TOR HCF Laporan Hari I Laporan Hari II Laporan Hari III

Regional Forum on Health Care Financing

Oleh : Shita Listyadewi

Regional Forum on Health Financing yang diselenggarakan pada 2-4 Mei di Phnom Penh bertujuan untuk mempertemukan para pemangku kepentingan (stakeholders), untuk bertukar pengalaman pada scheme design, pelaksanaan, evaluasi, dan scaling up terutama pada kebijakan pembiayaan kesehatan. Selain itu, Forum ini diselenggarakan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan dalam memfasilitasi dasar-dasar dalam pembuatan kebijakan serta menetapkan komunitas para praktisi.

Presentasi yang dipaparkan pada hari pertama dapat diikuti melalui twitter yang dibuat khusus untuk Regional Forum ini yaitu dengan mem-follow #RFHCF.

Hari pertama pembukaan Regional Forum on Health Financing ini dibuka dengan Keynote Speech oleh Joe Kutzin yang merupakan Health Financing Policy WHO Jenewa. Topik dalam Keynote ini disampaikan mengenai International and Regional challenges for health care financing and universal coverage. Dalam pesannya, terdapat beberapa point yang utama yaitu :

  • OOP tetap merupakan masalah di Negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan
  • Perspektif untuk melihat belanja pemerintah dalam adalah fungsi dari konteks fiscal (THE/GDP) dan konteks kebijakan public (THE/total government spending)
    • Konteks fiscal: Negara di Asia mengalami tantangan dalam mengumpulkan pajak untuk pembiayaan tax-based karena kebanyakan pekerjanya adalah sector informal dan sector public.
    • Konteks kebijakan public: data menunjukkan prioritas pemerintah di Negara-negara Asia Tenggara/Selatan masih rendah dalam hal belanja untuk kesehatan.
  • Variasi di antara Negara-negara Asia Tenggara/Selatan menunjukkan bahwa terkadang bukan hanya seberapa banyak uang yang bisa dikumpulkan untuk pembiayaan kesehatan, tetapi juga bagaimana pelayanan diorganisir sehingga penggunaannya efisien dan efektif. Contohnya adalah negara Thailand yang mempunyai contoh baik dalam menurunkan ketergantungan terhadap OOP
  • WHO berkomitmen untuk membantu Negara-negara dalam mencapai Universal Coverage walaupun tidak committed untuk suatu metode tertentu. Koordinasi dalam instrument yang akan dipakai sangat penting untuk memastikan manifestasi dari strategi. Roadmap untuk mencapai Universal Coverage harus "home-grown".
  • Karena akan selalu ada kelompok yang tidak bisa berkontribusi, Negara-negara akan banyak bergantung kepada general revenues (tetapi sumbernya dari mana tidaklah menentukan) .
  • Ke depannya perlu juga dipikirkan tentang strategic purchasing: linking provider payment to information on their performance or population health needs.
  • Sistem yang fragmented akan menjadi penghalang bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat dan juga antar pemerintah daerah. Mengkoordinasikan ini menjadi tantangan dan akan menyulitkan redistribution of prepaid funds and redistribution of pooling. Fragmentasi terjadi sebagai konsekuensi dari kebijakan politik, kebijakan public atau bahkan alasan historis. Di Thailand sendiri : tiga skema digabung menjadi satu dan didanai oleh pendapatan umum, namun belum sepenuhnya mengatasi kerusakan yang dilakukan oleh "mulai degan sektor formal" . Pada saat ini, yang terjadi adalah agenda menyamakan manfaatnya.
  • Pelajaran dari Negara maju menunjukkan bahwa ada kecenderungan :
    • Starting insurance with the formal sector (contoh: Eropa Barat dan Jepang) ternyata mempertajam inequalities, fragmentasi sisten and sulit untuk di-undo.
    • CBHI biasanya bermasalah dalam low coverage (hanya sekitar 5% dari populasi) tetapi biasanya kegagalannya bukan karena adverse selection tetapi lebih karena orang tidak enrolled

Beberapa key lesson learned dalam moving towards Universal Coverage antara lain:

  • Komplementaritas yang eksplisit untuk sumber dana yang berbeda
  • Berfokus pada mengurangi fragmentasi dan memperluas kolam ukuran
  • Peran pendapatan umum yang eksplisit
  • Strategi pembelian untuk mengatasi inefisiensi bahasa dari sistem
  • Tujuan yang terukur dengan menghubungkan pembayaran manfaat inti

 

Selanjutnya, dalam sesi panel dibahas mengenai : Country reports on HCF and UC (low income countries). Sesi ini diisi oleh Dr. Sok Kanha (DPHI/MOH) dari Kamboja, Dr. Bouaphat Phonvisay dari Laos, Dr. Nguyen Thi Thuy Nga dari Vietnam, dan pembicara dari Myanmar.

  1. Cambodia : Dr. Sok Kanha (DPHI/MOH) menyampaikan mengenai Health Equity Fund, yang digunakan di Kamboja untuk mempromosikan kegunaan prioritas dari Pelayanan Kesehatan Publik. Health Equity Fund dilakukan dalam tiga bentuk yang berbeda :

    1. Model 1: National hospitals  
      Beroperasi dengan subsidi pemerintah tanpa pembayar pihak ketiga, menggunakan direct medical benefit, tanpa tambahan tunjangan apa pun, dilakukan untuk pihak yang sudah diidentifikasi sebelumnya, dan bertanggungjawab terhadap MoH dalam hal penggunaan dana.
    2. Model 2: Sama dengan di atas, hanya perbedaannya pada operatornya yang local.
    3. Model 3: Dibiayai oleh donor, dioperasionalkan oleh HEF implementers dan operatornya local NGOs (HEFoperators), tidak hanya mencakup medical benefit tetapi juga tunjangan transport dan pemakaman
  2. Laos : Dr. Bouaphat Phonvisay, membahas mengenai prespektif kesiapan institutional. Saat ini, Laos memiliki 4 schemes yaitu :

    1. Informal population : CBHI, BEF
    2. Formal population: SSO (private sector), SASS (public sector)
      Di Laos, sedang mengupayakan adanya National SHI Authority dan secara progresif menyatukan ke-4 scheme ini. Prasyaratnya adalah:

      1. Menetapkan tujuan dan peran yg helas dari National SHI Authority
      2. Mendefinisikan pengaturan institutional
      3. Membuat tools dan SOP yang diperlukan
      4. Investasi pada SDM
      5. Investasi pada technical and managerial capacity
      6. Finalize adequate institutional and legislative setting
      7. Melakukan pilot atas the merged SHI di beberapa propinsi
      8. Kerjasama yg erat antara MoH and MoSocial Welfare
  3. Vietnam : Dr. Nguyen Thi Thuy Nga

    Pengalaman di Vietnam memberikan arah pada strategi mereka ke depan berupa :

    1. Merubah system kepersertaan individual menjadi kepersertaan secara rumah tangga
    2. Meningkatkan kepersertaan dari sector formal (private)
    3. Untuk Informal sector: harus diputuskan apakah akan contributory or tax-based
    4. Mendefinisikan ulang benefit package (depth)
    5. Reformasi metode provider payment : capitation, case based
    6. Revise co-payment policy (height)
    7. Improve capacity and quality of health care service (untuk menghindari inefisiensi dalam system pelayanan)
  4. Myanmar, membahas mengenai situasi yang ada saat ini yaitu menjadi pilot study pada 2012 yang antara lain berisi :
    1. MCH voucher scheme
    2. Township based (CBHI)

Beberapa komentar yang muncul dari para peserta antara lain :

  1. Pertanyaan kritis yang muncul adalah bahwa kita tidak bisa meng-cover semua orang pada saat yang sama. Kita harus melakukannya pada satu tempat sebagai permulaan.
  2. Sistem pembiayaan dengan kapitasi tidak harus sama bagi setiap orang, melainkan berdasarkan kebutuhan kesehatan
  3. Kontribusi yang diharapkan juga tidak harus sama untuk setiap orang, melainkan beberapa akan membutuhkan subsidi lebih dari yang lain
  4. Tidak ada peluru ajaib

Sistem platform yang diterapkan merupakan sistem informasi terpadu di seluruh skema yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerima manfaat. Walaupun nantinya akan sangat mahal dalam hal biaya administrasi bagi penyedia untuk menangani sistem informasi beberapa yang berbeda dari setiap pembayar yang tentunya berbeda juga.

Perlunya diadakan prioritas untuk setiap hal yang berbeda. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi "buah mana yang tergantung paling rendah". Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah (selain dari masalah uang) :

  1. Peningkatan kapasitas pada SDM yaitu meningkatkan ketrampilan orang-orang
  2. Penciptaan permintaan dari pembuat kebijakan: beberapa keterbukaan dalam menghasilkan pengetahuan
  3. Kelembagaan platform: kemampuan dari luar pemerintah untuk memberikan umpan balik ke dalam pembuatan kebijakan

Pada sesi selanjutnya, masih dalam bentuk panel, membahas mengenai Country reports on HCF and UC (middle-income countries)

  1. Thailand: Dr. Phusit Prakongsai. Di sini disampaikan mengenai keberhasilan Thailand dalam beberapa hal yaitu :
    1. Peningkatan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kebutuhan yang tak terpenuhi sangat rendah.
    2. Perawatan sistem kesehatan lebih pro kepada yang miskin dan distribusi subsidi pemerintah untuk kesehatan setela mencapai universal coverage pada tahun 2002.
    3. Perlindungan terhadap kemiskinan kesehatan dengan turunnya OOP.

    Faktor yang menjadi kunci keberhasilan adalah :

    1. Pajak yang berbasis pada pajak progresif.
    2. Paket komprehensif manfaat

    Hal ini tak luput dari tantangan yang di hadapi pemerintah Thailand, yaitu :

    1. Subsidi pemerintah yang tidak merata antara tiga skema asuransi kesehatan masyarakat
    2. Harmonisasi paket manfaat dan metode penyedia pembayaran antara tiga skema
    3. Ketidakcocokan antara beban meningkatnya penyakit dengan rendahnya promosi kesehatan serta pencegahan penyakit pada investasi NCD.

    Mengaktifkan faktor-faktor tersebut berfokus pada ekuitas dan efisiensi antara lain :

    1. Memperkuat kapasitas sisi penawaran
    2. Kepemimpinan yang kuat dan komitmen berkelanjutan
    3. Kapasitas individu dan kelembagaan yang kuat
  2. Indonesia: Dr. Yulita Hendrartini

    Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia adalah :

    1. Sistem informasi yang belum sempurna
    2. Butuh kapasitas yang lebih: 100.000 + tempat tidur
    3. Roadmap dari pembayar multi untuk pembayar tunggal
    4. Roadmap untuk memenuhi sisi penawaran: partisipasi swasta, dokter keluarga, dll
  3. Philippines: Eduardo Banzon menyampaikan mengenai komitmen politik yaitu : risiko perlindungan keuangan, fasilitas kesehatan dan peningkatan pencapaian yang berhubungan dengan MDGs di sektor kesehatan. Artinya, upaya untuk memperluas paket bantuan berupa :

    1. Memperluas kasus-skema pembayaran
    2. Anggaran pembayaran global
    3. Manfaat perawatan primer dengan rawat jalan dan obat-obatan untuk hipertensi dan diabetes
    4. Kasus ketik Z, yaitu paket untuk penyakit yang parah
    5. PhilHealth Plus yaitu tambahan asuransi kesehatan
    6. Paket pengobatan untuk gigitan hewan
    7. Ditiadakannya penagihan keseimbangan kebijakan (nol pembayaran bersama) untuk anggota sponsor (pajak dialihkan ke SHI)

    Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa tantangan ditemukan sebagai berikut :

    1. Kesehatan penyedia dimana mereka membentuk perilaku pasar. Terjadi pergeseran sehingga PhilHealth dari akreditasi untuk kontraktor (penyedia komitmen kinerja) akan mendominasi pasar (dasar dari PhilHealth: "Anda menurunkan harga, kami akan membawa Anda pada volume")
    2. penguatan kapasitas organisasi meningkat untuk memberikan manfaat yang lebih baik dan layanan dengan merombak sistem teknologi informasi
    3. individu membayar program untuk sektor informal

    Hal yang dipelajari:

    1. Buat rencana permainan dengan memberikan campuran yang tepat pada konteks reformasi sendiri
    2. Bertujuan untuk menyenangkan pelangganPenyedia
    3. Pembuat kebijakan dan pelaksana harus belajar lebih cepat
    4. Kemitraan adalah kunci dimana komitmen politik dibutuhkan antara sipil dan LSM untuk memberikan umpan balik.

Pada intinya, yang dapat disimpulkan pada hari pertama Regional Forum on Health Financing hari pertama ini adalah : "Setiap kali kita berkeinginan untuk memindahkan gunung, kita membutuhkan sebuah segitiga sebagai tuas". Segitiga ini adalah :

  1. Dukungan politik
  2. Akademik/dukungan teknis
  3. Masyarakat sipil

Materi-materi Presentasi :

hcf1a

hcf1b