sydney-icon

Session Title: Physician Payment

Chair: Richard Lindrooth, University of Colorado, Denver

 


 Ada beberapa paper yang dipresentasikan dalam sesi ini, diantaranya

SESI 1: Insurer and Patient Payment for Out of Network Physician Service
(Sean Nicholson, Cornell University, USA)



Banyak dokter di Amerika Serikat menolak untuk bergabung dalam jaringan asuransi. Dokter-dokter tersebut memilih menjadi dokter Out of Network (OON) dengan alasan pembayaran yang lebih besar dari pasien dibandingkan dengan pembayaran dari asuransi. Pembayaran jasa medis ditanggung oleh pasien (30%-40%) dan oleh asuransi (60%-70%).

Presentasi ini bertujuan untuk menggali seberapa banyak pelayanan dokter OON antara 2002-2011 di USA, mengidentifikasi pelayanan yang diberikan oleh dokter OON, dan menilai pembayaran oleh pasien dan asuransi untuk berbagai kasus yang ditangani oleh dokter OON.

Data diambil dari 45 dokter OON dan melibatkan 20 asuransi yang secara konsisten menghitung biaya yang dikeluarkan untuk membayar dokter OON.

  1. Hasil:
      1. Pelayanan OON merupakan pelayanan yang biasa dijumpai di Amerika Serikat
      2. Kebanyakan pelayanan OON relatif tidak mahal dan tidak meningkatkan resiko pelayanan kepada pasien
      3. Namun, pasien beresiko untuk membayar biaya yang mahal untuk pelayanan tertentu, terutama yang harga pasar pelayanan tersebut masuk dalam kategori mahal.
      4. Reimbursement untuk pelayanan OON sangat menarik bagi dokter, terutama jika pasien bersedia membayar.
         
    1. Implikasi
      1. Dokter dengan kualitas pelayanan yang tinggi cenderung tidak bergabung dengan asuransi. Kepercayaan diri atas kemampuannya merupakan modal utama seorang dokter untuk bekerja di luar jaringan asuransi.
      2. Pendapatan dokter yang tidak bergabung dalam jaringan asuransi lebih besar oleh karena pasien dan asuransi (yang melindungi pasien) akan membayar harga pelayanan dokter.
         

The Effect of Mandated Health Insurance on Physician Reimbursement: Evidence for The Massachusetts Health Reform
(Andrew Friedson, University of Colorado-Denver, USA)


Massachusetts berupaya memasukkan 600.000 warganya yang belum masuk dalam perlindungan asuransi. Upaya ini menimbulkan peningkatan demand terhadap pelayanan kesehatan. Pada saat yang bersamaan, jumlah dokter diupayakan untuk bertambah untuk mengimbangi kenaikan demand.

Riset ini mengevaluasi apakah terjadi perubahan harga pelayanan seiring dengan meningkatnya demand pelayanan setelah health-reform diberlakukan. Pelayanan yang dievaluasi adalah pelayanan apendiktomi (inelastic absolut), pelayanan well-care dewasa (elastic), dan pelayanan well-care anak-anak (elastic).

    1. Hasil:
      1. Harga pelayanan apendiktomi dan pelayanan well-care dewasa tidak mengalami perubahan yang berarti.
      2. Sedangkan harga pelayanan well-care anak-anak mengalami lonjakan pada awal implementasi. Namun, harga kembali normal setelah jumlah dokter yang melayani pasien bertambah secara signifikan.
    1. Implikasi:
      1. Peningkatan demand pelayanan akan menimbulkan lonjakan harga oleh karena ketidakseimbangan demand-supply. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan penambahan jumlah dokter sebelum atau bersamaan dengan penambahan jumlah pasien (yang diasuransi)
      2. Peningkatan harga pelayanan dapat terjadi pada pelayanan dengan harga elastic (elektif), tidak saja pada pelayanan dengan harga yang inelastic (emergency). Faktor ketersediaan penyedia layanan berperan dalam peningkatan tersebut.
         

Modelling Physician Labour Supply: Cpmparing Discrete Chisce Structural Approach to a Reduced Form Approach
(Guyonne Kalb, University of Melbourne, Australia)


Supply dokter untuk daerah rural sudah menjadi masalah sejak lama di Australia. Di sisi lain, jam kerja dokter berkurang dari 48,2 jam per minggu (1998) menjadi 42,7 jam per minggu (2008). Dokter wanita bekerja 37,7 jam per minggu dibandingkan dengan dokter laki-laki (45,4 jam per minggu). Namun, dokter laki-laki yang baru saja bekerja telah mengurangi jam kerjanya, sedangkan dokter senior juga telah mengurangi jam kerja karena faktor usia. Situasi ini semakin mengarah pada berkurangnya supply dokter.

Riset ini bertujuan untuk menilai elastisitas upah dokter (dengan berbagai variasinya: GP laki-laki, GP wanita, Spesialis laki-laki, dan spesialis wanita)

    1. Hasil: Faktor yang berhubungan dengan elastisitas upah dokter adalah jumlah anak dan umurnya, status kesehatan diri, jenis kelamin, pekerjaan pasangan, dan wilayah tempat kerja. Misalnya: Dokter GP wanita dengan anak yang berumur kurang dari 4 tahun, memiliki pasangan yang bekerja, memiliki elastisitas yang tinggi.
    1. Implikasi: Intervensi dalam bentuk upah, tidak akan berpengaruh pada jenis dokter dengan karakteristik tertentu. Oleh sebab itu, peningkatan upah sebaiknya melihat pada karakteristik dokter yang ditargetkan.

 

  Relevansi dalam konteks di Indonesia

Suplai dokter menjadi isu penting untuk meningkatkan equity pelayanan, terutama di daerah terpencil/remote. Faktanya jumlah pasokan menurun, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Intervensi pemerintah untuk distribusi dokter harus diperbaiki sesuai dengan karakter tertentu. Intervensi berupa upah dan jas medis tinggi belum tentu menjamin pemerataan dan distribusi dokter

Penulis: Andreasta Meliala