Indonesia Peringkat III Penderita Hepatitis B di Dunia

Medan (Analisa). Indonesia peringkat ketiga penderita Hepatitis B di dunia. Penyebabnya masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan individu dan kurangnya sosialisasi tentang hepatitis B.

Demikian diungkapkan ahli penyakit dalam dr Ilhamd Sp.PD dihadapan Keluarga Besar Institut Teknologi Medan (ITM), belumlama di ruang rapat Kampus ITM.

Seminar Awam tentang Pencernaan Sehat, Organ Hati Terjaga itu dilaksanakan ITM dihadiri Rektor ITM Prof Dr Ilmi Abdullah, Kepala Humas ITM M Vivahmi Manafsyah SH MSi, Pembantu Rektor (PR I) Supriatno ST MT, PR II M Munajat SE M.Si, para dosen di lingkungan ITM.

Lebih lanjjut, dr Ilhamd Sp.PD mengatakan hepatitis B tanpa gejala dan paling sulit disembuhkan sebab hepatitis yang menahun sebagian besar tanpa gejala.

Untuk pasien hepatitis B ini diajurkan untuk melakukan konsultasi ke dokter ahli. Biasanya penderita hepatitis B parah kerap mengalami seperti muntah darah, buang air besar darah dan perut buncit.

Penularan

Penularan horisontal katanya, dapat ditularkan kepada anggota dari keluarga, teman dan kolega kerja, dan hepatitis B dan A bisa divaksinasi, seperti bayi yang baru lahir, tenaga kesehatan, semua orang yang belum divaksin, anggota keluarga penderita Hepatitis B, anggota angkatan bersenjata dan kaum homoseks.

"Vaksin yang direkomendasikan adalah vaksin dengan rekayasa genetik dari virus hepatitis B dan vaksin yang tidak menimbulkan efek samping, katanya seraya menyarankan usia diatas 40 tahun disarankan untuk memulai menjaga kesehatan.

Rektor ITM Prof Dr Ilmi Abdullah mengatakan, Seminar Awam ini akan rutin dilakukan. Seminar yang diikuti dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan asam urat, katanya bertujuan untuk menjaga kesehatan.

"Bila kesehatan kita baik, secara otomatis semua kegiatan yang kita lakukan akan berjalan dengan baik dan lancar,"kata Prof Ilmi

Disebutkannya kesehatan reproduksi dan organ manusia saat ini menjadi bagian penting dari pengetahuan kesehatan khususnya orang awam. Oleh karenanya, pengetahuan berbasis akademik ini setidaknya bisa menularkan ilmu dalam menjaga kesehatan diri dan kelompok terutama di keluarga, tetangga, masyarakat, bangsa dan negara.

"Civitas akademika ITM dan keluarga besarnya terus menggalakkan program kesehatan dan peningkatan kualitas kesehatan baik dosen, mahasiswa dan pegawai," jelas Prof Ilmi.(twh/rel)

(sumber: www.analisadaily.com)