Industri Farmasi Diprediksi Tumbuh 17%

PASURUAN – Pasar industri farmasi nasional diperkirakan bisa tumbuh hingga 17% pada tahun ini. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasar industri farmasi tahun lalu yang hanya naik 11-12%.

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Linda Sitanggang mengatakan, pertumbuhan pasar industri farmasi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. "Pasar industri farmasi di Indonesia didorong oleh bertambahnya penduduk yang berusia 65 tahun ke atas dan juga dalam rangka menyambut SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional). Saat ini ada sekitar 208 perusahaan farmasi di Indonesia," ujar Linda seusai peresmian perluasan pabrik Merck Sharp and Dohme (MSD) di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur,kemarin.

Dia berharap,investasi di industri farmasi bisa lebih gencar dilakukan di sektor hulunya. Sehingga, akan semakin banyak riset yang dilakukan untuk memperkuat sektor hulu industri farmasi. Sementara, Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Farah Ratnadewi Indriani mengatakan, pembebasan bea masuk untuk bahan baku impor diharapkan bisa didapatkan oleh pelaku usaha farmasi di Indonesia sehingga bisa memacu arus investasi.

"Investasi pada tahun depan diharapkan bisa mencapai sekitar Rp300 triliun,sehingga peluang investasi di dalam negeri masih sangat bagus,"ujarnya. Sebelumnya Gabungan Pengusaha Farmasi memperkirakan, penjualan industri farmasi nasional bisa mencapai USD4,9 miliar.Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi Kedrariadi Suhanda mengatakan, berdasarkan kontribusi, perusahaan multinasional diperkirakan bisa mencapai sekitar 23–24% dari USD4,9 miliar. "Pangsa pasar industri farmasi Indonesia pada tahun ini diperkirakan sekitar USD4,7–4,9 miliar atau 0,4–0,5% dibandingkan pangsa pasar dunia yang mencapai USD800 miliar," jelasnya.

Merck Incar Tiga Besar

Perusahaan farmasi,Merck Sharp and Dohme (MSD), menargetkan bisa menjadi pemain farmasi ketiga terbesar di Indonesia dalam 4–5 tahun mendatang. President MSD Asia Pasifik Patrick Bergstedt mengatakan, target itu akan tercapai apabila empat langkah utama bisa segera dilakukan. Adapun, empat langkah tersebut adalah memperkuat pasar yang sudah ada, mengeluarkan produk baru, memperpanjang masa registrasi produk-produk yang sudah ada dan menjalin kerja sama dengan pemerintah serta mitra lokal.

"Saat ini,MSD adalah perusahaan farmasi ketiga terbesar di dunia dan kelima di Asia Pasifik," kata Patrick. MSD, kata dia, percaya inovasi dan komitmen untuk melakukan riset dan pengembangan akan mendukung industri farmasi di Indonesia. Dia menjelaskan, saat ini MSD mempunyai pabrik di Australia, Indonesia, Singapura, Jepang, dan China. "Dalam waktu dekat, pabrik di Australia akan ditutup lalu semuanya dipindah ke Indonesia,"jelasnya.

Patrick menegaskan, perpindahan pabrik dari Australia ke Indonesia dilakukan bukan karena terjadi perlambatan ekonomi global, tapi karena pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik, termasuk Indonesia yang cukup pesat. President and Managing Director MSD Indonesia Chris Tan mengatakan, pabrik pengemasan baru yang senilai USD21 juta di Pandaan rencananya mulai beroperasi pada akhir tahun ini. Dari kapasitas produksi di Indonesia, sekitar 25% akan dilepas di pasar domestik dan 75% untuk ekspor, terutama ke Asia Pasifik.

Porsi yang sebesar 25% tersebut adalah rencana jangka pendek dan ditargetkan akan terus meningkat di masa mendatang apabila SDM sudah sukses di Indonesia. Fasilitas pengemasan baru di Pandaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk MSD dari segi ukuran dan pengemasan terbaik sesuai dengan kebutuhan pasien di pasar regional.

"MSD adalah perusahaan berskala menengah besar yang ingin meningkatkan investasi dan juga mendapatkan keuntungan hingga mencapai dua digit,"kata Chris.

(sumber : seputar-indonesia.com)