Post Graduate Forum  Laporan Hari I Laporan Hari II

The 6th Postgraduate Forum on Health Systems and Policies
Melaka, Malaysia

Notulensi Final Room 1 & Room 2

Laporan Hari Pertama

Plenary session 1: Dr. Ali Akbari Sari (Teheran, Iran)
"Role of Screening in Preventing NCD"

Sesi pertama forum ini membahas tentang peranan screening dalam mencegah non-communicable diseases. Paparan pertama diberikan oleh Dr. Ali Akbari Sari dari Teheran University. Penyakit jantung menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian tertinggi di Iran. Selain penyakit kardiovaskuler, kanker merupakan penyakit yang juga menyebabkan kematian dalam jumlah besar di Iran (tertinggi adalah kanker payudara).

Contoh upaya screening yang dilakukan di Iran adalah sebagai berikut: screening tahap pertama dilakukan untuk membedakan apakah penyakit yang kemungkinan diderita pasien merupakan communicable disease atau non communicable disease. Jika penyakit yang kemungkinan diderita termasuk ke dalam non communicable disease, maka kemudian screening dilanjutkan dengan membedakan apakah termasuk jenis kanker atau non kanker.

Beberapa jenis screening yang secara umum telah digunakan antara lain:

Kanker payudara  -  mammography
Kanker serviks  -  check up ginekologis secara rutin dan pap smear
Kanker kolon  -  stool screening test

Sedangkan jenis pemeriksaan untuk screening beberapa non communicable disease:

Diabetes type 2  -  FBS- gula darah 2 jam post prandial
CKD  -  pemeriksaan kreatinin dan urinalisis

Permasalahan di negara berkembang: data yang terbatas dan tidak lengkap mengenai efek metode screening, biaya screening, dan faktor sosioekonomi serta demografi yang kemungkinan mempengaruhi risiko insiden NCD.

Sebagai perbandingan, negara maju berbeda dalam hal keadaan sosioekonomi dan demografi sehingga kemungkinan memiliki perbedaan risiko insiden NCD dibandingkan negara berkembang.

Paparan selanjutnya menjelaskan bahwa screening dapat memperbaiki dan memperpanjang waktu untuk proses pengobatan, dengan demikian screening dapat memberikan umur hidup yang diharapkan lebih panjang bagi pasien. Selain memperpanjang usia hidup, upaya screening atau deteksi dini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien serta meningkatkan efisiensi biaya pengobatan.

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya screening atau deteksi dini, antara lain: presisi dari tes itu sendiri, risiko insidensi dari penyakit, umur saat onset/kejadian pertama kali, usia saat menjalani screening, kualitas pengobatan, perubahan kualitas hidup, dan biaya pengobatan.

Jika kita membandingkan antara negara maju dan negara berkembang, ada dua kesamaam yaitu dalam hal presisi tes yang dipergunakan relatif sama (terstandard).

Beberapa hal yang terjadi di negara maju:

  • Upaya pencegahan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, peningkatan pendapatan, imunisasi, keluarga berencana dan penataan lingkungan.
  • Pelayanan kesehatan telah menjadi salah satu prioritas pemerintah
  • Non communicable disease mulai menjadi pusat perhatian dari penyedia layanan kesehatan
  • Screening atau deteksi dini diprioritaskan sebagai upaya pencegahan NCD

Paradigma yang dianut adalah apabila sumber daya kesehatan ditingkatkan maka diharapkan status kesehatan juga dapat meningkat. Screening atau deteksi dini telah terbukti sebagai salah satu upaya pencegahan yang efektif di negara berkembang, diharapkan hal ini juga tepat untuk diterapkan di negara berkembang.


Economics of NCD Prevention

Prof. Aljunid

Profesor Aljunid dari UNU-IIGH (United Nations University – Institute for International Global Health) memapakarkan konsekuensi ekonomi dari penyakit tidak menular, ditinjau dari sisi global. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, telah menduduki urutan pertama penyebab kematian global (48%), dan dalam tahun-tahun mendatang, peringkat 10 besar kematian akan disebabkan oleh utamanya penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, kanker, dan juga kecelakaan lalu lintas. Perkiraan ini menunjukkan bahwa fokus kesehatan tidak lagi akan berkisar di penyakit menular ataupun kesehatan obstetri.

Perkiraan yang telah dibuat oleh WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa beban ekonomi yang harus ditanggung dari tahun 2005-2020 akan berkisar antara US$ 7.28 trilyun, dan sebagian besar beban ini akan ditanggung oleh negara dengan pemasukan tinggi.

Sebagai salah solusi, beberapa intervensi "best buy" harus segera dilakukan. Intervensi "best buy" ini adalah daftar intervensi yang terbukti dapat menurunkan faktor risiko penyakit tidak menular, yang dibagi menjadi intervensi di level populasi dan intervensi di level individu.

Beberapa contoh intervensi "best buy" ini adalah peningkatan cukai rokok dan alkohol, regulasi penggunaan garam, dan program peningkatan pengetahuan masyarakat akan diet sehat dan kebugaran fisik.

Intervensi "best buy" harus terjangkau dan sesuai dengan prinsip kesehatan prevensi, yaitu sebagai "public good" dengan nilai eksternalitas dan "non-rivalry"-nya.

Symposium One

Beberapa topik yang dibahas dalam symposium pertama antara lain:

  1. Evidence based budgeting policy in maternal and child health program; do they worked?
  2. Improving mental health policy in the case of schizophrenia in Thailand
  3. Global initiatives to improve access to essential medicines and health products for neglected tropical diseases
  4. Cervical cancer in Malaysia
  5. Medical pluralism and diabetes care among the urban poor of Yogyakarta: closing the gap in health care reform?
  6. Service infrastructure and health workforce in Bangladesh.
  7. Burden of Risk Factors for NCD: an epidemiological review of the evidence from INDEPTH health and demographic surveillance system

Tiga konsultan dari Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan, yaitu M. Faozi Kurniawan, Retna Siwi Padmawati dan Dwijo Susilo telah mempresentasikan point pertama, keenam dan ketujuh.

Scientific Award Competition

Salah satu konsultan PMPK yaitu Eunice Setiawan mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan risetnya yang berjudul: "What does health system need to act in informal drug dispensaries? The case of self medication in Yogyakarta Province."

Beberapa presentan yang lain berasal dari Bangalore (India), Malaysia dan Thailand.