hak patenkan rancangan desain tersebut.

“Provider Payment Reform in Developing Countries : Impact on Pharmaceutical Industries”
Oleh : Ms. Michaela Dinboeck

Reporter: Emmy Nirmala, MPH

Ada tiga dasar tujuan dalam sistem kesehatan pertama, meningkatkan kualitas kesehatan masing masing personal. Kedua, memelihara dan melayani orang–orang yang sakit. Ketiga, melindungi dan menjaga keluarga untuk tidak mengeluarkan biaya untuk perawatan kesehatan. Who have to pay ? Who have to receive? Pada dasarnya sistem asuransi kesehatan menentukan siapa dan apa yang diterima setelah mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut, serta bagaimana pengelolaan asuransi yang baik.

Tarif pelayanan kesehatan setiap tahun mengalami peningkatan. Mengapa traif pelayanan kesehatan meningkat? Life style yang beragam, aging population, inovasi dalam bidang kesehatan, populasi lansia dengan masalah penyakit yang cukup beragam, meningkatnya bidang pengobatan dan inovasi.

Universal coverage melibatkan tiga hal; luas cakupan, lingkup cakupan dan kedalaman cakupan: berapa biaya untuk setiap obat?. Universal coverage di Indonesia 75% member merasa puas dengan penyedia layanan asuransi kesehatan dan 80% kebijakan untuk mendukung program JKN telah terlaksana.

Ikhtisar prinsip farmasi, pertama di industri yaitu sebagai penggerak pertumbuhan di masa depan (pariwisata medis). Kedua, lingkungan yaitu produksi farmasi. Ketiga, pertimbangan Pemerintah dengan mekanisme pembayaran penyedia. Perbedaan dengan pelayanan di Malaysia di bidang farmasi, GP Clinic, RS swasta dan RS pemerintah. Reformasi pembayaran beberapa bisa berpengaruh pada industri farmasi dengan kualitas, hasil inovasi, insfrastruktur, harga. Novartis berkontribusi dalam pemberian manajemen pelayanan kesehatan secara terstruktur dan sustainable dalam sistem pelayanan kesehatan.

Sektor Kesehatan: Setelah 70 Tahun Indonesia Merdeka

Laksono Trisnantoro, Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
KOMPAS, 21 Agustus 2015

Tahun 2015, atau 70 tahun setelah Indonesia merdeka, status kesehatan masyarakat ternyata masih belum menggembirakan. Meskipun Pemerintah Indonesia-dalam hal ini Kementerian Kesehatan-telah berusaha keras, angka kematian ibu dan bayi masih tinggi, bahkan di daerah-daerah perkotaan yang mempunyai fasilitas dan tenaga kesehatan cukup.

Masyarakat yang mengidap tuberkulosis (TB) masih bertambah. Pengidap HIV/AIDS juga terus meningkat. Lebih memprihatinkan lagi, kondisi ini seiring dengan meningkatnya jumlah penyakit tidak menular, seperti diabetes, kanker, serta jantung. Anak-anak dan ibu hamil dengan gizi buruk, juga yang terlalu gemuk, masih banyak ditemui. Pengendalian pemakaian tembakau masih belum berjalan baik. Seolah semua usaha jalan di tempat.

Sebenarnya ada pelbagai kemajuan yang patut diapresiasi. Di sisi perlindungan untuk kesehatan masyarakat, misalnya, sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Kesehatan Daerah. Jumlah rumah sakit, tenaga kesehatan, dan dokter juga meningkat meskipun belum merata. Daerah-daerah dengan kondisi geografis sulit, seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Barat, memang masih jauh tertinggal.

Sebaliknya, masyarakat yang mampu memilih masih belum puas dengan mutu pelayanan kesehatan. Masih banyak pasien Indonesia yang berobat ke negara lain. Sementara akses masyarakat miskin di sejumlah daerah sulit masih menjadi masalah besar. Sesungguhnya apa yang kurang dalam sistem kesehatan di negara yang sudah merdeka 70 tahun ini?

Negara kesejahteraan

Ketika Indonesia merdeka tahun 1945, para pendiri bangsa telah menulis di UUD 1945 yang menyatakan Indonesia sebagai negara kesejahteraan. Fakir miskin ditanggung negara, termasuk urusan kesehatan. Akan tetapi, yang diwariskan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Jepang bukanlah sistem kesehatan yang bertujuan melindungi masyarakat dari sakit, khususnya mereka yang miskin.

Pada masa penjajahan, sistem kesehatan dibangun terutama untuk kepentingan penjajah melindungi aparat pemerintah serta karyawan perusahaan besar dari risiko sakit. Akibatnya, setelah Indonesia merdeka, amanah UUD 1945 tidak mudah dijalankan, terutama dalam pembiayaan sektor kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan untuk perorangan, setelah kemerdekaan, RS-RS milik gereja kehilangan sumber dana bantuan kemanusiaan dari Eropa. Maka, RS-RS keagamaan harus mencari dana dari pasien karena pemerintah tidak mempunyai dana cukup untuk pelayanan kesehatan. Masyarakatlah yang harus membayar, termasuk yang miskin. Masyarakat miskin hanya bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gratis jika mampu membuktikan diri sebagai orang miskin, tidak mampu untuk mendapat pelayanan gratis. Terjadilah mekanisme pasar di pelayanan kesehatan.

Sistem pasar terus berlangsung sampai Orde Baru. RS swasta diperbolehkan menjadi lembaga berbentuk PT (mencari untung). Berbagai perkembangan ini membentuk sifat sektor pelayanan kesehatan perorangan yang semakin dipengaruhi oleh hukum pasar yang celakanya tidak ada pengawasan.

Muncul efek samping di situasi ini, misalnya adanya semacam kartel yang membatasi jumlah spesialis. Akibatnya, jumlah dokter spesialis dan subspesialis menjadi sangat kurang.

Desentralisasi

Tahun 1999, setelah krisis moneter dan reformasi politik di Indonesia, sektor kesehatan Indonesia juga mengalami desentralisasi. Sayangnya, hal ini dilakukan secara setengah hati. Kondisi ini bisa dilihat dari bertambahnya APBN pemerintah pusat selama 10 tahun terakhir, dengan pembiayaan kesehatan dilakukan oleh pusat kembali (resentralisasi).

Daerah-daerah, termasuk yang mampu, tidak memberikan anggaran cukup untuk sektor kesehatan. Dalam kasus program penurunan kematian ibu dan bayi, dana program masih bergantung pada APBN. Kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat menjadi identik dengan program Kementerian Kesehatan ataupun dinas kesehatan di daerah. Pemerintah merencanakan, melakukan, dan menilai sendiri kegiatan-kegiatan seperti imunisasi, pemberantasan nyamuk, sampai promosi kesehatan. Akibatnya, tidak ada sistem monitoring dan pengendalian secara independen. Peran masyarakat dan LSM masih terbatas dalam program kesehatan masyarakat. Dampak lanjutannya, pemerintah pusat kesulitan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang seharusnya dilakukan pemerintah kabupaten dan provinsi.

Pada tahun 1999, reformasi politik menetapkan pemerintah sebagai sumber dana masyarakat miskin melalui program Social Safety-Net, yang diteruskan dengan Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan saat ini JKN. Kebijakan ini mengakhiri periode mekanisme pasar yang sangat kuat.

Meski demikian, kebijakan pembiayaan untuk pelayanan perorangan ini tidak dapat mengangkat status kesehatan masyarakat. Selama 10 tahun terakhir, berbagai indikator kesehatan masyarakat, seperti angka kematian ibu dan bayi, demikian juga dengan penderita TB, masih belum dapat dikendalikan. Di sejumlah kota besar, jumlah kematian ibu meningkat seiring dengan peningkatan anggaran untuk jaminan kesehatan.

Transparansi data kurang

Kebijakan JKN dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai pengelola merupakan hal yang bertujuan baik. Akan tetapi, saat ini, hal itu sulit dinilai karena transparansi data belum baik.

Data penggunaan sarana kesehatan primer dan rujukan langsung dikirim ke kantor pusat BPJS tanpa ada analisis di daerah. Akibatnya, pemerintah kabupaten/kota/provinsi tidak dapat membuat perencanaan kesehatan dengan baik, khususnya untuk pencegahan penyakit.

Pelaksanaan kebijakan desentralisasi menjadi semakin tidak jelas di sektor kesehatan. Di JKN diduga terjadi salah sasaran dalam pemberian subsidi. Dana penerima bantuan iuran (PBI) masih sisa di sejumlah daerah, khususnya di kawasan yang berakses buruk. Dana ini kemudian dipergunakan untuk mendanai peserta BPJS di tempat lain yang merugi.

Di sisi lain, program kesehatan masyarakat ternyata juga belum baik dijalankan. Kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat identik dengan program Kementerian Kesehatan ataupun dinas kesehatan di daerah.

Pemerintah merencanakan, melakukan, dan menilai sendiri kegiatan-kegiatan seperti imunisasi, pemberantasan nyamuk, sampai promosi kesehatan. Akibatnya, tidak ada sistem monitoring dan pengendalian independen. Peran masyarakat dan LSM masih terbatas dalam program kesehatan masyarakat.

Kementerian-kementerian terkait kesehatan, seperti Kementerian Pekerjaan Umum atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak terkoordinasi selama bertahun-tahun. Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan terbatas menjadi pelaku pelayanan dengan dana pemerintah.

Fungsi pengawasan lembaga pelayanan pemerintah dan swasta serta penyusun kebijakan terabaikan. Dalam konteks kematian ibu, apabila sistem kontrol mutu pelayanan rujukan ibu dan mutu pelayanan rumah sakit dilakukan dengan baik, penurunan angka kematian ibu dapat dipercepat.

Apa yang perlu dilakukan

Sebagai refleksi 70 tahun perkembangan sistem kesehatan, ada beberapa hal kunci untuk dilakukan.

Pertama, kebijakan pembiayaan JKN perlu ditingkatkan lewat transparansi, efisiensi, dan pemerataan. Jangan sampai subsidi bagi masyarakat miskin (PBI) salah sasaran dan terjadi inefisiensi.

Kedua, diperlukan kerja sama pemerintah dan swasta. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat, perlu kerja sama antara Kementerian Kesehatan atau dinas kesehatan dan swasta melalui sistem kontrak.

Ketiga, perlu koordinasi lebih erat antara Kementerian Kesehatan dan kementerian lain atau dinas kesehatan dan dinas terkait kesehatan di daerah dalam konteks desentralisasi.

Keempat, perlu reorientasi pendidikan tenaga kesehatan. Dengan skema LSM dan swasta sebagai kontraktor, lulusan fakultas kesehatan masyarakat tidak harus menjadi PNS. Pola-pola kartel dalam pendidikan spesialis dan subspesialis harus dihilangkan.

Kelima, promosi kesehatan perlu ditingkatkan agar masyarakat sadar bahwa kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga masyarakat.

 

{jcomments on}

GIZI, Kebijakan Rokok, dan Penyakit Tidak Menular

SESI III – Diskusi Paralel
GIZI, Kebijakan Rokok, dan Penyakit Tidak Menular

 

Senin, 24 Agustus 2015

Gizi masyaralat

15.00 – 15.05

Pembukaan oleh moderator

15.05 – 15.15

HUBUNGAN OBESITAS PRAKEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG Oleh Ahmad Semi Rahayu Slamet

ppt  pb

15.15 – 15.25

ANALISIS PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMENT oleh Dewi Marhaeni

pb

15.25 – 15.35

PENGGUNAAN DATA AUDIT KEMATIAN DALAM PENGUATAN KEBIJAKAN GIZI DI TINGKAT KABUPATEN oleh Elisa Sulistyaningrum

ppt  pb

15.35 – 15.45

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SUMBER DAYA IBU, POLA ASUH, DAN STATUS GIZI ANAK UMUR 6-24 BULAN DI KABUPATEN BANDUNG oleh Dahniar Bako

ppt  pb

15.45 – 15.55

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN PRADIABETES PADA LAKI-LAKI USIA ≥ 45 TAHUN DI KOTA YOGYAKARTA oleh Dita Retno Pratiwi

15.55 – 16.05

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PREVALENSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI SELURUH KABUPATEN INDONESIA oleh Demsa Simbolon

16.05 – 16.30

Diskusi

Kebijakan Rokok & Penyakit tidak Menular

16.30 – 16.35

Pembukaan oleh Moderator

16.35 – 16.45

ANALISIS KEEFEKTIFAN KEBIJAKAN PICTORICAL HEALTH WARNING PADA KEMASAN ROKOK DALAM MENURUNKAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SE KABUPATEN JEMBER oleh Christyana Sandra

ppt  pb

16.45 – 16.55

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA BUKITTINGGI oleh Isniati

16.55 – 17.05

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI SUMATERA BARAT oleh Syafrawati

17.05 – 17.15

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR oleh A. Sriwiyani

17.15 – 17.25

KARAKTERISTIK DAN PENATALAKSANAAN STEROID-INDUCED GLAUCOMA PADA ANAK DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO PERIODE 2007-2011 oleh Indri Nurul Badriah

17.25 – 18.00

Diskusi

 

 

 

Kelompok Kerja Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional

  LATAR BELAKANG

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia adalah suatu jembatan penyambung berbagai pemangku kepentingan dalam kebijakan kesehatan di Indonesia. Mereka yang bergabung merupakan para peneliti, akademisi, pemerhati, praktisi kebijakan, kelompok masyarakat, wakil rakyat, birokrat, pengamat dari berbagai profesi dan lembaga.

Forum ini telah 5 kali digelar, setiap tahun berturut-turut di Jakarta (UI), Makasar (UNHAS), Surabaya (UNAIR), Kupang (UNDANA), dan Bandung (UNPAD). Pada tahun 2015 ini kota Padang mendapat kehormatan dengan Universitas Andalas (UNAND) sebagai tuan rumah.

Tema tahun ini adalah “UPAYA PENCAPAIAN UHC 2019 : KENDALA, MANFAAT, DAN HARAPANNYA”. Dengan sub tema : “Tantangan Upaya Pencapaian Universal Health Coverage – UHC”.

Kelompok kebijakan kesehatan yang akan berkumpul merupakan kelompok yang sudah lebih dahulu berkembang dalam forum sebelumnya serta kelompok kajian baru tahun ini:

  1. Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak
  2. Pokja Kebijakan Pembiayaan Kesehatan/Asuransi
  3. Pokja Kebijakan HIV/AIDS
  4. Pokja Kebijakan Pelayanan Kesehatan
  5. Pokja Kebijakan Gizi Masyarakat
  6. Pokja Kebijakan Kesehatan Lingkungan
  7. Pokja Penanggulangan Bencana
  8. Pokja Mental Health

Pokja Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional dan Pembiaaan Kesehatan akan kembali hadir untuk melengkapi rangkaian acara di forum tahunan Kebijakan Kesehatan Indonesia 2015. Kebijakan Jaminan Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan merupakan tema utama dalam FKKI VI kali ini. Kebijakan ini juga merupakan isu penting dalam perjalanan menuju Universal Health Coverage 2019. Selain itu, pembiayaan kesehatan juga menjadi sorotan agenda utama terkait dengan kenaikan anggaran kesehatan di Indonesia yang dalam waktu dekat ini akan mencapai 5% dari APBN kita.

Pembiayaan kesehatan masih merupakan isu penting di sektor kesehatan. Masih banyak ditemukan kendala – kendala dalam menangani perencanaan, penganggaran dan pembiayaan kesehatan secara global. Perlu strategi dalam mempersiapkan kenaikan anggaran di sektor kesehatan agar dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan di masing – masing daerah dan tujuan utama pemerataan kesehatan tercapai serta penggunaan anggaran yang efektif dan efisien.

Selama berlangsungnya JKN jumlah peserta sampai dengan bulan Februari 2015 tercatat sebanyak 137.743.318 jiwa. Sampai dengan saat ini pula pemerintah dan BPJS Kesehatan terus memperbaiki pelaksanaan program JKN salah satunya dalam dengan upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 2014 telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi JKN untuk tahun pertama. Pada tahun 2015 ini diperlukan lagi monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan JKN dari segala aspek mulai dari kepesertaan, penggunaan, hingga pembiayaan untuk kapitasi, bukan kapitasi serta jumlah klaim INA CBGs yang telah dimanfaatkan oleh peserta JKN.

Latar belakang di atas menjadi isu-isu utama yang akan dibahas selama Forum Kebijakan Kesehatan Indonesia 2015 berlangsung. Pokja JKN dan Pembiayaan Kesehatan akan menyelenggarakan sejumlah presentasi dalam sesi paralel yang memuat hasil-hasil penelitian di bidang JKN dan Pembiayaan Kesehatan dari seluruh Indonesia pada hari pertama dan kedua forum, yang merupakan rangkaian dari sesi pleno FKKI VI.


  TUJUAN

  1. Membahas perkembangan isu – isu strategis kebijakan pembiayaan dan jaminan kesehatan nasional di Indonesia, melalui sesi presentasi paralel oleh para akademisi, pelaku program, dan mitra pembangunan
  2. Meningkatkan kapasitas penelitian oleh perguruan tinggi/pusat penelitian dan peneliti dalam penelitian kebijakan kesehatan, khususnya di bidang kebijakan pembiayaan dan jaminan kesehatan serta diseminasi penelitian
  3. Membentuk jaringan Community of Practice (CoP) pengembangan kebijakan JKN dan Pembiayaan Kesehatan.

 

  Waktu dan Tempat

Senin-Rabu, 24-25 Agustus 2015

Jadwal Kegiatan Sesi Paralel Pokja JKN dan Pembiayaan Kesehatan

Senin, 24 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

JKN EVALUASI

15.00 – 15.10

Pembukaan oleh moderator

15.10 – 15.20

Analisis Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan Pencapaian UHC Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional se- Propinsi Bengkulu oleh Yandrizal

ppt  pb

15.20 – 15.30

Analisis Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Ibu Pada Tahun Pertama Penerapan JKN di Kab. Mandailing Natal oleh Siti Kadijah Nasution

ppt  pb

15.30 – 15.40

Gambaran Pelaksanaan Program Persalinan di Puskesmas Ponu Kab. TTU th 2014 oleh Robertus Tjoefin

ppt  pb

15.40 – 15.50

Kesiapan RSUD BAA Kab Rote Ndao Prop NTT dalam Menyelenggarakan JKN oleh Yulis

15.50 – 16.00

Implementasi Program JKN di Prop Sulawesi Tenggara tahun 2015 oleh La Ode Ali Imran

16.10 – 16.30

Diskusi

JKN PENGGUNAAN

16.30 – 16.35

Pembukaan oleh Moderator

16.35 – 16.45

Advokasi Keberlanjutan Program JKN dengan Pendekatan Economic Lost oleh Kasman Makassau

ppt  pb

16.45 – 16.55

Gambaran Penyerapan Klaim INA-CBGs dan Kebijakan Pemanfaatan Dana Sisa tahun 2014 atas Pelaksanaan JKN di NTT oleh Faozi Kurniawan

ppt  pb

16.55 – 17.05

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Program JKN PBI di Puskesmas Sambutan Samarinda oleh Nur Rohmah

ppt  pb

17.05 – 17.15

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfataan Pelayanan Kesehatan Program JKN PBI di Puskesmas Sempaja Samarinda

17.15 – 17.25

Kebijakan Pemberian Bantuan Iuran di Kab. Sumbawa Barat dalam Mendukung Penyelenggara JKN oleh Henry Fitriawan

17.25 – 17.35

Penggunaan E-Promotion dalam Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung 2015

17.35 – 18.00

Diskusi

   

Selasa, 25 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

JKN KEPUASAN

13.00 – 13.15

Pembukaan oleh Moderator

13.15 – 13.25

Analisis Perbedaan Kepuasan Pasien JKN dan Umum di RSUD Bantaeng th 2015 oleh Irwandy

ppt  pb

13.25 – 13.35

Gambaran Kepuasan Petugas Kesehatan dan Peserta JKN di Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat thn 2015 oleh Rini Anggraeni

ppt  pb

13.35 – 13.45

Analisis Unit Penanganan Keluhan Pasien Peserta Program JKN di Puskesmas Banjarbaru oleh Maman Saputra

13.45 – 13.55

Analisis Keluhan Peserta BPJS Kesehatan melalui Saluran Facebook oleh Ernawaty

ppt

13.55  – 14.05

Evaluasi Kepuasan Pasien Peserta JKN di RSAM Bukittinggi 2014 oleh Adila Kasni

JKN – KEPESERTAAN

14.05 – 14.15

Model Prediksi Keikutsertaan Masyarakat Sektor Informal dalam JKN oleh Arih Diyaning Intisari

ppt  pb

14.15 – 14.25

Perluasan JKN bagi Pekerja Sektor Informal (Studi Evaluasi Pra dan Pasca JKN) oleh Haerawati Idris pb

14.25 – 15.00

Diskusi

   

15.00 – 16.00

Sesi Pleno (Keynote Menteri Kesehatan)

16.00 – 16.30

Rehat Kopi

   

PEMBIAYAAN KESEHATAN

16.30 – 16.40

Pembukaan oleh Moderator

16.40 – 16.50

Pembiayaan Keseahtan Mahasiswa Pendatang di Era JKN oleh Nuzulul Putri pb

16.50 – 17.00

Implementasi Permenkes No. 75 th 2014 terhadap Penggunaan Dana BOK untuk Pembiayaan Program Kesehatan Gigi Berbasis Masyarakat di Puskesmas oleh Yannurdin

ppt  pb

17.00 – 17.10

Pembiayaan Kesehatan dan Efektifitas Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kalimantan Timur oleh Krispinus Duma

17.10 – 17.20

Beban Ganda Masyarakat Miskin Pengguna JKN dalam Menjangkau dan Memanfaatkan Layanan Kesehatan di NTT oleh Faisal Mansyur

17.20 – 17.30

Integrasi JKN dan Program Health Risk Reductioin Menuju Indonesia Lebih Sehat dan Produktif oleh Djazuly Chalidyanto

17.30 – 18.00

Diskusi

   

Penyelenggara
Divisi Kebijakan dan Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM

Cara Pendaftaran Peserta
Pendaftaran bagi peserta umum sebagai berikut :

Kegiatan

Early Bird
hingga 30 Mei 2015

1 Juni – 23 Agustus 2015

On Site

Seminar (2 Days)
24-25 Agustus 2015

Rp. 750.000  Rp. 850.000  Rp. 1.000.000 

Workshop (1 Day)
26 Agustus 2015

Rp. 500.000  Rp. 600.000  Rp. 750.000 

Seminar + Workshop
24 -26 Agustus 2015

Rp. 1.000.000  Rp. 1.000.000  Rp. 1.250.000 

Field Trip 27 Agustus 2015

Rp. 700.000  Rp. 800.000  Rp. 1.000.000 

Biaya sudah meliputi seminar kit, konsumsi selama meeting dan sertifikat berSKP IDI dan/atau IAKMI. Pendaftaran dapat dilakukan melalui email ke [email protected]  atau melalui www.kebijakankesehatanindonesia.net 

 

  Keterangan Lebih Lanjut pendaftaran peserta

Angelina Yusridar      08111 498 442
Lati                             081374252204
Astri Getriana, SKM   081267837879
Universitas Andalas Padang
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 94 Padang
Telp : / (0751) 38613
Email : [email protected]
Web : www.kebijakankesehatanindonesia.net 

 

 

Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak

  LATAR BELAKANG

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia adalah suatu jembatan penyambung berbagai pemangku kepentingan dalam kebijakan kesehatan di Indonesia. Mereka yang bergabung merupakan para peneliti, akademisi, pemerhati, praktisi kebijakan, kelompok masyarakat, wakil rakyat, birokrat, pengamat dari berbagai profesi dan lembaga.

Forum ini telah 5 kali digelar, setiap tahun berturut-turut di Jakarta (UI), Makasar (UNHAS), Surabaya (UNAIR), Kupang (UNDANA), dan Bandung (UNPAD). Pada tahun 2015 ini kota Padang mendapat kehormatan dengan Universitas Andalas (UNAND) sebagai tuan rumah.

Tema tahun ini adalah “UPAYA PENCAPAIAN UHC 2019 : KENDALA, MANFAAT, DAN HARAPANNYA”. Dengan sub tema : “Tantangan Upaya Pencapaian Universal Health Coverage – UHC”.

Kelompok kebijakan kesehatan yang akan berkumpul merupakan kelompok yang sudah lebih dahulu berkembang dalam forum sebelumnya serta kelompok kajian baru tahun ini:

  1. Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak
  2. Pokja Kebijakan Pembiayaan Kesehatan/Asuransi
  3. Pokja Kebijakan HIV/AIDS
  4. Pokja Kebijakan Pelayanan Kesehatan
  5. Pokja Kebijakan Gizi Masyarakat
  6. Pokja Kebijakan Kesehatan Lingkungan
  7. Pokja Penanggulangan Bencana
  8. Pokja Mental Health

Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) akan kembali hadir sebagai rangkaian acara di forum tahunan Kebijakan Kesehatan Indonesia 2015. Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan agenda yang tetap penting, terutama dengan kemajuan indikator KIA yang belum optimal. Isu penting lainnya adalah era JKN dimana sistem jaminan pembiayaan kesehatan saat ini yang mempengaruhi banyak sektor kesehatan, termasuk sektor KIA dan reproduksi. Selain era JKN, sistem pembiayaan kesehatan Indonesia juga memasuki tahap penting lainnya, dimana pada tahun 2016 kebijakan publik mendatang akan memberlakukan peningkatan anggaran sektor kesehatan menjadi sekitar 5% dari saat ini. Tujuan kebijakan ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia, tetapi persiapan yang baik sangat dibutuhkan agar peningkatan alokasi dana digunakan seoptimal mungkin. Salah satu agenda yang akan diusung dalam konteks peningkatan anggaran kesehatan ini adalah kemungkinan contracting-out pelayanan kesehatan di Indonesia, dalam rangka membantu pemerataan kesehatan dan juga penggunaan anggaran yang efektif dan efisien.

Latar belakang di atas menjadi isu-isu utama yang akan dibahas selama Forum Kebijakan Kesehatan Indonesia 2015 berlangsung. Pokja KIA akan menyelenggarakan sejumlah presentasi dalam sesi paralel yang memuat hasil-hasil penelitian di bidang KIA dari seluruh Indonesia pada hari pertama dan kedua forum, diikuti dengan workshop pada hari ketiga.

  TUJUAN

  1. Membahas perkembangan isu – isu strategis kebijakan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, melalui sesi presentasi paralel oleh para akademisi, pelaku program, dan mitra pembangunan
  2. Meningkatkan kapasitas penelitian oleh perguruan tinggi/pusat penelitian dan peneliti dalam penelitian kebijakan kesehatan, khususnya di bidang kebijakan kesehatan ibu dan anak serta diseminasi hasil penelitian
  3. Membahas aplikasi sistem kontrak di program Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
  4. Membentuk jaringan Community of Practice (CoP) pengembangan kebijakan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

  WAKTU & TEMPAT

Senin-Rabu, 24-26 Agustus 2015

Jadwal Kegiatan Sesi Paralel Pokja KIA

Senin, 24 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

15.00 – 15.10

Pembukaan oleh moderator

15.10 – 15.25

Dampak Keterangan BAPPEDA dalam rangka pengembangan kapasitas SKPD lintas sektor bagi perencanaan dan Penganggaran program kesehatan ibu dan anak di Provinsi Papua oleh Deni Harbianto

ppt  pb

15.25 – 15.40

Pola perawatan Ibu hamil berdasarkan sosial budaya masyarakat Nambo kecamatan Abeli kota Kendari Sulawesi Tenggara oleh Nani Yuniar

ppt  pb

15.40 – 15.55

Perempuan Muyu dalam pengasingan oleh Agung Dwi Laksono

ppt  pb

15.55 – 16.10

Analisis keikutsertaan kontrasepsi pasca salin pada penerima Jampersal di puskesmas rawat inap kota Padang oleh Dien Gusta Anggraini Nursal

ppt  pb

16.10 – 16.25

Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Balangnipa kabupaten Sinjai tahun 2012 oleh Nur Hidayah Tamal

16.25 – 16.50

Diskusi

16.50 – 17.05

Pengembangan model pencegahan resiko tinggi kehamilan dan persalinan yang terencana dan antisipasif (Regita) dengan kejadian komplikasi kehamilan Serta Faktor yang mempengaruhi di kota Bandar Lampung tahun 2015 oleh Wayan Aryawati

ppt  pb

17.05 – 17.20

Peran dokter dalam pelayanan maternal di Puskesmas oleh Lucky M. Hatta

ppt  pb

17.20 – 17.35

Analisis implementasi pelayanan maternal pada era JKN di FKTP wilayah kecamatan Tapian Dolok kabupaten Simalumun oleh Presty Sujana

ppt  pb

17.35 – 18.50

Evaluasi pembentukan dan pelatihan kelompok pendukung ASI oleh Sri Astuti

ppt  pb

18.50 – 19.05

Penguatan sistem monitoring desentralisasi untuk proyek program keluarga berencanan di Indonesia : Hasil dari penilaian awal oleh Tiara Marthias

18.00 – 18.30

Diskusi

   

Selasa, 25 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

13.00 – 13.15

Pembukaan oleh Moderator

13.15 – 13.30

Praktik budaya perawatan dalam kehamilan persalinan dan Nifas pada etnik Baduy dalam oleh Mara Ipa

ppt  pb

13.30 – 13.45

Efektivitas Monev standar Ponek 24 jam di RS oleh tim penilai Eksternal oleh Andriyani Yulianti

13.45 – 14.00

Dampak program sister hospital untuk menurunkan AKB di NTT oleh Puti Aulia Rahma

14.00 – 14.15

Pengembangan kebijakan manual rujukan Khusus KIA di tingkat kabupaten/kota oleh M. Hardhantyo

14.15 – 15.00

Diskusi

   

15.00 – 15.30

Rehat Kopi

   

15.30 – 15.45

Pembukaan oleh Moderator

15.45 – 16.00

Pembicara 1: UNICEF – Policy Development support di bidang Kesehatan Ibu dan Anak

16.00 – 16.15

Pembicara 2: Kinerja-USAID (Kemitraan Bidan-Dukun Aceh Singkil)

16.15 – 16.30

Pembicara 3: Tingkat pengetahuan dan keterampilan bidan dan implikasinya terhadap kebijakan revolusi KIA di Provinsi NTT – Elizabeth E. Wungouw (AIPMNH)

16.30 – 17.00

Pembicara 4: Partisipasi Keluarga/Masyarakat dalam Perawatan Neonatal Esensial di Situbondo dan Ngada (AIPHSS)

17.00 – 17.30

Diskusi

   

Jadwal Kegiatan Workshop Contracting Out Pokja KIA

Rabu, 26 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

08.30 – 10.00

Sesi Pembukaan Workshop:

  • SituasiContracting di sector kesehatan
  • Tantangan di tahun 2016

Peran strategis Implementation Research dan Policy Brief di tahun 2016 untuk monitoring kenaikan anggaran

10.00 – 10.30

Rehat dan pindah ke ruangan sesi paralel

10.30 – 12.00

Sistem Kontrak di Jaminan Kesehatan Nasional dalam konteks konsep Purchasing:

  • SistemKontrak di FasilitasKesehatan Tingkat Pertama
  • SistemKontrak di FasilitasKesehatan Tingkat Rujukan

(bergabung dengan Kelompok 1)

12.00 – 13.00

Rehat siang

13.00 – 14.00

Presentasi

Contracting Out Upaya Promosi KIA dan Reproduksi

  1. PengembanganperencanaantingkatPuskesmasmelaluiinisiatifIntegrated Micro Planning di Provinsi Papua (UNICEF Indonesia)
  2. PengembangankapasitasPONEK  dalamkerangkahospital mentoring system, sebagaibagiandarikemitraandengan RS Budi Kemuliaan (Program USAID-EMAS dan UNICEF)
  3. Program Sister Hospital di Provinsi NTT – PKMK FK UGM

14.00 – 15.30

Pembahasan

Melibatkan:

  1. Bappenas
  2. DirektoratIbu, Dirjen BGKIA
  3. DirektoratAnak, Dirjen BGKIA

15.30 – 16.00

Rehat kopi

16.00 – 16.45

Diskusi:

Peluang pengembangan pendekatan contracting-out untuk bidang KIA dan Reproduksi di Indonesia

16.45 – 17.00

Penutupan


Penyelenggara
Divisi Kebijakan dan Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM

Biaya sudah meliputi seminar kit, konsumsi selama meeting dan sertifikat berSKP IDI dan/atau IAKMI. Pendaftaran dapat dilakukan melalui email ke [email protected] atau melalui www.kebijakankesehatanindonesia.net

 

  Keterangan Lebih Lanjut pendaftaran peserta

Angelina Yusridar       08111 498 442
Lati                           081374252204
Astri Getriana, SKM     081267837879

Universitas Andalas Padang
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 94 Padang
Telp       : / (0751) 38613
Email     : [email protected]
Web      : www.kebijakankesehatanindonesia.net


Informasi Lebih Lanjut mengenai Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak

dr. Tiara Marthias, MPH
Email: [email protected] 
Phone: 081287604470
Telp/fax: +62 274 549423
Web: www.kesehatan-ibuanak.net
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Gedung IKM Sayap Utara Lantai 2
Jalan Farmako Sekip Utara, Yogyakarta 55281

 

 

Pokja Kebijakan Penanggulangan Bencana

  Latar Belakang

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia adalah suatu jembatan penyambung berbagai pemangku kepentingan dalam kebijakan kesehatan di Indonesia. Mereka yang bergabung merupakan para peneliti, akademisi, pemerhati, praktisi kebijakan, kelompok masyarakat, wakil rakyat, birokrat, pengamat dari berbagai profesi dan lembaga.

Forum ini telah 5 kali digelar, setiap tahun berturut-turut di Jakarta (UI), Makasar (UNHAS), Surabaya (UNAIR), Kupang (UNDANA), dan Bandung (UNPAD). Pada tahun 2015 ini kota Padang mendapat kehormatan dengan Universitas Andalas (UNAND) sebagai tuan rumah.

Tema tahun ini adalah “UPAYA PENCAPAIAN UHC 2019 : KENDALA, MANFAAT, DAN HARAPANNYA”. Dengan sub tema : “Tantangan Upaya Pencapaian Universal Health Coverage – UHC”.

Kelompok kebijakan kesehatan yang akan berkumpul merupakan kelompok yang sudah lebih dahulu berkembang dalam forum sebelumnya serta kelompok kajian baru tahun ini:

  1. Pokja Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak
  2. Pokja Kebijakan Pembiayaan Kesehatan/Asuransi
  3. Pokja Kebijakan HIV/AIDS
  4. Pokja Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan
  5. Pokja Kebijakan Gizi Masyarakat
  6. Pokja Kebijakan Kesehatan Lingkungan
  7. Pokja Penanggulangan Bencana
  8. Pokja Mental Health

Tahun 2015 ini, untuk pertama kalinya Pokja Penanggulangan Bencana membuka kajian dalam forum Kebijakan Kesehatan Indonesia. Penanggulangan Bencana sektor kesehatan sangat berpengaruh dengan sistem kesehatan yang ada baik secara nasional maupun daerah. Berdasarkan hal inilah dirasakan pentingnya kelompok kerja penanggulangan bencana ikut serta dalam forum kebijakan kesehatan Indonesia ini. Harapannya upaya ini dapat menjadi kesempatan bagi penggiat bencana kesehatan untuk saling bertemu dan berdiskusi, serta menjadi upaya publikasi dan hearing kepada peneliti dan jaringan kebijakan kesehatan lainnya untuk lebih menyadari adanya masalah dalam penanggulangan bencana yang terjadi di Indonesia.

Dalam kesempatan kali ini, kami Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM berinisiatif menjadi penyelenggara kelas paralel untuk pokja penanggulangan bencana. Selama dua hari dalam kegiatan ini, bersama kita akan membahas mengenai hasil-hasil penelitian kebencanaan sektor kesehatan, berdiskusi mengenai manajemen bencana (disaster management) dan bencana kedokteran (disaster medicine) di Indonesia selama ini, serta pengembangan pembelajaran kurikulum bencana sektor kesehatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia.

  Tujuan

  1. Membahas perkembangan isu – isu strategis kebijakan kesehatan dalam penanggulangan bencana selama ini di Indonesia.
  2. Meningkatkan kapasitas penelitian oleh perguruan tinggi/pusat penelitian dan peneliti dalam penelitian kebijakan kesehatan, khususnya di bidang penanggulangan bencana kesehatan.
  3. Meningkatkan kapasitas peneliti dalam mendiseminasikan hasil penelitian kebencanaan sektor kesehatan dan menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah lokal dan nasional.
  4. Membentuk jaringan perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan untuk pengembangan dan penyelenggaraan pembelajaran manajemen bencana di sektor kesehatan.
  5. Membentuk jaringan Community of Practice (CoP) penanggulangan bencana sektor kesehatan di Indonesia.

  Waktu dan Tempat

Senin-Selasa, 24-25 Agustus 2015
Senin Pukul 15.00-18.00 WIB
Selasa Pukul 13.00-17.00 WIB

Kelas Kecil* Hotel Bumi Minang Padang

Topik dalam Pokja Penanggulangan Bencana

  1. Manajemen Penanggulangan Bencana Sektor Kesehatan di Indonesia (Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI)
  2. Kebijakan dan Implementasi Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi pada saat Bencana (UNFPA)
  3. Pengalaman dan Kebijakan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Sumatera Barat (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat)
  4. Should a Disaster Medicine be Part of Curriculum in Medical Schools? (dr. Ali Haedar, SpEM Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya)
  5. Kurikulum Bencana Kesehatan di Perguruan Tinggi (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK FK UGM).
  6. Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana daerah di Indonesia: Hasil Penelitian (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK FK UGM)


  Jadwal Kegiatan

Senin, 24 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

15.00- 15.10

Pembukaanoleh moderator

15.10- 15.30

dr. Indro Murwoko (PPKK Kemenkes RI)

15.30- 15.50

dr. Rosilawati Anggraini (UNFPA)

15.50- 16.10

dr. Irene, MKM

16.10- 16.40

Diskusi

16.40-16.50

Moderator

16.50-17.05

dr. Angela Puspita

ppt  pb

17.05-17.20

Madelina Ariani, SKM

17.20-17.35

pengantar Paralel hari ke 2

   

Selasa, 25 Agustus 2015

Jam

Kegiatan

13.00- 13.10

Pembukaanoleh Moderator

13.10- 13.30

Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MPd, Msi

13.30-13.50

dr. Bella Donna, M.Kes

13.50-14.20

Diskusi

14.20- 14.30

Moderator

14.30-14.45

Oktomi Wijaya, SKM, M.Sc

ppt  pb

14.45-15.00

dr. Angela Puspita

15.00-15.15

Diskusi pembentukan jejaring PT dan COP penanggulangan bencana

15.15-15.30

Kesimpulan dan Rencana tindak lanjut

 

  Informasi Lebih Lanjut mengenai Pokja Penanggulangan Bencana

Oktomi Wijaya, SKM, M.Sc
Email: [email protected]
Phone: 081314843515
Telp/fax: +62 274 549423
Web: www.bencana-kesehatan.net 
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Gedung IKM Sayap Utara Lantai 2
Jalan Farmako Sekip Utara, Yogyakarta 55281

 

 

Pokja Kebijakan Aids

  Pendahuluan:

Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2015-2019 disebutkan bahwa kebutuhan dana untuk penyelenggaraan program HIV dan AIDS dari tahun 2015-2019 diperkirakan mencapai Rp.6,248,374,000,000 (USD 568,034,000). Perkiraan dana yang bisa dihimpun dengan berpedoman pada situasi saat ini hingga tahun 2019 hanya sebesar Rp.4,419,470,000,000 (USD 401,770,000) yang hampir separuhnya dibiayai oleh hibah luar negeri. Perhitungan mengenai ketersediaan dana dilakukan dengan memasukkan dana dalam negeri dengan asumsi pertumbuhan 20% per tahun pada dana pusat, dan peningkatan 20% dana daerah. Sementara itu, dana dalam negeri yang berasal dari swasta diperkirakan berada pada kisaran 3,4% – 4% dari total pendanaan untuk HIV dan AIDS, termasuk didalamnya layanan kesehatan swasta, bantuan swasta, dan CSR. Ketersediaan dana juga mencakup dana hibah luar negeri dari Global Fund dan dana bilateral lainnya, yang mencapai 49% dari total dana untuk HIV dan AIDS.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan potensi ketersediaan dana penganggulangan HIV dan AIDS 5 tahun mendatang, terdapat kesenjangan pendanaan mulai dari tahun 2015 sebesar USD 12,057 juta hingga USD 55,870 juta pada tahun 2019. Kesenjangan ini akan semakin membesar pasca tahun 2017 dengan besaran dana yang tersedia hanya sekitar 56% – 57% dari kebutuhan. Kesenjangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (2018 dan 2019) ini disebabkan oleh berakhirnya pendanaan dengan skema NFM dari Global Fund pada tahun 2017. Pada sisi lain, Pemerintah Australia (DFAT) dan Amerika Serikat (USAID) yang pada tahun 2014 memberikan bantuan sebesar USD 27,816,495 dan USD 24,496,612 akan mulai mengurangi dukungan pendanaannya mulai tahun 2015 ini sehingga kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan dana untuk lima tahun ke depan jelas akan bertambah besar

Kesenjangan kebutuhan dan ketersediaan dana ini akan mengancam cakupan layanan yang selama ini sudah dicapai oleh program penanggulangan AIDS secara nasional baik dalam upaya promosi dan pencegahan, perawatan, dukungan, pengobatan serta mitigasi dampak. Akibatnya, kemungkinan program HIV dan AIDS mencapai universal coverage pada tahun 2019 menjadi sesuatu yang sulit untuk direaliasikan. Salah satu strategi yang banyak direkomendasikan oleh banyak pihak untuk menjamin keberlanjutan program yang diinisiasi dari Global Health Initiatives adalah dengan mengintegrasikannya dengan sistem kesehatan yang berlaku. Isu penting sebagai konsekuensi upaya untuk mengintegrasikan penanggulangan HIV dan AIDS adalah seberapa jauh sistem kesehatan di Indonesia ini mampu mengadopsi penanggulangan HIV dan AIDS yang komprehensif mengingat selama ini pendanaan APBN hanya difokuskan untuk upaya kuratif, sementara upaya promotif dan preventif masih sebagian besar menggantungkan sumber pendaan dari luar negeri. Demikian pula pendaaan mitigasi dampak lebih banyak dilakukan oleh sektor non-kesehatan kecuali untuk pembiayaan perawatan infeksi oportunistik yang sudah ditanggung oleh JKN. Apakah dengan integrasi ke dalam sistem kesehatan, upaya promosi dan pencegahan bisa memperoleh perhatian yang besar dari pemerintah karena saat ini upaya tersebut sebagian besar dilakukan oleh sektor non-pemerintah khususnya lembaga swadaya pemerintah. Jika pemerintah menyediaan dana bagi kegiatan promotif dan preventif, apakah ada mekanisme yang memungkinkan bagi LSM untuk mengakses pendanaan tersebut sehingga memungkinkan untuk meneruskan peran mereka selama ini?

Sehubungan dengan berbagai permasalahan terkait dengan keberlangsungan program HIV di masa depan dan belum adanya mekanisme yang jelas dalam menintegrasikan penanggulangan HIV ke dalam sistem kesehatan, maka pada forum nasional kebijakan kesehatan kali ini, PKMK FK UGM akan mengembangkans sesi-sesi paralel selama forum ini berlangsung untuk membahas problematikan integrasi penanggulangan AIDS ke dalam sistem kesehatan sebagai antisipasi terhadap pencapaian UHC tahun 2019.

  Tujuan:

  1. Mendiskusikan permasalahan integrasi program dan kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan.
  2. Membahas upaya daerah untuk merespon integrasi pelayanan HIV ke dalam pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas dan rumah sakit sebagai realisasi atas pendekatan layanan komprehensif dan berkesinambungan (LKB) yang digagas oleh pemerintah.
  3. Membahas kontriibusi dan efektivitas peran sektor komunitas termasuk lembaga swadaya masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.
  4. Menilai kelayakan inovasi dalam pembiayaan kesehatan yang berupa kontrak pelayanan dan manajemen program penanggulangan HIV dan AIDS kepada LSM dengan menggunakan skema dana pemerintah (APBN/APBD)
  5. Membahas tentang strategi untuk mencapai Universal Health Coverage bagi kelompok-kelompok yang terdampak oleh HIV dan AIDS
  6. Membahas perkembangan hasil-hasil penelitian kebijakan HIV dan AIDS yang telah dilakukan oleh akademisi dan praktisi kesehatan masyarakat.
  7. Memperkuat jaringan peneliti dan pengamat kebijakan HIV dan AIDS di Indonesia sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kinerja implementasi kebijakan AIDS di Indonesia

  Waktu Kegiatan :

Kegiatan ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Forum Nasional VI Jaringan Kebijakan Kesehatan pada:

 Hari / Tanggal : Padang, 24-26 Agustus 2015
 Tempat : Hotel Bumi Minang Padang dan Kampus Universitas Andalas


  Agenda Kegiatan:

 

Senin, 24 Agustus 2015

 

15.00-17.00

Diskusi Paralel – Kelompok HIV dan AIDS

 

Integrasi Penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan untuk Mendukung Pencapaian UHC 2019

  1. Integrasi kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan: Suharni, MA |  materi
  2. Implementasi Layanan Komprehensif dan Berkesinambungan untuk Pencegahan dan Perawatan HIV dan AIDS di tingkat Daerah: Hersumpana,MA  |  materi
  3. Peran Sektor Komunitas dalam Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia: Chrysant Lily, MA  |  materi

Moderator : dr. Juliandi Harahap, MA

 
 
 

17.00-19.00

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS di Tingkat Daerah

  1. Membangun Critical Conciusness Terhadap HIV dan AIDS Melalui Kebijakan Bupati Jember Tentang Tim Penanggulangan HIV dan AIDS Tingkat Kecamatan, Kelurahan dan Desa. Dewi Rokhmah, SKM., M. Kes  |  materi
  2. PokJa Giwangan: Komitmen bersama Pencegahan IMS, HIV dan AIDS : 

    Ahmad Zubaeri  |  materi

  3. Sistem dan Pembiayaan HIV-AIDS Sektor Lembaga Swadaya Masyarakat : Usulan Kebijakan. 

    Esthi Susanti Hudiono  |  materi

  4. Futurologi of HIV Infection: Bridging Neuoroimmonology Towards Policy: 

    Dito Anurogo  |  materi

  5. Pengembangan 3 Kebijakan Penanggulangan AIDS di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Edi sampana  |  materi
  6. Integrasi Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS Dalam Kerangka Sistem Kesehatan di Kota Medan. Lita Sri Andayani, SKM, M. Kes  |  materi

Moderator : Sudirman Nasir, PhD

 

 

 

13.00-14.30

Diskusi Paralel – Kelompok HIV dan AIDS

Faktor Sosial dan Keperiluan dalam Penanggulangan AIDS

  1. Faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Untuk Terapi Antiretroviral di Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar Tahun 2015. – Dr. Fatmah Afrianty Gobel, SKM, M.Epid  |  materi
  2. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung di Kota Mataram Tahun 2012 – 

    I Kadek Mulyawan, MPH  |  materi
  3. Social exclusion, lack of bridging social capital and HIV-risk behaviours among male injecting drug users in Makassar, Indonesia – 

    Sudirman Nasir, PhD  |  materi
  4. Hubungan Faktor Pelayanan Kesehatan dan Efek Samping Obat Dengan Kepatuhan Minum Obat Antiretroviral Pada ODHA di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang – 

    Amelya B. Sir,S.KM.,M.Kes  |  materi
  5. Memperluas Pelayanan dengan Pemberdayaan TAMPING di Jakarta
    Ns. Sondang Sianturi, MSN  | materi

  6.  

    Kajian Peran dan Keberlanjutan Sumber Daya Manusia Dalam Program Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Medan, dr. Juliandi Harahap, MA | materi

Moderator : Ignatius Praptoraharjo, PhD

14.30-16.00

Faktor Pendukung dan Penghambat Penyediaan Layanan  HIV & AIDS

  1. Kendala SUFA (Strategic Use of ARV) Berdasarkan Pendekatan Sistem di Kabupaten Jember Tahun 2014. Irma Prasetyowati  |  materi
  2. Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap Strategi HIV Test & Treat Pada Pengguna Narkoba Suntik di Jawa Barat. Bony Wiem Lestari  |  materi
  3. Analisis SWOT pada peran Bidan di dalam Mengendalikan HIV / AIDS di Denpasar: Pengkajian Hambatan dan Pencapaiannya. – Dr. Ni Komang Yuni Rahyani.,S.SI.T.,M.Kes  |  materi
  4. Layanan Psikososial bagi Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kota Makassar – Shanti Riskiyani, SKM, M.Kes  |  materi
  5. Perbedaan Metode KIE-ABAT dan Metode Peer Education Terhadap Pengetahuan dan Persepsi Remaja Mengenai HIV-AIDS di Kota Bukit Tinggi. Lusiana El Sinta Bustami  |  materi

Moderator : dr. Ita Perwira, MPH

16.00-17.30

Seed Grant Award untuk Proposal Kebijakan HIV dan AIDS Peserta Angkatan II Blended Learning

Pic: M. Suharni, MA

 

 

Rabu, 26 Agustus 2015

 Waktu

Workshop Contracting Out dan Implementation Research

08.30 – 10.00

Pembukaan:

  • Situasi Contracting di sektor kesehatan
  • Tantangan di tahun 2016
  • Peran strategis Implementation Research dan Policy Brief di tahun 2016 untuk monitoring kenaikan anggaran

10.30-12.00

Konsep dan Strategi Pembiayaan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Penyediaan Layanan Kesehatan melalui mekanisme Contracting Out

  1. Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS
    Kepala Sub Direktorat Kesehatan Masyarakat – Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat (Bappenas).
  2. Budi Prasetyo, SH, MM

    Sekretaris Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum (Kementerian Dalam Negeri)

Moderator : Hersumpana, MA

12.00-13.00

ISHOMA

13.00-15.00

Kasus: Kontrak Pelayanan Kesehatan kepada LSM

  1. Indonesia Partnership Fund (IPF): Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS & Kios Atma Jaya
    1. Yufrizal Putra Chandra (KPAN)
    2. Husen Basalamah (Kios Atma Jaya)
  2. Program Kolaborasi TB – HIV di Lapas/Rutan dan Rumah Sakit: Subdit TB – Kementerian Kesehatan & Red Institute
    1. dr. Cristina Widaningrum, M. Kes (Kasubdit TB – Kementerian Kesehatan RI)*
    2. Yakub Gunawan (Red Institute)

Moderator : Chrysant Lily, MA

15.00-15.15

Coffee break

15.15-16.45

Diskusi: Peluang Pendanaan APBN Program AIDS kepada LSM

  1. Yufrizal Putra Chandra (KPAN)
  2. dr. Krishnajaya, MS (Ketua Adinkes)
  3. dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid (Kasubdit AIDS – Kementerian Kesehatan RI)

Fasilitator : dr. Yanri Subronto, Sp.PD, PhD

 * masih dalam konfirmasi

  Keterangan Lebih Lanjut :

Wisnu Firmansyah atau Sri Hartuti
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2, Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Ph. /Fax : (0274) 549425 – hunting
Mobile : 081931734353 (Sri Hartuti) dan 081215182789 (Wisnu Firmansyah)
Email : [email protected]  atau [email protected] 
Website : www.kebijakanaidsindonesia.net