Kesimpulan Rangkaian Annual Scientific Meeting (ASM) FK UGM 2013

Laporan pembahasan mengenai strategi untuk pemerataan dokter dan dokter spesialis untuk mendukung BPJS. Laporan ringkas berikut ini berasal dari tiga seminar :

Kegiatan 1 : Sabtu 2 Maret 2013, Sinergi RS Pendidikan dan FK dalam menghadapi BPJS

Rangkaian acara ASM dibuka pada 2 Maret 2013 dan menekankan mengenai pentingnya BPJS dan persiapan sistem kesehatan termasuk rumahsakit, pelayanan preventif dan promotif serta ketersediaan. Namun muncul tantangan berat yaitu kekurangan dokter di berbagai daerah. Hal ini merupakan penyebab kemungkinan kegagalan pemerataan pelayanan kesehatan. Serta muncul kemungkinan anggaran BPJS akan terkuras di berbagai daerah lengkap dengan fasilitas pelayanan kesehatan, yang mempunyai dokter, dan infrastruktur transportasi yang baik. Perlu strategi operasional untuk memperbaiki penyebaran dan retensi SDM ke seluruh wilayah Indonesia.

Kegiatan 2: Senin tanggal 4 Maret 2013, Tata Kelola Pendidikan Residen dalam Konteks Hubungan Fakultas Kedokteran dengan Rumahsakit Pendidikan

Agenda ini untuk membahas tantangan yang dikemukakan pada pertemuan tanggal 2 Maret, yang menghasilkan berbagai pemikiran sebagai berikut :

  1. FK dan RS Pendidikan adalah dua lembaga terpisah yang berbeda. Walaupun terpisah, harus tetap erat. Harus ada perencanaan bersama, termasuk dalam pengembangan residen.
  2. Peserta mencapai kesepakatan bahwa dipandang dari sudut RS pendidikan residen adalah tenaga kerja profesional, bukan siswa. Hal ini akan mempengaruhi aspek hukum termasuk sah tidaknya residen dibayar atau tidak membayar pada saat bekerja di RS.
  3. Residen sebagai pekerja ini merupakan tenaga kontrak sementara setelah berada pada jenjang tertentu. Status ini secara hukum diakui dalam sistem keuangan BLU dapat dapat diberi insentif.
  4. Hubungan antara residen dengan RS Pendidikan dan jaringan pendidikan harus dilakukan dengan cara yang transparan, menggunakan kontrak individual berdasarkan credential dan clinical priviledge.
  5. Perlu ada pendayagunaan residen untuk memenuhi kebutuhan tenaga medik dalam kerangka pemerataan ke daerah dan menyongsong BPJS. Residen tugas belajar dan residen yang lain dapat diwajibkan untuk bekerja di daerah sulit sebagai bagian dari stase pendidikan.
  6. Pengiriman residen perlu dalam konteks pengembangan sistem di RS. Residen diharapkan tidak dikirim orang per orang, namun bersama-sama dengan dukungan sistem telekomunikasi berbasis internet.
  7. Akan dilakukan pengembangan kelompok kerja residen ini secara sistematis dan kontinyu. Komunikasi kegiatan dilakukan melalui www.manajemen-pendidikankedokterankesehatan.net. Pertemuan berikut di FKUI untuk membahas liability residen sebagai tenaga professional.

Kegiatan 3: Rabu danKamis, 6-7 Maret 2013, Kebijakan Retensi dan dukungan pada Dokter dan dokter spesialis agar betah di daerah terpencil

  1. Berbagai konsep kebijakan untuk distribusi dan retensi dokter telah dibahas. Indonesia belum maksimal dalam menetapkan kebijakan retensi. Masih ada banyak peluang untuk pengembangan kebijakan retensi.
  2. Testimoni dokter di Kabupaten Jayawijaya (Lembah Baliem), Kabupaten Panai, dan RS Ende di NTT menunjukkan perlunya motivasi khusus untuk menjadi dokter/dokter spesialis di daerah terpencil.
  3. Penelitian menunjukkan berbagai ciri yang perlu dimiliki oleh dokter untuk bekerja di daerah sulit.
  4. Dokter di daerah sulit perlu support pengembangan Ilmu berbasis jarak-jauh. Dalam hal support ilmu, kondisi ideal adalah perlunya teknologi internet dengan daya minimal 516Kb untuk menyebarkan berbagai ilmu ke daerah sulit. Teknologi ini dapat berupa Speedy Telkom atau VSAT.
  5. Perhimpunan Profesi (IDI, IDAI, dan PAPDI) siap untuk mendukung pengembangan CME melalui program jarak jauh (online)
  6. Support Insentif : Para pembicara dari propinsi Fiskal Kuat (Kalimantan Timur), dan Propinsi Fiskal lemah (NTT) telah memberikan gambaran mengenai support finansial yang cukup untuk hidup di daerah sulit.
  7. Support untuk kehidupan Sosial : Pembentukan forum komunikasi Dokter Rural Indonesia. Kemudian akan dikembangkan dan didukung sementara oleh KMPK FK UGM. Website www.dokter-ruralindonesia.net, akan memuat berita-berita tentang kehidupan dokter di daerah terpencil, Travel Agent dan hotel untuk pengaturan mobilitas, informasi mengenai Boarding School, kegiatan CME yang terkait dengan ikatan profesi, pengembangan ilmu, dan lain-lain.
  8. Pengembangan telemedicine dan teleconference untuk Sister Hospital di NTT. Hal ini dilakukan dalam usaha mengurangi kematian neonatal di RS. Selain itu, akan dilakukan penguatan telemedicine dengan dukungan dari University of Umea Swedia.

Catatan: Kegiatan Annual Scientific Meeting (ASM) ini akan ditindaklanjuti dengan berbagai program operasional di lapangan.