WHO Akan Gelar Pertemuan Menkes Se-Asia Tenggara

Ada banyak isu kesehatan yang akan dibahas pada 4-7 September mendatang, terutama pengendalian penyakit, baik menular maupun tidak menular.

Yogyakarta akan menjadi tuan rumah pertemuan para menteri kesehatan dari 11 negara yang berada di regional Asia Tenggara.

Pertemuan para menteri kesehatan dan pakar kesehatan yang digelar World Health Organization (WHO) tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 4-7 September.

Dalam pertemuan akbar itu akan membahas isu-isu kesehatan paling penting yang menjadi perhatian utama di wilayah Asia Tenggara.

Pertemuan bertajuk The 30th Meeting of Health Ministers of the Region ini akan menjadi forum untuk bertukar pengalaman sebuah negara menyangkut strategi politik, sosial, dan dimensi ekonomi dari sektor kesehatan.

"Akan ada banyak isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut, terutama pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, Selasa (28/08).

Ia menambahkan, suara Indonesia cukup berpengaruh dan didengar oleh negara lain dalam kawasan SEARO (Southeast Asian Region).

" Suara Indonesia punya pengaruh karena di dalam SEARO kita termasuk negara yang populasinya banyak," ujar Tjandra.

Negara lain yang termasuk anggota SEARO adalah Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor-Leste.

Beberapa isu utama yang akan menjadi bahasan dalam pertemuan tersebut adalah eradikasi polio, persiapan menghadapi pandemik influenza, intensifikasi imunisasi rutin, penerapan implementasi kesehatan reginal dan penguatan kebijakan untuk mengatasi penyakit tidak menular.

Indonesia sendiri masih mengalami banyak masalah kesehatan. Cakupan imunisasi dasar di Indoensia baru mencapai sekitar 83 persen.

Sebelumnya Tjandra mengatakan sulitnya mencapai cakupan imunisasi dasar 100 persen sebagian dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau sehingga distribusi layanan kesehatan menjadi sulit.

Selain itu saat ini juga bermunculan berbagai kampanye negatif anti imunisasi dengan berbagai alasan.

 
Untuk menambah cakupan imunisasi dasar, pada tahun 2011 saja, 11,5 juta anak di Indonesia telah diimunisasi campak melalui program imunisasi tambahan non-rutin.

Kemenkes juga menargetkan program imunisasi di Indonesia khususnya lima imunisasi dasar seperti polio, campak, hepatitis B, tetanus dan BCG diharapkan mencapai 100 % pada 2014. (beritasatu.com)