Petunjuk Menggunakan
- Cara Download File Audio Streaming : Klik Kanan pada Link => Save link As..
- Cara Download File PDF : Klik Kanan pada Link => Save link As..
Audio Streaming
Pengembangan manual rujukan
untuk mengurangi kematian ibu dan bayi
Petunjuk Menggunakan
Audio Streaming
Pengembangan manual rujukan
untuk mengurangi kematian ibu dan bayi
INTREC ISS Training Workshop: GadjahMada University, Yogyakarta, Indonesia, February 20-24 2012
Draftworkshop agenda, Jan 31
INTREC (INDEPTH Training and Research Centres of Excellence) is an EU-funded project that aims to provide state-of-the-art, region-specific training on social determinants of health for researchers and other stakeholders; and to bring together researchers and decision-makers so as to ensure that the latter receive the best available information to support their work.
The project is to run between January 2012 and June 2015 in four African countries (Ghana, Kenya, South Africa, and Tanzania) and four Asian countries (Bangladesh, India, Indonesia, and Vietnam).
Recently, there is INTREC social scientist Training Workshop that held on 20 – 24 February 2012.
Before the workshop, all participants to have reviewed:
|
8.30 – 10.30 |
11.00 – 12.30 |
Lunch |
13.30 – 15.00 |
15.30 – 17.00 |
Monday |
Welcome and Introductions to Indonesia, GadjahMada, dignitaries, and fellow participants – details of this session forthcoming from GadjahMada |
|
Introduction to INTREC and WP1. Motivation – the possibility of being part of publications arising out of this work
|
Team building activities Africa and Asia teams need to develop some sort of group identity, which will include the al-important regional coordinators. |
|
Tuesday |
Gapminder exercise |
Social Determinants of Health |
Epidemiological review |
Curricular review 2
|
|
Wednesday |
SDH country needs; Ongoing work on SDH; SDH policies and forthcoming policy reviews (John Kinsman) |
Literature review 2 (John Kinsman) |
|||
Thursday |
Developing interview questions, as per country contexts + results of concept mapping (Malin Errikson)
|
Strategies for meeting with high level actors (Karen Hoffman) |
(Malin Errikson) |
Practical and ethical issues regarding data management Research ethics (Malin Errikson)
|
|
Friday |
Reporting procedures to regional coordinators Deadlines for different phases of the process Formatting and other requirements of country reports |
Any other issues (e.g. laptop rental procedures), and CLOSE |
Free time…
|
No. |
Name |
Institution |
Origin (City / Country) return |
1 |
Karen Hofman |
WITS Rural Health |
Johannesburg, South Africa |
2 |
Sheila Addei |
Dodowa Health Research Centre |
Dodowa, Ghana |
3 |
Rose Elisante Kalage |
Ifakara Health Institute |
Dar-es-salaam, Tanzania |
4 |
Nurul Alam |
ICDDR |
Dhaka, Bangladesh |
5 |
Mandy Maredza |
School of Public Health Johannesburg |
Johannesburg, South Africa |
6 |
Malin Erikkson |
Umea University |
Umea, Sweden |
7 |
John Kinsman |
Umea University |
Umea, Sweden |
8 |
Diana Subhash Kekan |
Vadu Rural Health Program |
Mumbai, India |
9 |
Martin Bangha |
INDEPTH Network |
Accra, GHANA |
Annual Scientific Meeting (ASM) 2012
Seminar Umum
Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran UGM ke-66
dan HUT RSUP Dr. Sardjito ke-30
Yogyakarta, 3 Maret 2012
Pendahuluan
Perubahan iklim sudah terjadi dan akan terus berlangsung walaupun andaikata penduduk bumi mampu menghentikan laju peningkatan emisi gas rumah kaca pada saat ini. Kenyataan menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca, khususnya akibat pembakaran batu bara, minyak dan gas, terus meningkatkan dari waktu ke waktu. Namun upaya untuk mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim tidak memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi, kebijakan dan program-program yang bertujuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga manusia tidak dirugikan bahkan mampu memanfaatkannya untuk kesehatan dan kesehteraan masyarakat.
WHO (2009) menegaskan bahwa perubahan iklim akan menganggu pelbagai aspek penting yang mendukung kesehatan manusia, antara lain meliputi udara dan air yang bersih, pasokan makanan yang mencukupi, tempat tinggal yang aman dan bebas dari penyakit. Oleh karenanya, perubahan iklim tidak bisa hanya dianggap sebagai masalah lingkungan atau pembangunan semata-mata. Kesehatan dan well-being seluruh populasi manusia akan semakin terancam. Pemahaman yang lebih mendalam atas implikasi perubahan iklim dan alternatif solusi yang dapat mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mutlak diperlukan. Aspek kesehatan bahkan menjadi agenda utama adaptasi terhadap perubahan iklim. Pemikiran beragam profesi kesehatan sangat menentukan pilihan adaptasi yang efektif, efisien dan layak untuk diimplementasikan.
Tujuan
Tujuan Umum
ASM 2012 ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bersama dan menggali pemikiran para pemangku profesi kesehatan dan kedokteran, bagaimana solusi adaptasi terhadap perubahan iklim dapat diimplementasikan di Indonesia dan Negara tropis pada umumnya.
Tujuan Umum
Peserta
Peserta ASM 2012 diharapkan dari : para dosen, mahasiswa S1, S2, S3 dan alumni Fakultas Kedokteran UGM, para petugas kesehatan.paramedis di Rumah Sakit, para tamu undangan dan masyarakat luas yang berminat.
DRAFT ACARA PUNCAK ASM “Adaptasi Bidang Kesehatan terhadap Perubahan Iklim “
(3 Maret 2012 )
Jam |
Uraian |
PIC , R |
07.00 – 08.00 |
Pendaftaran peserta |
|
08.00 – 08.30 |
Pembukaan Sambutan Ketua KAGAMA Kedokteran Sambutan dan Pembukaan oleh Dekan FK-UGM Sambutan Ketua Dies FK UGM Sambutan Ketua Panitia |
Auditorium II Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA dr. Titi Savitri, MA, M.Med.Ed,Ph.D dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD Prof. Dr. dr. Hari Kusnanto Dr.PH |
SESI I ( 08.30 – 09.00 wib ) Moderator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, Ph.D |
||
08.30 – 09.00 |
Keynote Speaker Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim” |
Menteri Lingkungan Hidup
Ir. Rosita Hermin
|
09.00 – 09.30 |
Prof. Dr. Ir. H. Gusti M Hatta, MS |
|
Cofee Break (09.30-10.00 wib) |
||
Sesi II ( 10.00 – 12.00 wib ) |
||
10.00 – 10.30 |
Pembicara III |
dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI |
10.30-11.00 |
Dr. Maria Nilsson, PhD Division of Epidemiology and Global Health, Department of Public Health and Clinical Medicine, Umeå University |
|
11.00 – 12.00 |
Diskusi |
|
Lunch ( 12.00-13.00 wib) |
||
SESI III ( Pararel 4 kelas ) 13.00-15.00 wib |
||
13.00 – 16.00 |
“Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam adaptasi terhadap perubahan iklim” Judul : Promosi kesehatan dalam perubahan iklim |
Auditorium FK UGM PIC: Dra. Yayi Suryo Prabandari, MSi, Ph.D |
13.00 – 16.00 |
“RS Tanggap Bencana dalam penanggulangan dampak perubahan Iklim” Pembicara :
|
R.Kuliah Lt.2 Ged. Auditorium FK UGM PIC
|
13.00 – 16.00 |
“Penyakit-penyakit infeksi tropik terkait perubahan iklim global ”
|
R. Kuliah Lt.3Ged. Auditorium FK UGM PIC:
|
13.00 – 16.00 |
“Pembelajaran dari penanggulangan erupsi Gunung Merapi tahun 2010 ”
|
R. Kuliah Lt.4Ged. Auditorium FK UGM PIC: Prof. Hari Kusnanto |
Seminar dan Workshop Pararel Kelompok Kerja FK UGM/RSUP Dr. Sardjito , 25 Feb – 22 Maret 2012
Topik-topik yang tersedia :
Pokja Mata “Regional Ophtalmology Meeting: Retina and Ocular Inflammation” |
Seminar 1 25 Feb 2012 |
Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran UGM/RSUP dr. Sardjito, |
Pokja Jamkesda “Memetakan Peran Strategis Berbagai Provider Jaminan Kesehatan Pasca UU BPJS” |
Seminar 2 1-2 Maret 2012 |
Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi/Jaminan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada CP : Aris Winarna dan Yuni Astuti,Telp./Fax (0274) 631 203, 544044 Mobile : +62-812 272 84800 |
Pokja Kebijakan Obat
|
Seminar 3 2 Maret 2012 |
Bag. Farmakologi dan Therapi FK UGM, CP:dr. Rustamaji, M.Kes |
Pokja Gizi “Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Dunia Terhadap Gizi dan Kesehatan” |
Seminar 4 2 Maret 2012 |
Sekretariat PKGM, Gd. Gizi Kesehatan Lt. 1, FK- Universitas Gadjah Mada |
Pokja Psikosomatik “Deteksi dini dan penanganan Kasus-kasus psikosomatik bagi dokter” |
Seminar 5 + 3 Maret 2012 Workshop 2 4 Maret 2012 |
Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM/RSUP Dr. Sardjito, Fax : 0274 553112, email : [email protected]“ |
Pokja Leadership “Kepemimpinan Dinas Kesehatan dalam Penurunan Kematian Ibu dan Bayi dan Pelatihan Eksekutif SDM” |
Seminar 6 6 Maret 2012 |
PMPK FK UGM, Telp : 0274-549425, CP : Angelina Yusridar, Email : [email protected] |
Pokja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) “Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Petugas Kesehatan” |
Seminar 7 6 Maret 2012 |
Bag. Ilmu Kesehatan Kerja FK UGM, CP: Tyas (081. 578 054 794), Dr. dr. Lientje Setyawati Maurits, MS. SpOk (081. 126 80 62), email : [email protected] |
Pokja Alergi “Pelatihan Imunoterapi dan Tes Alergi Kulit” |
Workshop 3 6 Maret 2012 |
Program Internasional Fk Ugm Yogyakarta Telp:0274 558323/558324 HP: 081229611777, |
Pokja MDG “Kepemimpinan Dokter Spesialis Obgyn dan Dokter Spesialis Anak Dalam Penurunan Kematian Ibu dan Bayi dan Modul Pengajaran Kepemimpinan Untuk Spesialis” |
Seminar 8 7 Maret 2012 |
PMPK FK UGM, Telp : 0274-549425, CP : Yusridar, [email protected] |
Pokja Herbal Medicine “Penyiapan Ekstrak Terstandar Dari Herbal Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Immunostimulan” |
Worskhop 4 9-10 Maret 2012 |
Bagian Farmakologi dan Terapi, FK UGM. Gd Radioputro lantai 2, Sayap Timur. Telp. 0274-511103 , E-mail: [email protected] |
Pokja Biomedical Informatics “Penerapan Rekam Medis Elektronik pada Praktek Dokter” |
Seminar 9 |
Minat Utama Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Gedung IKM Lt.3 FK UGM. Email : [email protected] CP: Asri |
Pokja THT
|
Seminar 10 16 Maret 2012 Seminar 11 17 Maret 2012 |
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK UGM/SMF THT-KL RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Telp: 0274-518717 / 0274-7478524, Fax:0274-546483,Email: [email protected] |
Pokja Nyeri “Neurologic Pain Update 2012” |
Seminar 12 17-18 Maret 2012 |
Bagian Neurologi FK UGM / SMF Saraf RSUP Dr Sardjito, Telp. / Fax. 0274 – 543473,No HP. 085643957347 |
Pokja Geriatri “ Berkendara pada Usia Tua” |
Seminar 13 22 Maret 2012 |
Bag. IP. Dalam sub Bag. Geriatri, CP : dr. Probosuseno, Sp.PD-KGER (0815 6887 629) |
Pokja Kanker
|
Seminar 14 |
Instalasi kanker tulip terpadu RSUP Dr. Sardjito, Telp/Fax : 0274-553121 |
Pokja Kulit
|
Seminar 15 3-4 Maret 2012 Seminar 16 4 Maret 2012 |
Bag/SMF IK.Kulit dan Kelamin FK UGM. Telp/Fax : 0274-560700, 087739304885. Email : [email protected], Website: kulitasm.yolasite.com. CP: verena/suharto |
Biaya Registrasi :
Pilihan |
Sebelum 1 feb 2012 |
Sesudah 1 Feb 2012 |
Mahasiswa S1 dan dosen FK UGM |
Rp. 50.000,- |
Rp. 50.000,- |
Mahasiswa S2, S3 FK UGM dan luar UGM |
Rp. 100.000,- |
Rp. 100.000,- |
Dokter Puskesmas |
Rp. 100.000,- |
Rp. 100.000,- |
Umum / Alumni |
Rp. 250.000,- |
Rp. 300.000,- |
Mendapatkan sertifikat SKP IDI
Sekretariat Pusat :
KAGAMA Kedokteran
Ged. Program Doktor (S3) Lama, Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta
Telp. 0274 – 560300 ext 406, 7012807, Fax. 0274 – 560116
Email : [email protected]
Cp. Dora / Dwi
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Ged. IKM Sayap Utara Lt. 2 Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta
Telp. 0274 – 549425 (hunting), 08111498442
Email : [email protected]
Cp. Angelina Yusridar
International Seminar on
Yogyakarta, 20 February 2012, 08.30 – 12.30
Background
Factors that influence health and quality of life are known as determinants of health. The social, cultural and economic factors that influence health are often described as the social determinants of health [1].
It is common knowledge that “individuals and their health cannot be understood solely by looking inside their bodies and brains; one must also look inside their communities, their networks, their families and even trajectories of their life. The root of health inequalities is deeply ingrained in our social structures as is illustrated in Figure 1.
“The unequal distribution of power, income, goods, and services, globally and nationally, cause unfairness in circumstances of peoples’ lives – their access to health care, schools, and education, their conditions of work and leisure, their homes, communities, towns, or cities – and their chances of leading a flourishing life. This unequal distribution of health-damaging experiences is the result of a toxic combination of poor social policies, unfair economic arrangements, and bad politics. Together, the structural determinants and conditions of daily life constitute the social determinants of health and are responsible for a major part of health inequities between and within countries”.
The Commission on Social Determinants of Health has called on the World Health Organisation (WHO) and all governments to lead global action on the social determinants of health with the aim of achieving health equity. To implement a social determinant approach, governments need to have setting-specific, timely and relevant evidence on the relationship between determinants and outcomes. Such information is however limited, especially in low- and middle-income countries (LMICs). This calls for more research on social determinants of health and demands capacity-building activities to enable such research.
The aim of the research on social determinants of health is to support health policy change by assembling and promoting effective evidence-based models and practices that address social determinants of health [2].
It is well-known that “the true upstream drivers of health inequities reside in the social, economic and political environments” shaped by respective policies. “Showing how social factors directly shape health outcomes and explain inequities, one can challenge health programmes and policies to tackle the leading causes of ill-health at their roots, even when the causes lie beyond the direct control of the health sector”.
While it might be obvious that poverty is at the root of much of the health problems, it is less obvious how to break the link between poverty and disease. Evidence available to us nowadays provides incomplete explanations and often cannot be applied to resource poor settings, such as health systems of LMICs. The latest WHO report on “Equity, social determinants and public health programmes” clearly shows that the research must lead the way in demonstrating the relevance, feasibility and value of addressing social determinants. The next step is translation of the knowledge into concrete, workable actions through identifying entry-points, establishing cooperation with the key stakeholders and identifying possible sources of resistance or opposition as well as possible sources of support.
This international seminar aims to bring together researchers, academics, decision-makers and other stakeholders for discussing:
Day I – 20 February 2012 |
||
08.00 – 08.30 |
Registration |
|
08.30 – 09.00 |
– Opening Ceremony
|
Dean of Faculty Medicine UGM Laksono Trisnantoro |
09.00 – 09.30 |
Social Determinants of Health agenda in Indonesia health policy. |
Untung Suseno (Ministry of Health) |
09.30 – 10.00 |
Discussion |
Moderator :
|
10.00 – 10.15 |
Coffee break |
|
10.15 – 10.45 |
International setting of Social Determinantsof Health development |
John Kinsman (University of Umea) |
10.45 – 11.15 |
The role of researcher and academic in Social Determinants of Health policy making |
Laksono Trisnantoro (Universitas Gadjah Mada) |
11.15– 11.45 |
Discussion |
|
11.45 – 13.00 |
Future Agenda (in bahasa) |
|
13.00 |
Lunch |
|
All the session will be chaired by Mubasysyir Hasan Basri.
Speaker are :
Time and Place:
Monday, 20th of February: 08.30 – 12.00
Senate Room. Faculty of Medicine Universitas Gadjah Mada
Jalan Farmako, Bulaksumur Yogyakarta Indonesia.
Participants :
For more further information :
Sdri. Angelina Yusridar / Ratna
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Telp. +62274-549425
Email: [email protected] atau [email protected]
References :
Diselenggarakan dalam rangka
Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM 2012
Ruang Teater Perpustakaan FK UGM
Rabu 7 Maret 2012 pukul 08.30 – 15.00 WIB
Pengantar
Data terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar kematian ibu di Jawa berada di rumahsakit dan sistem rujukan. Di NTT sedang terjadi proses perpindahan tempat kematian dari rumah ke fasilitas, dan bergerak ke rumahsakit. Keadaan ini menjadikan sebuah tantangan baru untuk usaha penurunan kematian ibu dan bayi. Diperlukan penanganan klinik yang lebih baik di rumahsakit dan di rujukan untuk mempercepat pencapaian MDG.
Dalam konteks ini diperlukan pemikiran baru mengenai peran dan posisi dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis anak di dalam strategi pencapaian MDG 4 dan MDG 5. Diharapkan ada dokter spesialis obgyn yang menjadi penanggung jawab klinik untuk kematian ibu di sebuah Kabupaten. Secara teknis kebidanan, dokter spesialis obgyn menjadi pemimpin di lapangan (playing-captain) untuk penurunan kematian ibu. Tim yang dipimpin termasuk dokter spesialis lain yang terkait KIA (misal anastesi dan penyakit dalam), dokter umum di rumahsakit, bidan di rumahsakit, dan perawat rumahsakit. Secara teknis medik bertanggung jawab pada kematian ibu di kabupaten.
Di front penurunan kematian bayi diharapkan ada dokter spesialis anak yang menjadi penanggung-jawab klinik untuk kematian anak di sebuah Kabupaten. Seperti dokter spesialis obgyn, secara teknis kesehatan anak, spesialis anak menjadi pemimpin di lapangan (playing-captain) untuk penurunan kematian bayi. Secara teknis medik bertanggung jawab untuk kematian bayi/anak di kabupaten.
Salah satu tugas penting dari para spesialis adalah memimpin tim teknis pelayanan kesehatan anak di RS PONEK 24 jam dan sistem rujukannya. Kepemimpinan teknis medik ini sangat penting karena evidence di berbagai negara menunjukkan tanpa mutu pelayanan klinik dan rujukan yang baik, penurunan kematian ibu dan bayi akan sulit dicapai.
Tujuan
Jadwal – Rabu, 7 Maret 2012
Waktu |
Agenda |
Narasumber |
08.30 – 09.00 |
Pengantar |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D
|
09.00 – 10.30 |
Kebijakan Kemenkes dalam penurunan kematian ibu dan bayi dalam konteks pelayanan klinik |
dr. Slamet Riyadi Yuwono, M.Kes – Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Moderator : dr. Ova Emilia, Sp.OG., M.Med.Ed
|
10.30 – 12.00 |
Kepemimpinan Spesialis
|
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D.
Pembahas:
Moderator : dr. Andreasta Meliala, Dipl.PH, MAS, M.Kes
|
12.00 – 13.00 |
ISHOMA |
|
13.00 – 15.00 |
Modul Pengembangan Kepemimpinan Klinik dan hasil pelaksanaannya |
Moderator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D
|
15.00 – 15.30 |
POA untuk Pengembangan Leadership Spesialis di MDG 4 dan MDG 5 |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D |
Notulensi dari kegiatan di atas
Seminar ini akan disiarkan secara live melalui audio streaming dengan mengakses www.kebijakankesehatanindonesia.net. Untuk live streaming, diskusi dapat dilakukan dengan menghubungi nomor telepon : 0274 – 7470847. Keikutsertaan dengan streaming tanpa dipungut biaya pendaftaran.
Biaya pendaftaran : Rp 250.000 (makan siang, coffee break, dan sertifikat SKP IDI)
Akreditasi IDI :
Peserta : 12 SKP IDI
Pembicara : 8 SKP IDI
Moderator : 4 SKP IDI
Panitia : 2 SKP IDI
Pendafataran pada:
Angelina Yusridar
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2
Jl. Farmako, Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp./Fax. +62274 – 549425 (hunting)
Mobile. +628111498442, email : [email protected]
Diselenggarakan dalam rangka
Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM 2012
Ruang Senat KPTU lt. 2 FK UGM
Selasa 6 Maret 2012 pukul 08.30 – 16.00 WIB
Pengantar
Di berbagai daerah terjadi kematian absolut ibu yang meningkat tajam. Kematian absolut bayi juga meningkat. Dengan peningkatan ini tentunya sasaran MDG4 dan MDG5 sulit tercapai. Dalam konteks untuk mengatasi tantangan ini perlu ada perubahan luar biasa dalam kebijakan pelayanan dan manajemen KIA yang harus dilakukan di Kabupaten. Cara luar biasa ini berupa strategi yang mencoba mengatasi akar permasalahan kematian ibu dan bayi secara komprehensif.
Dengan cara luar biasa ini (lebih lanjut dapat dibaca di www.kebijakankesehatanindonesia.net) diharapkan di sebuah kabupaten ada kerjasama antara berbagi pihak, antara lain:
Dalam mengelola jaringan yang kompleks ini diperlukan kepemimpinan Dinas Kesehatan yang baik. Selama ini disadari bahwa belum ada pelatihan kepemimpinan untuk Kepala Dinas Kesehatan secara sistematis. Dengan demikian tantangan penurunan kematian ibu dan bayi ini menjadi fokus pelatihan kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan.
Tujuan
Jadwal – Selasa, 6 Maret 2012
Waktu |
Agenda |
Narasumber |
08.30 – 09.00 |
Pengantar |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D
|
09.00 – 10.00 |
Kebijakan Kemenkes dalam penurunan kematian ibu dan bayi |
Dr. Slamet Riyadi Yuwono, M.Kes Moderator :
|
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
|
10.30 – 12.00 |
Strategi Luar biasa penurunan kematian ibu dan bayi dan Kepemimpinan Dinas Kesehatan |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D Pembahas: Dr. Anung Sugiharto, M.Kes – Kadinkes Prop. Jawa Tengah Dr. Widodo Djoko Mulyono M.Kes – Direktur RSUD Slawi Moderator :
|
12.30 – 13.30 |
ISHOMA |
|
13.30 – 15.00 |
Evaluasi Latihan Eksekutif untuk Kepala Dinas Kesehatan |
Pembahas: Drs. Sulistyono, M.Kes -Kepala Pusat Diklat Aparatur PPSDM Kementerian Kesehatan RI Moderator:
|
15.00 – 16.00 |
Rencana ke depan untuk Pengembangan Kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D |
Notulensi dari kegiatana diatas
Seminar ini akan disiarkan secara live melalui audio streaming dengan mengakses www.kebijakankesehatanindonesia.net. Untuk live streaming, diskusi dapat dilakukan dengan menghubungi nomor telepon : 0274 – 7470847. Keikutsertaan dengan streaming tanpa dipungut biaya pendaftaran.
Biaya pendaftaran : Rp 250.000 (makan siang, coffee break, dan sertifikat SKP IDI)
Akreditasi IDI :
Peserta : 12 SKP IDI
Pembicara : 8 SKP IDI
Moderator : 2 SKP IDI
Panitia : 1 SKP IDI
Pendafataran pada:
Angelina Yusridar
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2
Jl. Farmako, Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp./Fax. +62274 – 549425 (hunting)
Mobile. +628111498442, email : [email protected]
Kamis, 2 Februari 2012
Pukul 12.00 sampai 14.00 di Gedung Granadi Jakarta
Dapat diikuti melalui audio-streaming di
www.kebijakankesehatanindonesia.net
UU BPJS atau jaminan kesehatan perlu memasuki pedebatan ideologis yang benar. Diharapkan tidak terjadi perdebatan pro dan kontra yang tidak mendalam. Di Indonesia sudah terlalu sering ada perdebatan yang tidak jelas dengan “parlemen jalanan” yang gaduh. Yang pro dan yang kontra tidak mempunyai argumen teknis yang masuk akal dalam konteks ideologi yang ada. Akibatnya perbedaan antara pro dan kontra tidak jelas secara teknis dan juga ideologis.
Kasus perdebatan Obamacare di Amerika Serikat sampai sekarang masih terus berjalan. Kelompok penentang selalu menggunakan alasan siapa yang akan membayar model kesehatan Obama. Mereka takut akan ada kenaikan pajak orang kaya atau korporasi. Kelompok ini cenderung berada dalam ideologi dimana pemerintah diharapkan minimalis. Sering disebut kelompok neoliberal, walaupun terkadang susah melabelnya. Mereka menganggap ideologi Obama terlalu sosialis, bahkan sebagian cenderung menganggap sebagai komunis. Di Inggris saat terjadi reformasi di tahun 1948, Menteri Kesehatan Inggris (Bevan) menyatakan bahwa reformasi kesehatan tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dokter. Artinya: ideologi dokter harus diperhatikan, termasuk pendapatannya.
Diskusi makan siang ini akan membahas aspek ideologi dalam SJSN dan kaitannya dengan rumahsakit dan “ideologi” dokter. Topik-topik yang dibahas adalah:
Pembicara: Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D
Peserta yang diharapkan:
Biaya mengikuti di venue : Rp.50.000,- sebagai pengganti makan siang. Sedangkan untuk mengikuti audio streaming, tidak dipungut biaya.
Langkah-langkah mengikuti melalui streaming :
Pendaftaran:
Angelina Yusridar
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Telp/fax. 0274- 549425 (hunting)
Mobile : 08111 498442
Email : [email protected]
Pada hari ini PMAC 2012 ditutup dengan membuat pernyataan bersama sebagai berikut:
Pernyataan Bangkok (Bangkok Statement) untuk Pencapaian Universal Coverage.
Kami, Menteri Kesehatan dan peserta Prince Mahidol Award 2012, “Moving Towards Universal Coverage: Health Financing Matter“, berkumpul di Bangkok, Thailand pada 24 – 28 Januari 2012 untuk belajar dan berbagi pengalaman antara pemerintah, akademisi, sipil masyarakat, sektor swasta dan mitra pembangunan:
Prof Ali Ghufron Mukti, Wamenkes RI memberikan paparan di PMAC 2012
Pada hari ini diskusi dan pemaparan dari para peserta yang cukup menarik adalah mengenai pilihan antara sistem berbasis pajak atau berbasis asuransi. Seperti diketahui secara umum terdapat dua cara untuk mencapai universal coverage yaitu dengan cara menarik pajak dari rakyat dan sebagian dari pajak akan dialokasikan untuk memberikan layanan kesehatan, atau melalui penarikan premi dengan cara memotong gaji. Mekanisme melalui pajak, atau tax based system dipelopori oleh politisi Inggris pada tahun 1945, William Beveridge. Sedangkan mekanisme melalui penarikan premi dipelopori oleh Kanselir Jerman Otto von Bismarc pada tahun 1883.
Peserta dari Taiwan memaparkan bagaimana sistem di Taiwan berbasis Bismarc sejak tahun 1980an. Inggris menggunakan sistem Beveridge, sedangkan sistem di Thailand sebenarnya adalah sistem campuran, sebagian Bismarc sebagian Beveridge. Ketika peserta menanyakan mana yang lebih baik, ternyata jawabannya semuanya baik. Hal ini karena menurut Jui-fen Rachel Lu dari Taiwan, di Taiwan peserta puas, pasien kalau mau boleh langsung ke spesialis asal mau membayar co payment US$10. Di Thailand, peserta miskin dan hampir miskin serta kelompok informal ditanggung negara (lewat model Beveridge) sedangkan kelompok formal ditarik premi (model Bismarc). Ternyata di Thailand program ini cukup “pro poor” artinya mencapai sasaran, dan equity cukup baik. Kesimpulannya, “model untuk mencapai universal coverage yang lebih cocok di negara berkembang adalah model campuran karena biasanya sector informal masih cukup banyak dan sulit untuk menarik premi wajib dari mereka” demikian, Dr Toomas Palu dari Bank Dunia sebagai moderator.
Bagaimana mengukur Keberhasilan Universal Coverage?
Apakah universal coverage berarti semua orang mempunyai kartu asuransi? Ternyata tidak. Dalam diskusi yang dipimpin oleh David B. Evans dari Bank Dunia ini, terdapat banyak indicator sebenarnya untuk menilai keberhasilan Universal Coverage. Pertama setiap orang harus memiliki akses untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Tidak ada gunanya orang memiliki kartu asuransi atau kartu jaminan kalau tidak ada fasilitas kesehatan yang mudah dicapai. Kedua harus ada benefit package yang memadai. Kalau yang dijamin oleh asuransi hal-hal yang remeh dan murah (hanya rawat jalan, tapi tidak menjamin operasi jantung, hemodialisis, atau kanker), dan peserta masih harus membayar out of pocket maka percuma. Yang ketiga adalah seberapa besar cost sharing yang harus dibayar ketika memanfaatkan layanan kesehatan. Semakin sedikit, kalau bisa nol, semakin baik. Secara singkat hal ini dapat digambarkan dengan diagram di bawah ini:
Dengan menggunakan indicator indicator di atas maka barulah dapat disebut Universal Coverage berhasil.
Pada Kamis 26 Januari 2012 Prince Mahidol Award Conference (PMAC) dibuka secara resmi oleh Putri Mahachakri Sirindorn. Pada kesempatan itu juga dibacakan pidato utama (key note speech) dari pemenang Prince Mahidol Award 2011, Dr. Ruth Bishop, penemu vaksin untuk rotavirus diare. Yang menarik juga ditampilkan key note speech dari Varshaben Jayantibhai Thakor, seorang wanita dari India yang menjadi pelopor pengembangan jaminan kesehatan berbasis masyarakat di India. Ms Thakor hanya berpendidikan lulus SD di negaranya (kelas 7). Namun PMAC memang sengaja mengundangnya untuk memberi inspirasi bahwa seorang wanita sederhana seperti dirinya dapat membuat perubahan bagi masyarakat di pedesaan Gujarat, India. Ms Thakor adalah pelopor program berbasis masyarakat bernama SEWA yaitu semacam koperasi yang salah satu usahanya adalah menyelenggarakan asuransi kesehatan.
Acara dilanjutkan dengan diskusi panel dengan judul “Universal Health Coverage: Utopia or Mirage to Human Development?”. Dalam diskusi panel ini dibahas apakah mungkin mencapai UC, apakah UC hanya merupakan fatamorgana (mirage) atau bahkan utopia (khayalan atau cita-cita yang tidak mungkin dicapai) ?. Tentu saja para panelis yang terdiri dari WHO, Bank Dunia, Menteri Kesehatan Vietnam dan Thailand menganggap bahwa UC dapat dicapai.
Memang tidak mungkin mencapai kualitas UC yang sama di semua negara kata wakil Bank Dunia, Daniel Cotlear. Baru-baru ini bank dunia mengadakan survey di 20 negara berkembang mengenai perkembangan UC. Salah satu temuannya adalah setiap negara mempunyai cara dan jalan (path) sendiri-sendiri untuk mencapai UC. Sehingga tidak ada “blue print” atau cetak biru yang sama. Namun tetap ada prinsip-prinsip yang sama yang harus dicapai dalam UC. Wakil dari WHO, Carissa Etiene, mengatakan bahwa bagaimanapun secara umum belanja kesehatan untuk mencapai UC harus cukup. Selain itu, alokasi biaya kesehatan harus dikelola dengan baik. Secara singkat, dalam bahasa Inggris, “More money to health and more health to money”. Namun, panelis mengingatkan bahwa dalam membiayai UC sebenarnya tidak harus mahal. Pelajaran dari negara berkembang mengenai bagaimana membiayai kesehatan yang baik tanpa biaya berlebihan (Good Health at Low Cost) sudah diterbitkan di buku yang dapat diungguh di laman ini http://ghlc.lshtm.ac.uk/
Bagaimana Mencari Sumber Dana bagi UC dan Apa Peran Asuransi Swasta?
Tentu saja, untuk mencapai UC tidak hanya diperlukan retorika, komitmen, pernyataan dukungan dan sebagainya. Dalam salah satu diskusi panel dibahas dari mana sumber dananya. Diskusi yang menghadirkan Laos, Gabon dan Korea ini membahas bagaimana menambah alokasi anggaran pemerintah untuk mencapai UC. Laos menambah pajak listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air, Gabon menambahkan biaya dari pulsa telepon genggam, dan Korea dari pajak tembakau dan alcohol (atau yang sering disebut “sin tax”). Ketiga negara tersebut berhasil menambah anggaran untuk jaminan kesehatan dan mengalokasikan sebagian untuk promosi kesehatan (terutama iklan anti rokok).
Pembahas dari Inggris mengomentari cukup tajam mengenai sumber dana yang dapat digali, selain yang sudah dilakukan di negara-negara tersebut di atas. “Sebenarnya perusahaan-perusahaan dan bank-bank besar yang saat ini menjadi penyebab krisis ekonomi dunia harus bertanggung jawab lebih besar. Mereka seharusnya diminta membayar pajak lebih besar, sehingga tidak membebani masyarakat”.
Lalu apabila program UC akan diselenggarakan oleh Pemerintah dan dananya adalah dari Pajak, bagaimana asuransi swasta berperan? Pertanyaan ini dijawab oleh salah seorang peserta diskusi panel dari Nepal: boleh dilibatkan namun jangan sampai mendominasi. Dr Ravindra dari Nepal mengutip studi dari para ahli ekonomi kesehatan bahwa “jangan sampai kita meniru apa yang sudah terjadi di Amerika Serikat. Di sana peran asuransi swasta sudah sedemikian besar sehingga sudah sulit dikontrol lagi. Bahkan terdapat bukti bahwa asuransi swasta bukannya mengurangi biaya kesehatan tetapi malah menambahnya”. Jadi seberapa besar sebaiknya peran swasta? “Paling banyak, pasar asuransi swasta adalah 15%. Lebih dari itu negara anda berada dalam masalah”.
![]() |
Varshaben Jayantibhai Thakor,
wanita sederhana dari India yang memelopori
|
Dr Ruth Bishop, Penerima Prince Mahidol Award 2011
Suasana Pembukaan PMAC 2012