Laporan Sesi: Role of Universal Coverage in Maternal Care

iHEA Symposia, 8 July 2013

 

 


SESI 1: Maternal Health Care Utilization in Indonesia: Regional Economic Status and the Inequalities
(Tiara Marthias, Universitas Gadjah Mada – Indonesia)


Penelitian ini ditulis oleh salah satu peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.

Tiara Marthias (PKMK FK UGM) saat memaparkan presentasi dalam Kongres Internasional IHEA ke-9, Senin (8/7/2013). Latar belakang studi ini adalah masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia dan begitu senjangnya (inequality) dalam penggunaan layanan kesehatan ibu yang penting dalam menentukan outcome kehamilan dan persalinan. Layanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih.

Studi ini bertujuan untuk: (1) mengkuantifikasi kesenjangan atau inequality di Indonesia dalam penggunaan layanan tenaga kesehatan terlatih saat persalinan, membandingkan antar tingkat kekayaan yang berbeda di populasi, (2) menentukan faktor sosioekonomik apa saja yang ikut berpengaruh terhadap kesenjangan tersebut, serta (3) melihat hubungan antara status kesejahteraan manusia (dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia).

Hasil temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan dalam penggunaan layanan tenaga kesehatan terlatih saat bersalin antar tingkat kekayaan yang berbeda. Di mana, populasi kaya menggunakan lebih banyak layanan ini dibandingkan populasi miskin. Kesenjangan ini juga berbeda-beda antar wilayah, di mana daerah perkotaan di Jawa dan Bali adalah yang paling senjang, sementara perkotaan di Indonesia timur sebagai yang paling tidak senjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan ini termasuk tingkat pendidikan ibu, antenatal care, dan perbedaan wilayah tepat tinggal. Indeks Pembangunan Manusia berhubugan erat dengan penggunaan palayanan kesehatan ibu, di mana provinsi dengan IPM yang tinggi memiliki cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang juga lebih tinggi. Namun, ternyata ditemukan bahwa kapasitas fiskal suatu provinsi tidak berhubungan dengan penggunaan layanan tenaga kesehatan saat bersalin.

Untuk itu, Indonesia membutuhkan suatu intervensi bersifat lintas sektoral yang bisa mengatasi penyebab kesenjangan dalam utilisasi kesehatan, dan memperbaiki taraf hidup manusia secara umum. Sebagai tambahan penting, penggunaan dana di daerah saat ini tidak digunakan secara efektif untuk memperbaiki bidan kesehatan, sehingga perencanaan dan penganggaran kesehatan di daerah perlu juga diperbaiki.

SESI 2: Effects of Ghana's National Health Insurance Scheme on Maternal Health Service Utilization and Child Survival One Year After Birth.
(Young Kyung Do, DUKE-NUS Graduate Medical School – Singapore)


Ghana merupakan negara di Afrika yang pertama kali menetapkan sistem asuransi nasional. Namun, masih sedikit bukti yang bisa menunjukkan efektivitas sistem asuransi ini di level populasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efek sistem asuransi ini setelah berjalan selama 10 tahun di Ghana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata sistem asuransi ini hanya meningkatkan penggunaan layanan kesehatan ibu dan anak, yaitu persalinan di fasilitas kesehatan dan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Dengan adanya asuransi ini, kemungkinan seorang ibu menggunakan fasilitas kesehatan untuk bersalin meningkat sebesar 8-12%. Namun, asuransi ini tidak meningkatkan penggunaan layanan lainnya, termasuk antenatal care dan pelayanan untuk penyakit pada anak.

 

SESI 3: Maternal health care services and universal access: the case of Ghana.
(John Ataguba, Ghana Health Service – Ghana)


Penelitian ini juga dari negara Ghana, dan bertujuan untuk meneliti distribusi penggunaan layanan kesehatan ibu antar populasi dengan status ekonomi yang berbeda-beda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan layanan antenatal ternyata lebih banyak digunakan oleh populasi kaya (kuintil terkaya), sementara kuintil termiskin hanya menggunakan 11.9% layanan antenatal tersebut.

Di level pelayanan kesehatan dasar, hasil serupa ditemukan, yaitu dua kuintil termiskin tetap merupakan populasi yang paling sedikit menggunakan layanan kesehatan ibu.

Penelitian ini berimplikasi pada kenyataan dibutuhkannya intervensi khusus yang dapat mencapai semua populasi, terutama populasi miskin yang rawan bahaya masalah kesehatan ibu dan reproduksi.

 

SESI 4: Equity in universal healthcare: An analysis of the use of maternal and child health programs to introduce universal coverage.
(Nicholas Fancourt, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health – United States)


Presentasi terakhir dari sesi ini merupakan hasil pengamatan yang unik, karena merupakan penelitian dari sisi etika kesehatan dalam cakupan layanan kesehatan ibu dan anak.
Peneliti menegaskan bahwa dalam mencapai universal health coverage, semua layanan atau intervensi di bidang kesehatan masyarakat perlu melihat lagi universalisme cakupan tersebut.

Satu penegasan lagi merupakan sisi ekuitas atau pemerataan yang telah terbukti sulit dicapai, walaupun suatu negara memiliki UHC, karena sisi supply yang sering mendapat investasi yang rendah. Terakhir adalah bahwa UHC di negara berkembang juga harus mulai memikirkan dampak cakupan asuransi untuk penyakit di luar kesehatan ibu dan anak, atau MDG's ke-4 dan ke-5, tapi juga penyakit-penyakit tidak menular yang prevalensinya semakin meningkat.