Reportase Hospital Tour Prince of Wales Hong Kong

8 Desember 2023

11des1

Setelah peserta mengikuti rangkaian kegiatan knowledge event dan kursus kebijakan pada 4-7 Desember 2023. Panitia Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) bersama otoritas Rumah Sakit Hong Kong dan Rumah Sakit Prince of Wales memberikan hospital tour untuk peserta pada 8 Desember 2023. Hospital tour ini dipandu oleh Professor Chin-tim Hung dan Dr Leung Kwan Wa Maria serta tenaga kesehatan lainnya.

 

Hospital tour dimulai dengan pengenalan bagian dari gedung yang berada di sekitar Shaw Auditorium. Hung menjelaskan bahwa rumah sakit memiliki 1600 tempat tidur dan sedang ada pembangunan gedung baru sehingga dapat menampung 2400 tempat tidur. RS baru tersebut diperkirakan akan beroperasi pada 2027 dengan bantuan dari sektor privat.

11des2

Lokasi kedua dari hospital tour adalah Departemen Family Medicine yang dipandu oleh Dr Leung Kwan Wa Maria. Maria menunjukan lokasi layanan Family Medicine memberikan pelayanan kesehatan primer kepada masyarakat melalui klinik rawat jalan umum dan Klinik Spesialis Kedokteran Keluarga. Sasaran utama pasien mereka adalah lansia, kelompok berpendapatan rendah, dan penderita penyakit kronis. Di Departemen Family Medicine mereka memiliki mesin Penjadwalan Mandiri untuk Pengambilan Darah sebelum masuk ke ruang tunggu. Melalui mesin tersebut pasien dapat mengatur jadwal dan lokasi pemeriksaan darahnya sendiri. Selain itu, Maria juga menjelaskan bahwa Otoritas Rumah Sakit di Hong Kong juga memiliki rekam medis yang terintegrasi sehingga pasien yang pindah fasilitas kesehatan tidak perlu melakukan pendaftaran ulang dan membawa bukti riwayat penyakit sebelumnya, semua fasilitas kesehatan di Hong Kong dapat mengaksesnya data pasien berdasarkan nomor kependudukan.

11des3Departemen Family Medicine ini memiliki jejaring yang terdiri dari 10 Klinik Rawat Jalan Umum (General Outpatients Clinics) dan 3 Klinik Spesialis Kedokteran Keluarga (Family Medicine Specialist Clinic FMSC). Dari presentasi yang disampaikan oleh Dr Lee Man Kei, GOPC telah dikunjungi oleh 469,260 pasien dan FMSC telah dikunjungi 43,157 pasien. Pasien dari GOPC berkaitan dengan kasus penyakit episodik dan membutuhkan tindak lanjut rutin untuk penyakit kronis. Sementara pasien di FMSC mayoritas rujukan penanganan rujukan dari Spesialis Klinik Lainnya.

Peserta tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk mengenal RS Prince of Wales, Dr Maria juga menyiapkan beberapa sesi presentasi. Sesi pertama membahas sistem layanan primer di Hong Kong yang dilaksanakan oleh publik dan privat. Peranan publik melalui Biro Kesehatan Hong Kong yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan untuk mengelola kesehatan masyarakat. Sementara privat menyediakan layanan primer melalui praktik mandiri dan pengobatan China mandiri. Layanan primer di Hong Kong ini sangat terhubung dengan Otoritas Rumah Sakit yang mengelola layanan sekunder terdiri dari RS, klinik rawat jalan umum, spesialis dan pengobatan China. Di bawah otoritas RS di Hong Kong, terdapat 7 kluster dengan 74 Klinik Rawat Jalan umum dengan jumlah kunjungan 5,2 juta pasien. Pengelolaan layanan primer dan sekunder Hong Kong masih mengalami tantangan seperti RS Publik memberikan perawatan 90% pasien rawat inap.

Tantangan lainnya layanan rawat jalan dan rawat inap banyak memiliki pasien dengan penyakit kronis dan waktu tunggu yang lama untuk kasus baru di Rawat Jalan Klinik Spesialis. Tantangan ini ditangani dengan Hong Kong berupaya menerapkan model integrasi antara layanan primer, layanan sekunder, pasien, privat, pasien, komunitas dan program pemerintah. Dalam model integrasi tersebut, setiap elemen dihubungkan dengan program pemerintah Hong Kong yang semuanya saling berkaitan. Seperti untuk layanan primer (GOPC) dan RS dapat terhubung dibutuhkan hubungan dengan FMSC, dan untuk GOPC dapat terhubung dengan pasien membutuhkan hubungan dengan District Health Center (DHC). Kemudian untuk layanan primer dapat melibatkan swasta dibutuhkan PPP dan untuk melibatkan NGO layanan primer dapat menggunakan Smart Hub. Sistem integrasi Hong Kong dari setiap layanan dan kelompok sasaran tersebut memiliki media yang mengubunghungkannya. Utamanya adalah DHC yang baru-baru ini dilaksanakan Hong Kong dengan peranan sebagai penghubung GOPC maupun Family Doctor. Selain itu, pelaksanaan promosi, preventif, screening dan manajemen kasus dilakukan oleh DHC. Hasil dari temuan screening DHC dihubungkan ke GPOC maupun Family Doctor sebagai gatekeeper untuk ditindaklanjuti pelayanan kesehatan sekunder.

11des4Dari paparan dalam hospital tour, terdapat hal pelibatan NGO yang layanan primer yang menjadi poin penting lainnya. Di Hong Kong, pemerintah memberikan dukungan kepada NGO untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Dukungan berupa dana ini ditindak lanjuti oleh Departemen Kesehatan dan Otoritas RS untuk berkolaborasi dengan NGO melalui program SMART Hub.

Dalam program tersebut, NGO yang berada di remote area Hong Kong diharapkan dapat membantu pemenuhan layanan primer masyarakat dengan Telemedicine. Pemenuhan layanan ini dilakukan dengan NGO mendapatkan alat kesehatan pintar, membantu pelaksanaan telekonsultasi antara dokter dan pasien di remote area. Dengan SMART Hub, NGO lokal menjadi perpanjangan tangan dari layanan primer di Hong Kong dengan proses rekrutmen, melakukan program pemberdayaan pasien, tele-konsultasi, pengiriman obat dan konseling, kunjungan bulanan dan pertemuan tatap muka per tahun.

11des5Sesi pemaparan terakhir dari Hospital Tour mengenai Integrasi antara privat dan layanan sekunder untuk Penyakit Kronis dalam Piloting Perawatan Bersama (CDCC). Kebijakan di telah ditetapkan pemerintah Hong Kong pada 2022 dengan subsidi untuk masyarakat yang mendapatkan diagnosa awal di pelayanan sektor swasta. CDCC ini sedang masuk uji coba dengan menyediakan skrining, monitoring dan intervensi pada penyakit kronik dan komplikasi.

CDCC memanfaatkan peranan Family Doctor untuk memberikan layanan ke semua masyarakat sehingga proses layanannya adalah: pelaksanaan skrining pada masyarakat usia 45 tahun ke atas di DHC- DHC menghubungkan pasien ke Family Doctor – memberikan perawatan sesuai dengan subsidi – melakukan perawatan jangka panjang ketika pasien memiliki diagnosa tekanan darah tinggi/gula darah tinggi. Pasien yang mendapatkan CDCC memiliki kriteria lain, tidak hanya usia lebih dari 45 tahun tetapi juga tidak mengetahui riwayat atau kondisi kesehatan, terdaftar di DHC dan setuju untuk datanya dibagi ke program EHRSS.

Dari rangkaian hospital tour, pembelajaran integrasi layanan kesehatan menjadi garis penting adanya pembagian peranan yang jelas dan spesifik antara pemangku kepentingan, adanya sharing data antara pemangku kepentingan sektor kesehatan yang transparan dan akuntabel dan adanya dukungan sumber daya yang mencukupi untuk dapat melibatkan pihak diluar otoritas pemerintah dalam sistem layanan kesehatan.

Reportase Tri Muhartini

 

 

Reportase Hari Kedua

Kursus Kebijakan tentang Transformasi Sistem Kesehatan:
Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Rabu, 6 Desember 2023

 

6des 1Private Health Sector Assessment

Hari kedua kursus kebijakan (6/12/2023) dimulai dengan preview dari pertemuan pertama oleh Shita Dewi selaku Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Setelah itu Shita juga memaparkan materi terkait Private Health Sector Assessment (PHSA).

PHSA disampaikan perlu dilakukan dengan spesifik tujuan sistem kesehatan dan bersifat objektif. Hasil dari PHSA juga diharapkan dapat meningkatkan intervensi kebijakan dan adanya dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan kesehatan nasional. Shita memberikan panduan untuk melakukan asesmen sektor swasta melalui pemetaan. Untuk peserta juga diajak untuk melakukan diskusi berkelompok.

materi

 

6des 2External Quality Assurance and Accreditation

Pembicara selanjutnya adalah Professor Chi-tim Hung selaku Professor of Practice in Health Services Management, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong. Professor HUNG memaparkan terkait topik akreditas rumah sakit di Hong Kong yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Rumah sakit swasta memiliki regulasi tersendiri untuk mendapatkan akreditasinya yang diatur dalam Code of Practice for Private Hospital.

Di Hong Kong terdapat pula Joint Commission International (JCI) Tracer yang membantu proses akreditasi rumah sakit swasta. Hong Kong juga pernah melakukan piloting untuk mengadaptasi Australia Council of Healthcare Standar (ACHS) dengan proses siklus empat tahunan until self assessment, organizational survey, self assessment dan periodic review. Akreditasi rumah sakit ini dinilai memiliki dampak positif untuk membentuk tim dan mengubah kultur organisasi, menambah sumber daya, peningkatan sistem kesehatan dan adanya regular review eksternal. Namun, akreditasi ini juga memiliki dampak negatif pada beban kerja, sulitnya rekomendasi baru untuk diaplikasikan, terlalu banyak urusan dokumen, dan banyaknya standar penilaian interpretasi.

materi

6des 9Terdapat juga pembicara lainnya yakni Professor Adi Utarini yang membahas akreditasi. Utarini menjelaskan dalam perspektif kualitas regulasi dan tujuannya yang memiliki struktur licencing, certification dan accreditation. Dalam mengatur akreditasi, jelaskan peranan dari regulator dari pemerintah sebagai pengawas, lembaga akreditas dan pemerintah sebagai penyedia. Utarini juga berbagi pengalaman di Indonesia dalam menerapkan akreditasi rumah sakit yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Di Indonesia peningkatan kualitas layanan telah dilakukan dari 1988 hingga sekarang yang memiliki enam lembaga akreditasi. Saat ini, akreditasi dalam proses akreditasi sebanyak 2277 rumah sakit. Akreditasi rumah sakit di Indonesia ini berkaitan dengan untuk rumah sakit dapat terlibat dalam jaminan kesehatan di Indonesia.

 

6des 3Infrastructural Mechanism for Integrated Health Care – Global Experience

Pembicara selanjutnya dari Thailand oleh Associate Professor Chantal Herberholz selaku Director, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University. Chantal menjelaskan tentang mekanisme infrastruktur untuk integrasi pelayanan berdasarkan pengalaman global. Implementasi PPP dinilai berbeda dengan implementasi kebijakan lainnya, karena ada pembagian risiko, hubungan jangka panjang dan memiliki indikator kunci.

Terdapat tiga bentuk PPP yakni infrastructure based, clinical service dan co-location. Dari semua model tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kemauan dan komitmen pemerintah, situasi lingkungan legislatif dan regulator, kemampuan publik, kapasitas privat, rancangan kontrak, pelibatan stakeholders, dan transparansi.

materi

 

6des 4Primary Care and Hospital PPPs in Thailand

Kemudian, topik ini dilanjutkan oleh Professor Siripen Supakankunti selaku Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University yang menjelaskan pengalaman Thailand dalam mengimplementasikan PPP. Di Thailand, PPP telah dilakukan dalam bentuk Co-location dimana terdapat rumah sakit publik yang dioperasionalkan oleh privat sektor sehingga layanan dapat diintegrasikan.

Banyak keterbatasan fasilitas dan layanan di RS Thailand yang dikerjasamakan diselesaikan dengan PPP. Seperti tidak adanya area parkir kendaraan di rumah sakit, maka publik melibatkan swasta untuk menyediakan instruktur parkir tersebut. Supakankunti berbagi banyak pengalaman di Thailand dalam implementasi PPP pada sektor kesehatan khususnya di Rumah Sakit untuk negara memiliki fasilitas dan layanan yang baik.

materi

6des 5Purchasing for Integrated Health Care; Primary Care Package and Specialist and Hospital Care

Setelah istirahat, diskusi dilanjutkan bersama pembicara lain yakni Professor Laksono Trisnantoro membahas belanja kesehatan strategis atau strategic health purchasing (SHP). SHP merupakan konsep baru yang diharapkan dapat membuat perubahan dari belanja yang pasif menjadi lebih strategis untuk memiliki kualitas layanan kesehatan yang baik dan sesuai standar. SHP memiliki karakteristik sistem pembayaran yang membuat insentif, melakukan seleksi dalam pemberian kontrak, adanya peningkatan layanan kesehatan dan membuat harga yang memiliki kualitas. Setelah menjelaskan konsep, terdapat tiga kasus BKS dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan, program TB dan pembiayaan berbasis kinerja di Indonesia. Untuk saat ini, BKS belum terlaksana dan masih sangat pasif dalam pembelanjaannya.

materi

 

6des 6Purchasing and Organisation Mechanisms for Integrated Health Care

Topik terkait belanja kesehatan dilanjutkan pemateri kedua oleh Professor Ying Yao Chen selaku Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University dari China. Chen membahas tentang mekanisme belanja dan organisasi untuk integrasi layanan kesehatan. Di China, pengeluaran kesehatan dari OOP sangat rendah meskipun mayoritas masyarakat lebih sering menggunakan layanan di RS daripada layanan primer. Ketersediaan jumlah RS di China sendiri sangat banyak dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang terdiri dari Publik, Private Non Profit dan Private. Dari ketiga RS tersebut, jumlah RS Publik di China dari 2017 hingga 2021 mengalami penurunan cukup drastis berbeda dengan RS Private yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Penurunan jumlah RS Publik di China karena lemahnya dukungan dari pemerintah seperti subsidi hanya 10% dari pengeluaran kesehatan. Kondisi ini membuat RS Publik di China tidak bertahan lama dan harus mengikuti kondisi pasar.

materi

 

6des 7Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Health Care

Berbeda dengan Malaysia, Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh selaku Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia menjelaskan bahwa di Malaysia tidak memiliki jaminan kesehatan dan masih memiliki OOP yang tinggi. Meskipun demikian, Malaysia telah mengimplementasikan BKS dengan Kementerian Kesehatan sebagai purchaser. Terdapat dua point penting yang perlu dilakukan dalam implementasi BKS dari pengalaman Malaysia yang dapat tercatat yakni 1) stabilitas tata kelola instansi 2) memanfaatkan pendekatan ekonomi kesehatan untuk memastikan cost-benefit. Serta menggunakan HTA dalam penetapan manfaat kesehatan.

materi

 

6des 8Information and Engagement, Social Franchising 

Pembicara terakhir dari kursus kebijakan hari ini (6/12/2023) adalah Professor Maria Elena B. Herrera dari Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines. Maria menjelaskan tentang Social Franchising, Exhortation dan Information yang merupakan bagian penting dari instrumen kebijakan. Dalam social franchising ini dilakukan untuk dapat memperluas kebijakan yang baik dan di replika pada tempat atau daerah yang berbeda-beda. Sementara exhortation dan information dalam konsep pelibatan sektor swasta ini perlu melakukan social marketing yang tidak hanya berupa diseminasi tetapi ditujukan untuk mengubah perilaku.

materi

 

Reporter:
Likke Prawidya Putri (HPM UGM)
Tri Muhartini (PKMK UGM)

Reportase Kursus Kebijakan tentang Transformasi Sistem Kesehatan

Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang Digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) di Rumah Sakit Prince of Wales, Shatin, Hong Kong pada 5-7 Desember 2023, menyelenggarakan Kursus Kebijakan “Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer”. Kegiatan ini memberikan gambaran umum tentang tantangan yang dihadapi dalam transformasi sistem kesehatan menuju sistem perawatan kesehatan terintegrasi yang digerakan oleh layanan primer dalam sistem perawatan kesehatan yang dibiayai oleh pajak dan asuransi sosial.

{tab title=”Course Day 1″ class=”red” align=”justify”} 

Selasa, 5 Desember 2023

5des 1Sambutan dari Ketua ANHSS

Hari pertama kursus kebijakan (5/12/2023) dimulai dengan sambutan dari Profesor Laksono Trisnantoro selaku chairman ANHSS. Laksono mengucapkan terimakasih atas kerja keras panitia dalam merancang kegiatan. Pihaknya menyampaikan juga bahwa kegiatan konferensi hari sebelumnya (4/11/2023) dan hari ini merupakan kegiatan yang penting untuk peserta belajar dan mengimplementasikannya dengan isu utama ekuitas dan public private partnership.

 

Conceptual Framework for Engagement of the Private Sector for Health Systems Goals and Integrated Care Systems

Setelah itu sesi pembukaan dilanjutkan oleh Profesor Eng-kiong Yeoh selaku Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, JC School of Public Health and Primary Care, Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong. Pengantar Yeoh berkaitan dengan kerangka konsep untuk melibatkan privat sektor dalam tujuan sistem kesehatan dan integrasi layanan kesehatan.

Selain itu, Yeoh juga menjelaskan struktur program dari kursus kebijakan. Integrasi pelayanan kesehatan yang dijelaskan dengan kerangka konsep yang dibentuk berdasarkan WHO Building Block untuk sistem kesehatan yang mempengaruhi sistem kesehatan dan instrumen kebijakan. Dalam konsep ini pembiayaan kesehatan dari publik, pemerintah dan layanan kesehatan diintegrasikan.

MATERI

 

Tantangan bagi Keterlibatan Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu
yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Sebelum memasuki kursus kebijakan, terdapat sesi Pleno Pagi yang diisi oleh dua pembicara yakni Dr. Libby Lee selaku Under Secretary for Health, Health Bureau, Hong Kong Special Administrative Region dan dr. Endang Sumiwi selaku Director General of Public Health, Ministry of Health, Indonesia. Ketiga pembicara ini membahas tentang Tantangan bagi Keterlibatan Sektor Swasta dalam Sistem Kesehatan untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakan oleh Layanan Primer.

5des 2Lee menjelaskan tantangan yang dialami Hong Kong salah satunya berasal dari status kesehatan yang dimana tingginya prevalensi penyakit kronis pada penduduk dengan usia lansia. Di Hong Kong, diabetes dan hipertensi menjadi penyakit prioritas yang berpotensi menimbulkan komplikasi dua kali lebih banyak untuk biaya pelayanan. Selain status kesehatan, Hong Kong juga mengalami tantangan pada pengeluaran kesehatan yang lebih tinggi dari pada GDP per tahun. Keterbatasan tenaga kesehatan juga masih dialami oleh Hong Kong, dari data yang ditampilkan jumlah perawat telah mencapai 54,6% tetapi ketersediaan dokter hanya mencapai 13,3% dan profesi tenaga kesehatan lainnya baru mencapai kurang dari 5% untuk 7,3 juta penduduk.

Hong Kong telah melakukan beberapa aksi untuk mengatasi strategi tersebut dengan 1) pemerintah melakukan copayment dengan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan di layanan primer publik dan privat; 2) menyediakan insentif untuk dokter keluarga; 3) memberikan dukungan melalui koordinasi district health service; 4) melakukan integrasi vertikal antara dokter keluarga dengan rumah sakit dan spesialis khususnya untuk penyakit komplikasi.

materi

5des 3Berbeda dari Hong Kong, Endang menjelaskan sistem pelayanan primer di Indonesia mengalami tiga tantangan karena 1) masih kurangnya integrasi dan standarisasi, pelayanan primer masih berpusat pada program belum kebutuhan siklus kehidupan, tidak memiliki standar dalam layanan kesehatan antara layanan kesehatan khususnya di tingkat desa sehingga integrasi belum dapat berjalan optimal; 2) kesenjangan ketersediaan dan fasilitas kesehatan; 3) kesenjangan kemampuan dari kader kesehatan yang kurang mendapatkan pembekalan kapasitas dan sistem rekrutmen yang kurang optimal.

Untuk mengatasi tantangan tersebut Indonesia juga telah melakukan upaya seperti transformasi sistem kesehatan yang tujuan utamanya mengintegrasikan layanan primer. Integrasi pelayanan primer ini dilakukan untuk menghubungkan seluruh jejaring puskesmas di Indonesia hingga level RT/RW.

materi

 

  Diskusi Panel

5des 4Kemudian Pleno Pagi dilanjutkan dengan talkshow yang melibatkan Professor Ying Yao Chen dari China dan Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh dari Malaysia yang dipandu oleh Profesor Eng-kiong YEOH. Dalam talkshow Profesor Wan Puteh menceritakan Malaysia tidak memiliki dana kapitasi di layanan primer tetapi memiliki subsidi dari pemerintah. Selain itu, pelayanan primer di Malaysia juga mengalami keterbatasan tenaga kesehatan sebagaimana yang dialami beberapa negara lainnya. Berbeda dengan Malaysia, di kondisi layanan primer di China untuk situasi keuangannya memiliki dana kapitasi dari pemerintah cukup memadai.

Namun, masyarakat China cenderung lebih banyak mengakses layanan kesehatan di RS dan pelayanan primer tidak cukup kuat memainkan perannya. Dalam isu tenaga kesehatan di China mengalami keterbatasan motivasi untuk memberikan layanan kesehatan di luar dari otoritas karena gaji yang tidak sesuai. Seperti Indonesia, China juga memiliki jaminan kesehatan yang juga mencakup kebutuhan di layanan primer. Saat talkshow, Yeoh juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk terlibat dalam diskusi. Peserta dari Taiwan, Thailand dan Indonesia berpartisipasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan kepada pembicara saat itu.

Instrumen Kebijakan, Modalitas dan Mekanisme untuk Layanan Kesehatan Terpadu

5des 5Setelah itu, sesi kursus kebijakan dimulai dengan pemaparan dari Profesor Eng-kiong Yeoh yang memaparkan tentang Instrumen Kebijakan, Modalitas dan Mekanisme untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang disampaikan oleh Yeoh. Instrumen kebijakan, modalitas dan manajemen merupakan suatu kerangka yang ditujukan untuk mengintegrasikan sistem, organisasi penyedia, dan klinisi.

Sistem merupakan level makro yang berkaitan dengan WHO Building Block. Aspek tata kelola dan kepemimpinan menjadi penting untuk mengintegrasikan penyedia dan pasien di berbagai level dalam pelibatan privat sektor. Aspek pembiayaan menjadi modalitas untuk mengintegrasikan level meso dan mikro. Aspek pelayanan kesehatan menjadi penting untuk melakukan pengambilan keputusan belanja kesehatan strategis dalam layanan terpadu. Sementara dijelaskan dalam level meso diperlukan modalitas untuk membentuk integrasi organisasi, mekanisme infrastruktur, mekanisme fungsional, integrasi profesionalitas, integrasi normatif dan mekanisme untuk integrasi klinis.

MATERI

 

Peran Sektor Swasta di Kawasan Asia Pasifik

5des 6Materi kedua mengenai Peran Sektor Swasta di Kawasan Asia Pasifik yang disampaikan oleh Profesor Siripen Supakankunti selaku Profesor, Pusat Keunggulan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Ekonomi, Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand. Supakankunti menyampaikan peranan sektor swasta dapat dilakukan untuk pembiayaan kesehatan, penyediaan layanan kesehatan, produksi dan distribusi sarana prasarana medis maupun obat-obatan, pendidikan untuk tenaga kesehatan, pengembangan pengetahuan dan modal investasi. Supakankunti juga menjelaskan bahwa peranan sektor swasta mengalami perkembangan di Asia untuk Pembiayaan, Modal, Investasi, Asuransi, Penyedia, Pengusaha, Perantara, Tata Kelola dan regulator. Dari peranan tersebut sistem private mix memiliki lima jenis yakni sektor swasta yang dominan, yang dapat melengkapi sektor publik, memiliki biaya tinggi, komersial, dan sektor swasta dibentuk oleh komunitas.

MATERI

 

Instrumen Kebijakan I: Mekanisme Tata Kelola Sistem Kesehatan & Pembiayaan Publik-Swasta

5des 1Pada sesi siang hari kursus kebijakan, peserta mendapatkan materi terkait instrumen kebijakan oleh Profesor Laksono Trisnantoro selaku Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Laksono memaparkan materi terkait mekanisme tata kelola sistem kesehatan dan pembiayaan publik-privat. Sebagaimana materi sebelumnya, materi Laksono dimulai dengan menjelaskan sistem kesehatan dari WHO Building Block yang dihubungkan dengan aspek pembiayaan kesehatan.

Memasuki pembiayaan kesehatan, dijelaskan sistem pembiayaan kesehatan yang terdiri dari revenue, pooling dan purchasing-payment. Laksono mengajak peserta untuk mengidentifikasi revenue dari masing-masing negara dari sektor swasta dan privat. Setelah itu, dikenalkan pula pooling di Indonesia yang cukup besar dari BPJS Kesehatan dan peserta diajak untuk mengidentifikasi pooling di negara yang mereka miliki. Setelah itu, Laksono menjelaskan bentuk-bentuk dari belanja dan pembayaran kesehatan yang terdiri dari 1) alokasi berdasarkan sumber daya melalui sistem perencanaan; 2) pembayaran kepada RS dan organisasi pelayanan kesehatan; 3) pembayaran langsung ke dokter. Dijelaskan bahwa setiap bentuk tersebut memiliki masalah dan solusi yang dibutuhkan sebagai contoh dari pembayaran kapitasi memiliki masalah rendah pemanfaatan, tingginya angka rujukan, rendahnya atensi dokter dan rendahnya kepuasan masyarakat. Permasalahan ini membutuhkan solusi seperti UR dan manajemen pengaduan.

MATERI

 

Instrumen Kebijakan II: Regulasi Sektor Kesehatan Swasta

5des 7Setelah itu, sesi siang dilanjutkan oleh Profesor Adi Utarini selaku Ketua Program Doktor, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Utarini menyampaikan materi terkait Regulasi Sektor Kesehatan Swasta dimulai dari proses dan mekanisme. Dalam mekanisme dibutuhkan enam hal penting seperti perizinan, sertifikasi, akreditasi, monitoring, network dan pemasaran sosial.

Mekanisme regulasi memiliki tiga tipe seperti 1) command dan control yang bersifat wajib dan memiliki sanksi; 2) insentif bersifat pemberian reward atau sanksi peringatan dalam bentuk uang maupun non-uang; 3) self regulation yang bersifat penyedia dan tenaga kesehatan profesional mengatur secara mandiri standar yang ingin mereka gunakan. Utarini menyampaikan bahwa regulasi perlu berfokus pada pembiayaan dan intervensi yang rendah sebagaimana piramida dan hanya akan meningkatkan secara progresif jika kegiatan tersebut gagal. Dalam kerangka piramida regulasi perlu dilakukan secara sukarela terlebih dahulu sebelumnya menjadi wajib dan memiliki kontrol yang mengikat. Utarini juga menyampaikan beberapa refleksi atau contoh dari beberapa isu kesehatan di Indonesia.

materi

 

Setelah sesi pemaparan, peserta secara berkelompok mendapatkan penugasan untuk merefleksikan materi yang telah didapatkan. Pada hari pertama kursus kebijakan, peserta mendapatkan penugasan untuk mengidentifikasi tantangan dalam integrasi pelayanan kesehatan dan melibatkan sektor swasta.

5des 8

{tab title=”Course Day 2″ class=”green”}

Rabu, 6 Desember 2023

6des 1Private Health Sector Assessment

Hari kedua kursus kebijakan (6/12/2023) dimulai dengan preview dari pertemuan pertama oleh Shita Dewi selaku Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Setelah itu Shita juga memaparkan materi terkait Private Health Sector Assessment (PHSA).

PHSA disampaikan perlu dilakukan dengan spesifik tujuan sistem kesehatan dan bersifat objektif. Hasil dari PHSA juga diharapkan dapat meningkatkan intervensi kebijakan dan adanya dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan kesehatan nasional. Shita memberikan panduan untuk melakukan asesmen sektor swasta melalui pemetaan. Untuk peserta juga diajak untuk melakukan diskusi berkelompok.

materi

 

6des 2External Quality Assurance and Accreditation

Pembicara selanjutnya adalah Professor Chi-tim Hung selaku Professor of Practice in Health Services Management, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong. Professor HUNG memaparkan terkait topik akreditas rumah sakit di Hong Kong yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Rumah sakit swasta memiliki regulasi tersendiri untuk mendapatkan akreditasinya yang diatur dalam Code of Practice for Private Hospital.

Di Hong Kong terdapat pula Joint Commission International (JCI) Tracer yang membantu proses akreditasi rumah sakit swasta. Hong Kong juga pernah melakukan piloting untuk mengadaptasi Australia Council of Healthcare Standar (ACHS) dengan proses siklus empat tahunan until self assessment, organizational survey, self assessment dan periodic review. Akreditasi rumah sakit ini dinilai memiliki dampak positif untuk membentuk tim dan mengubah kultur organisasi, menambah sumber daya, peningkatan sistem kesehatan dan adanya regular review eksternal. Namun, akreditasi ini juga memiliki dampak negatif pada beban kerja, sulitnya rekomendasi baru untuk diaplikasikan, terlalu banyak urusan dokumen, dan banyaknya standar penilaian interpretasi.

materi

6des 9Terdapat juga pembicara lainnya yakni Professor Adi Utarini yang membahas akreditasi. Utarini menjelaskan dalam perspektif kualitas regulasi dan tujuannya yang memiliki struktur licencing, certification dan accreditation. Dalam mengatur akreditasi, jelaskan peranan dari regulator dari pemerintah sebagai pengawas, lembaga akreditas dan pemerintah sebagai penyedia. Utarini juga berbagi pengalaman di Indonesia dalam menerapkan akreditasi rumah sakit yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Di Indonesia peningkatan kualitas layanan telah dilakukan dari 1988 hingga sekarang yang memiliki enam lembaga akreditasi. Saat ini, akreditasi dalam proses akreditasi sebanyak 2277 rumah sakit. Akreditasi rumah sakit di Indonesia ini berkaitan dengan untuk rumah sakit dapat terlibat dalam jaminan kesehatan di Indonesia.

materi

 

6des 3Infrastructural Mechanism for Integrated Health Care – Global Experience

Pembicara selanjutnya dari Thailand oleh Associate Professor Chantal Herberholz selaku Director, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University. Chantal menjelaskan tentang mekanisme infrastruktur untuk integrasi pelayanan berdasarkan pengalaman global. Implementasi PPP dinilai berbeda dengan implementasi kebijakan lainnya, karena ada pembagian risiko, hubungan jangka panjang dan memiliki indikator kunci.

Terdapat tiga bentuk PPP yakni infrastructure based, clinical service dan co-location. Dari semua model tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kemauan dan komitmen pemerintah, situasi lingkungan legislatif dan regulator, kemampuan publik, kapasitas privat, rancangan kontrak, pelibatan stakeholders, dan transparansi.

materi

 

6des 4Primary Care and Hospital PPPs in Thailand

Kemudian, topik ini dilanjutkan oleh Professor Siripen Supakankunti selaku Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University yang menjelaskan pengalaman Thailand dalam mengimplementasikan PPP. Di Thailand, PPP telah dilakukan dalam bentuk Co-location dimana terdapat rumah sakit publik yang dioperasionalkan oleh privat sektor sehingga layanan dapat diintegrasikan.

Banyak keterbatasan fasilitas dan layanan di RS Thailand yang dikerjasamakan diselesaikan dengan PPP. Seperti tidak adanya area parkir kendaraan di rumah sakit, maka publik melibatkan swasta untuk menyediakan instruktur parkir tersebut. Supakankunti berbagi banyak pengalaman di Thailand dalam implementasi PPP pada sektor kesehatan khususnya di Rumah Sakit untuk negara memiliki fasilitas dan layanan yang baik.

materi

6des 5Purchasing for Integrated Health Care; Primary Care Package and Specialist and Hospital Care

Setelah istirahat, diskusi dilanjutkan bersama pembicara lain yakni Professor Laksono Trisnantoro membahas belanja kesehatan strategis atau strategic health purchasing (SHP). SHP merupakan konsep baru yang diharapkan dapat membuat perubahan dari belanja yang pasif menjadi lebih strategis untuk memiliki kualitas layanan kesehatan yang baik dan sesuai standar. SHP memiliki karakteristik sistem pembayaran yang membuat insentif, melakukan seleksi dalam pemberian kontrak, adanya peningkatan layanan kesehatan dan membuat harga yang memiliki kualitas. Setelah menjelaskan konsep, terdapat tiga kasus BKS dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan, program TB dan pembiayaan berbasis kinerja di Indonesia. Untuk saat ini, BKS belum terlaksana dan masih sangat pasif dalam pembelanjaannya.

materi

 

6des 6Purchasing and Organisation Mechanisms for Integrated Health Care

Topik terkait belanja kesehatan dilanjutkan pemateri kedua oleh Professor Ying Yao Chen selaku Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University dari China. Chen membahas tentang mekanisme belanja dan organisasi untuk integrasi layanan kesehatan. Di China, pengeluaran kesehatan dari OOP sangat rendah meskipun mayoritas masyarakat lebih sering menggunakan layanan di RS daripada layanan primer. Ketersediaan jumlah RS di China sendiri sangat banyak dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang terdiri dari Publik, Private Non Profit dan Private. Dari ketiga RS tersebut, jumlah RS Publik di China dari 2017 hingga 2021 mengalami penurunan cukup drastis berbeda dengan RS Private yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Penurunan jumlah RS Publik di China karena lemahnya dukungan dari pemerintah seperti subsidi hanya 10% dari pengeluaran kesehatan. Kondisi ini membuat RS Publik di China tidak bertahan lama dan harus mengikuti kondisi pasar.

materi

 

6des 7Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Health Care

Berbeda dengan Malaysia, Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh selaku Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia menjelaskan bahwa di Malaysia tidak memiliki jaminan kesehatan dan masih memiliki OOP yang tinggi. Meskipun demikian, Malaysia telah mengimplementasikan BKS dengan Kementerian Kesehatan sebagai purchaser. Terdapat dua point penting yang perlu dilakukan dalam implementasi BKS dari pengalaman Malaysia yang dapat tercatat yakni 1) stabilitas tata kelola instansi 2) memanfaatkan pendekatan ekonomi kesehatan untuk memastikan cost-benefit. Serta menggunakan HTA dalam penetapan manfaat kesehatan.

materi

 

6des 8Information and Engagement, Social Franchising 

Pembicara terakhir dari kursus kebijakan hari ini (6/12/2023) adalah Professor Maria Elena B. Herrera dari Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines. Maria menjelaskan tentang Social Franchising, Exhortation dan Information yang merupakan bagian penting dari instrumen kebijakan. Dalam social franchising ini dilakukan untuk dapat memperluas kebijakan yang baik dan di replika pada tempat atau daerah yang berbeda-beda. Sementara exhortation dan information dalam konsep pelibatan sektor swasta ini perlu melakukan social marketing yang tidak hanya berupa diseminasi tetapi ditujukan untuk mengubah perilaku.

materi

 

{tab title=”Course Day 3″ class=”blue”}

7 Desember 2023

8des 1Sistem Kontrak dalam Pelayanan Primer

Hari ketiga kursus kebijakan (7/12/2023) dimulai dengan topik Contracting oleh Prof Laksono Trisnantoro dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM. Contracting merupakan mekanisme ‘purchasing’ dari provider tertentu, untuk jasa tertentu, dalam kuantitas dan kualitas yang telah diketahui, dengan harga yang disepakati, untuk jangka waktu tertentu. Contoh dari contracting ini yaitu pemerintah mengontrak pihak swasta untuk pelayanan cleaning service. Contracting ini memiliki banyak manfaat, yang salah satunya memperluas manfaat untuk pelayanan kesehatan dan memperluas pelayanan sampai ke wilayah terpencil.

Dua pembicara dari Indonesia dan Hongkong berbagi mengenai pelayanan kesehatan primer di negara masing-masing, serta bagaimana konsep ‘contracting’ ini telah dilakukan. Dr Mubasysyir Hasanbasri dari Departemen Biostatistika, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM menceritakan studi kasus contracting untuk memperluas pelayanan primer di wilayah pedesaan dan terpencil. Mubasysyir menyebutkan perbedaan primary care dan primary healthcare. Primary care adalah pelayanan yang diberikan, sementara primary health care systems merupakan bagaimana pelayanan dirancang untuk memenuhi kebutuhan primary care tersebut.

materi

8des 2Dalam konteks pelayanan kesehatan di wilayah pedesaan dan terpencil di Indonesia, umumnya pelayanan diberikan oleh puskesmas, pelayanan kesehatan milik pemerintah. Di lain sisi akses ke puskesmas oleh masyarakat umumnya sulit, meskipun pelayanan kesehatan gratis tetapi biaya transportasi ke faskes sendiri harus membayar, maka pelayanan banyak bertumpu pada outreach atau kunjungan rumah atau puskesmas keliling. Outreach itu dilaksanakan oleh petugas kesehatan di puskesmas, yang bahkan terbatas jumlahnya (hal ini terlihat di gambar di kiri). Sehingga upaya contracting yang dilakukan misalnya dengan membayar tenaga kesehatan dari luar wilayah terpencil tersebut, contohnya Nusantara Sehat, yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Tentunya hal ini memiliki banyak tantangan, seperti yang disampaikan oleh Laksono sebelumnya. Antara lain karena keterbatasan kapasitas manajer setempat dalam mengelola program, sehingga bergantung pada program dari pusat. Dengan adanya kontrak juga dapat menimbulkan ‘kecemburuan’ dari pihak internal.

Contohnya adanya Nusantara Sehat yang mengontrak tenaga kesehatan tertentu untuk bekerja di wilayah terpencil, dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petugas setempat dengan posisi yang sama, sehingga menimbulkan kecemburuan pada petugas setempat. Idealnya, pelayanan kesehatan seperti yang di kanan dimana pendekatan pemberian pelayanan kesehatan merupakan multisektoral, dan melibatkan sektor non-government dan komunitas.

materi

Mubasysyir menutup sesi dengan mengusulkan di aspek apa dan bagaimana contracting ini dapat diterapkan ke depannya di wilayah pedesaan dan terpencil di Indonesia. Kepala desa dan kecamatan dapat berperan sebagai manajer eksekutif dalam pelayanan kesehatan, dengan kata lain sebagai orang yang mengontrak / purchaser. Pelayanan yang diberikan adalah yang ditawarkan oleh Puskesmas, dokter, perawat, dan bidan praktik perorangan, yang dapat meliputi konsultasi kesehatan individual, klinik mobile, vaksinasi, edukasi dan promosi kesehatan, dan sebagainya.

8des 3Kontrak dalam Pelayanan Primer: Studi Kasus di Hong Kong

Selanjutnya Dr. Fei-chau Pang dari Commissioner for Primary Healthcare, Primary Healthcare Office, Health Bureau, Hong Kong Special Administrative Region menceritakan mengenai penguatan primary care di Hong Kong negara dengan 7 juta penduduk dan dengan setting urban. Hong Kong mempunyai dual track sistem, yaitu public dan private. public itu hospital based services. Hanya ada 13 private hospital, minoritas dibandingkan semuanya. Sebelum upaya integrasi yang saat ini diupayakan, public systems fee-nya sangat rendah, sehingga memang lebih disukai oleh masyarakat.

Rendahnya fee pelayanan ini kurang memberikan insentif bagi para pemberi pelayanan memberikan pelayanan terkait chronic diseases, dibandingkan dengan acute care. Akibat pelayanan kesehatan utamanya di rumah Sakit, maka prevention sangat rendah. Fokus PPP saat ini lebih kepada specialist care, diagnostics, ancillary, emergency, dan inpatient care, akan lebih dikembangkan penguatan ke arah prevention, primary care, intermediate care, dan rehabilitation care. Di samping itu, yang berlaku saat ini di Hongkong adalah centralized drug supplies, fixed package dan service fee, sehingga dari kacamata private practitioners, tidak menarik menjadi pemberi pelayanan yang bekerjasama dengan pemerintah.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk pelayanan penyakit kronis, pemerintah Hongkong mengupayakan integrasi pelayanan primer dengan mengontrakkan pelaksanaan pelayanan primer oleh family doctor, department of health dan district health center, serta rumah sakit.

Pertama, terdapat beberapa PPP project untuk penyakit tertentu, misalnya katarak. Diberikan kuota untuk operasi katarak yang dilaksanakan oleh RS swasta. Terdapat beberapa pelayanan lain yang juga dilakukan dalam hal ini. Kedua, melaksanakan family doctor systems, dimana diberikan subsidi untuk paired doctor dan peserta, pendekatan life course preventive care yang termasuk subsidi untuk vaksinasi dan cancer screening, adanya community drug formulary dengan harga paket (lebih murah), skema bi-directional referral ke rumah sakit untuk konsultasi ke spesialis, adanya pay for performance incentives, serta dukungan pembentukan perilaku hidup sehat di district health centers. Poin terakhir ini adalah bentuk contracting ketiga, yaitu dengan mengontrak district health center, yang bersifat non-government organization, untuk memberikan pelayanan tertentu. Contracting keempat adalah dengan melibatkan praktik perawat untuk memberikan follow up pelayanan untuk pasien dengan penyakit kronis yang telah berkonsultasi dan didiagnosis oleh dokter.

Ini adalah upaya-upaya contracting yang dilakukan oleh pemerintah Hongkong dalam rangka memperluas cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan, dan Pang menutup dengan mengundang kita semua untuk melihat lagi evaluasi pelaksanaannya dalam beberapa tahun ke depan.

Sesi selanjutnya adalah mengenai monitoring dan evaluasi dari implementasi dan capaian program yang diisi oleh 2 pembicara. Pembicara pertama, Professor Eng-Kiong Yeoh, Director Centre for Health Systems and Policy Research, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong. Prof Yeoh memulai dengan mendeskripsikan 4 hal yang menyebabkan program kesehatan tidak optimal. Salah satunya yaitu lemahnya monitoring evaluation.

8des 4Implementasi, Pemantauan, dan Evaluasi

Prof Eng Kiong Yeoh (EK) memberikan contoh adanya pilot scheme untuk elderly healthcare voucher scheme sebesar HK$50 sebanyak 5 unit setiap tahun untuk yang berusia di atas 70 tahun sejak 2009. Pada 2017, batas usia diturunkan menjadi 65 tahun. Voucher tersebut diklaim oleh dokternya, dokter tetap dapat men-charge co-payment, tetapi masyarakat juga tidak tahu apakah voucher-nya sudah digunakan atau belum. Desain pelayanan ini cukup rentan permasalahan, karena sebetulnya tidak ada insentif untuk dokter untuk mengklaimkan voucher tersebut. Total klaim selalu meningkat sejak program ini diluncurkan. Sebagian besar klaim untuk pelayanan yang diberikan oleh medical practitioners. Sebagian besar voucher diklaimkan untuk penatalaksanaan akut sekitar 58-65%, follow up long term conditions sekitar 20-30%, padahal masalah utama pada lansia adalah penyakit kronis. Jadi, permasalahan dari program tersebut adalah tidak memotivasi masyarakat lansia untuk mengikuti pencegahan penyakit kronis secara rutin.

Setelah ada pemanfaatan voucher, terjadi peningkatan proporsi masyarakat yang mengakses pelayanan public dan private, yang tadinya 49% menjadi 61%. Tidak ada perbedaan signifikan untuk kunjungan ke dokter antara pengguna dan non-pengguna voucher.

Pembelajaran dari sini adalah setelah pelaksanaan program, dilaksanakan analisis untuk pemanfaatannya, berdasarkan kelompok masyarakat dan lain-lain, sehingga bisa terlihat apa saja tantangan dan hambatan dari program tersebut, untuk kemudian diperbaiki dan disesuaikan.

Selanjutnya, EK menjelaskan bahwa dalam implementasi program, perlu adanya perencanaan implementasi, metodologi pelaksanaan program yang berdasarkan bukti, serta mengembangkan kriteria dan metode yang jelas untuk monitoring dan evaluasi intervensi dan implementasi dari program tersebut.

Keuntungan mengaplikasikan kerangka berpikir yang scientific salah satunya dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada kesuksesan program.
Salah satu contoh yang diberikan oleh EK adalah Consolidated Framework for Implementation Research (CFIR), yang melihat satu implementasi program dari aspek external, internal, individual, proses implementasi, dan karakteristik dari program itu sendiri. CFIR dapat membantu mengidentifikasi kendala penerapan program, dan memilih strategi apa yang dapat diambil untuk mengatasi kendala tersebut.

Dalam proses implementasi, penting untuk mencapai konsensus dari stakeholders, yang salah satunya dapat dilakukan dengan Delphi study. EK menutup dengan bagaimana keterkaitan antara mengintegrasikan pelayanan kesehatan di tingkat mikro, meso dan makro yang menggunakan prinsip-prinsip CFIR.

materi

8des 5Setelah pembicara pertama memaparkan aspek scientific evidence di balik monitoring dan evaluasi, pembicara kedua, Professor Maria Elena B. Herrera, Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines memberikan materi mengenai aplikasi atau praktik dari implementasi, monitoring dan evaluasi program.

Dalam hal monitoring, penting untuk mengingat bahwa pelayanan kesehatan adalah sebuah sistem, serta penting untuk mengidentifikasi root causes adanya permasalahan dari program tersebut. “Dengan melakukan assessment yang baik dan menyeluruh, maka dapat menentukan rencana implementasi integrasi pelayanan kesehatan dengan baik”, sambung Prof. Herrera.

Kunci dari monitoring dan evaluation adalah memahami hubungan sistematik antara satu aspek dan lainnya. Herrera menekankan bahwa setiap strategi atau kebijakan memiliki hipotesis-hipotesis. “If we do this, this will happen, under specific assumptions”. Dalam melakukan monitoring evaluasi, penting juga untuk menggunakan pendekatan people-centered. Untuk mencapai ini, Herrera melanjutkan, “Merancang monitoring dan evaluasi untuk upaya integrasi yang akan dilakukan merupakan proses yang iterative dan feedback-driven”. Perlu banyak diskusi untuk memunculkan ide-ide yang inovatif. Adanya pilot study memegang peran penting dalam mengembangkan monitoring dan evaluasi. Dari pilot study dan upaya menyeluruh ini bisa menghasilkan indikator-indikator apa yang perlu diamati, misalnya apakah indikator ini actionable dan measurable.

materi

Diskusi Isu-isu Tantangan dalam Sistem Layanan Kesehatan Terpadu yang Digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer dan Keterlibatan Sektor Swasta dalam Konteks Negara 

Di sesi terakhir ini masing-masing kelompok menampilkan hasil diskusinya mengenai tantangan dalam integrasi pelayanan kesehatan. Kelompok pertama yaitu tantangan dari Indonesia. Tantangan yang pertama adalah beberapa program nasional yang telah berusaha untuk melibatkan sektor swasta dalam pelayanan kesehatan, tetapi insentif yang masih minimal untuk sektor swasta tersebut. Namun, beberapa program belum terdapat kebijakan untuk pelibatan sektor swasta. Strategi yang diusulkan yaitu pertama untuk memberikan insentif untuk meningkatkan keterlibatan sektor swasta, melakukan pemetaan pelayanan kesehatan apa saja yang diutamakan serta dapat dikontrakkan ke sektor swasta.

Kelompok selanjutnya memaparkan tantangan integrasi sektor swasta di Hongkong. Tantangan pertama yaitu peningkatan proporsi lansia, ketimpangan biaya pelayanan di sektor publik dan swasta, serta kesadaran untuk menjaga kesehatan pribadi yang masih kurang. Sektor publik biasanya lebih disukai karena lebih murah dan berkualitas bagus, tetapi waiting time panjang, sementara sektor swasta lebih terfragmentasi tetapi waiting time pendek. Sama halnya dengan di Indonesia, keterbatasan pendanaan menjadi tantangan utama dalam hal integrasi sektor swasta. Dengan demikian, beberapa aspek direkomendasikan. Pertama, selain adanya skema yang saat ini ada yaitu elderly healthcare voucher scheme, chronic disease co-care scheme, district health center, general outpatient clinic PPP, cancer screening, direkomendasikan adanya perubahan pembiayaan kesehatan.

Selanjutnya, negara maju lainnya yaitu Singapura. Usia harapan hidup yang melebihi 80 tahun menyebabkan Singapura memiliki proporsi populasi lansia yang tinggi. Sistem pembiayaan kesehatan ada MediSave, MediFund, MediShield Life, dan subsidi dari pemerintahan, ditambah oleh skema tambahan misalnya healthier SG dan CHAS untuk askes ke private GP. Poliklinik publik meng-cover 20% total care tetapi 45% dari pelayanan untuk penyakit kronis, sehingga ada long waiting time. Tantangan utama pelayanan yaitu untuk memperbaiki pelayanan penyakit kronis yang selama ini sebagian besar dilaksanakan oleh faskes pemerintah. Beberapa strategi yang diusulkan yaitu social marketing, pelibatan masyarakat dan evaluasi yang rutin. perlu ada penetapan harga yang menarik untuk sektor swasta, subsidi di poliklinik milik publik, memperluas peran gatekeeping untuk GP (biasanya pasien tidak perlu ke GP untuk mendapatkan pelayanan yang disubsidi), kolaborasi multi sektoral. Salah satu contoh dengan berkolaborasi dengan pihak swasta dalam merancang technology-enabled self-management untuk memonitor faktor risiko dan morbiditas penyakit tidak menular, menyelenggarakan telekonsultasi untuk gatekeeping dan pemantauan penyakit kronis.

Di Tiongkok, terdapat primary care berupa community health centers, secondary care berupa community hospital, dan tertiary care berupa hospitals. Dari analisis kelompok 4 ditemukan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di sektor swasta justru kurang baik dibandingkan dengan sektor publik. Gap lainnya adalah kurangnya promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Untuk mengintegrasikan promosi kesehatan ini kami akan melakukan integrasi organisasi dengan strategic alliance, melibatkan primary care practitioner-led. Selain integrasi organisasi, kelompok 4 merekomendasikan professional integration dalam melaksanakan skrining kesehatan dan konseling. Terkait contracting, yang akan dilakukan adalah mengontrak dokter dan perawat untuk melakukan capacity building dan training di tingkat desa untuk community health centers.

Presentasi terakhir dari Taiwan (Siwei Huang) memaparkan bahwa National Health Insurance (NHI) di Taiwan dalam bentuk single payer yang telah meng-cover 99% populasi. Proses pembayarannya adalah global budget payment systems dengan metode pembayaran fee for service. Sektor swasta memiliki lebih dari 83% rumah sakit dan 98% klinik. Terdapat medical records yang tersimpan di Media Cloud melalui program NHI. Kepuasan publik pada program NHI lebih dari 90%. Meskipun demikian, NHI sistem mengalami defisit sejak 2017, petugas kesehatan overworked, dan usia harapan hidup menjadi 79 tahun, terendah dalam 1 dekade terakhir. Adanya global budget payments (prospektif) dengan (retrospektif) membingungkan dan menimbulkan risiko masalah kompetisi dan kurangnya koordinasi antara penyedia layanan kesehatan.

Strategi yang diusulkan adalah memanfaatkan mekanisme pembayaran yang berbeda misalnya DRGs, kapitasi. Dalam hal metode pembayaran, diusulkan perubahan regulasi untuk penguatan peran gatekeeper dan memperbaiki sistem rujukan, menyesuaikan nilai pembayaran copayment untuk tingkat faskes yang berbeda. Terkait burnout tenaga kesehatan, strategi yang diusulkan yaitu skema memberi insentif pada tenaga kesehatan. Strategi untuk tantangan terakhir, yaitu data yang tidak terintegrasi, solusi yang diusulkan adalah penguatan database NHI. Strategi terakhir yang diusulkan yaitu adopsi external quality assurance dan akreditasi dan integrasi database untuk monitoring dan evaluasi. Beberapa masukan dari narasumber meliputi bagaimana rekomendasi bisa lebih spesifik, terutama dalam hal bagaimana memulai strategi tersebut. Juga perlu mempertimbangkan strategi lainnya di samping PPP infrastruktur seperti co-location.

 

{/tabs}

 

Informasi Kursus

Untuk mendapatkan sertifikat dapat dilakukan dengan mengikuti ujian secara Online pada Januari 2024. Biaya sebesar Rp. 2.500.000,-  / Kelompok (tiap kelompok maksimal 5 orang)

 

Reporter:
Likke Prawidya Putri (HPM UGM)
Tri Muhartini (PKMK UGM)

 

 

Reportase Kursus Kebijakan tentang Transformasi Sistem Kesehatan

Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang Digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) di Rumah Sakit Prince of Wales, Shatin, Hong Kong pada 5-7 Desember 2023, menyelenggarakan Kursus Kebijakan “Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer”. Kegiatan ini memberikan gambaran umum tentang tantangan yang dihadapi dalam transformasi sistem kesehatan menuju sistem perawatan kesehatan terintegrasi yang digerakan oleh layanan primer dalam sistem perawatan kesehatan yang dibiayai oleh pajak dan asuransi sosial.

{tab title=”Course Day 1″ class=”red” align=”justify”} 

Selasa, 5 Desember 2023

5des 1Sambutan dari Ketua ANHSS

Hari pertama kursus kebijakan (5/12/2023) dimulai dengan sambutan dari Profesor Laksono Trisnantoro selaku chairman ANHSS. Laksono mengucapkan terimakasih atas kerja keras panitia dalam merancang kegiatan. Pihaknya menyampaikan juga bahwa kegiatan konferensi hari sebelumnya (4/11/2023) dan hari ini merupakan kegiatan yang penting untuk peserta belajar dan mengimplementasikannya dengan isu utama ekuitas dan public private partnership.

video 

Conceptual Framework for Engagement of the Private Sector for Health Systems Goals and Integrated Care Systems

Setelah itu sesi pembukaan dilanjutkan oleh Profesor Eng-kiong Yeoh selaku Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, JC School of Public Health and Primary Care, Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong. Pengantar Yeoh berkaitan dengan kerangka konsep untuk melibatkan privat sektor dalam tujuan sistem kesehatan dan integrasi layanan kesehatan.

Selain itu, Yeoh juga menjelaskan struktur program dari kursus kebijakan. Integrasi pelayanan kesehatan yang dijelaskan dengan kerangka konsep yang dibentuk berdasarkan WHO Building Block untuk sistem kesehatan yang mempengaruhi sistem kesehatan dan instrumen kebijakan. Dalam konsep ini pembiayaan kesehatan dari publik, pemerintah dan layanan kesehatan diintegrasikan.

MATERI   video

 

Tantangan bagi Keterlibatan Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu
yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Sebelum memasuki kursus kebijakan, terdapat sesi Pleno Pagi yang diisi oleh dua pembicara yakni Dr. Libby Lee selaku Under Secretary for Health, Health Bureau, Hong Kong Special Administrative Region dan dr. Endang Sumiwi selaku Director General of Public Health, Ministry of Health, Indonesia. Ketiga pembicara ini membahas tentang Tantangan bagi Keterlibatan Sektor Swasta dalam Sistem Kesehatan untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakan oleh Layanan Primer.

5des 2Lee menjelaskan tantangan yang dialami Hong Kong salah satunya berasal dari status kesehatan yang dimana tingginya prevalensi penyakit kronis pada penduduk dengan usia lansia. Di Hong Kong, diabetes dan hipertensi menjadi penyakit prioritas yang berpotensi menimbulkan komplikasi dua kali lebih banyak untuk biaya pelayanan. Selain status kesehatan, Hong Kong juga mengalami tantangan pada pengeluaran kesehatan yang lebih tinggi dari pada GDP per tahun. Keterbatasan tenaga kesehatan juga masih dialami oleh Hong Kong, dari data yang ditampilkan jumlah perawat telah mencapai 54,6% tetapi ketersediaan dokter hanya mencapai 13,3% dan profesi tenaga kesehatan lainnya baru mencapai kurang dari 5% untuk 7,3 juta penduduk.

Hong Kong telah melakukan beberapa aksi untuk mengatasi strategi tersebut dengan 1) pemerintah melakukan copayment dengan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan di layanan primer publik dan privat; 2) menyediakan insentif untuk dokter keluarga; 3) memberikan dukungan melalui koordinasi district health service; 4) melakukan integrasi vertikal antara dokter keluarga dengan rumah sakit dan spesialis khususnya untuk penyakit komplikasi.

materi   video

5des 3Berbeda dari Hong Kong, Endang menjelaskan sistem pelayanan primer di Indonesia mengalami tiga tantangan karena 1) masih kurangnya integrasi dan standarisasi, pelayanan primer masih berpusat pada program belum kebutuhan siklus kehidupan, tidak memiliki standar dalam layanan kesehatan antara layanan kesehatan khususnya di tingkat desa sehingga integrasi belum dapat berjalan optimal; 2) kesenjangan ketersediaan dan fasilitas kesehatan; 3) kesenjangan kemampuan dari kader kesehatan yang kurang mendapatkan pembekalan kapasitas dan sistem rekrutmen yang kurang optimal.

Untuk mengatasi tantangan tersebut Indonesia juga telah melakukan upaya seperti transformasi sistem kesehatan yang tujuan utamanya mengintegrasikan layanan primer. Integrasi pelayanan primer ini dilakukan untuk menghubungkan seluruh jejaring puskesmas di Indonesia hingga level RT/RW.

materi   video

 

  Diskusi Panel

5des 4Kemudian Pleno Pagi dilanjutkan dengan talkshow yang melibatkan Professor Ying Yao Chen dari China dan Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh dari Malaysia yang dipandu oleh Profesor Eng-kiong YEOH. Dalam talkshow Profesor Wan Puteh menceritakan Malaysia tidak memiliki dana kapitasi di layanan primer tetapi memiliki subsidi dari pemerintah. Selain itu, pelayanan primer di Malaysia juga mengalami keterbatasan tenaga kesehatan sebagaimana yang dialami beberapa negara lainnya. Berbeda dengan Malaysia, di kondisi layanan primer di China untuk situasi keuangannya memiliki dana kapitasi dari pemerintah cukup memadai.

Namun, masyarakat China cenderung lebih banyak mengakses layanan kesehatan di RS dan pelayanan primer tidak cukup kuat memainkan perannya. Dalam isu tenaga kesehatan di China mengalami keterbatasan motivasi untuk memberikan layanan kesehatan di luar dari otoritas karena gaji yang tidak sesuai. Seperti Indonesia, China juga memiliki jaminan kesehatan yang juga mencakup kebutuhan di layanan primer. Saat talkshow, Yeoh juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk terlibat dalam diskusi. Peserta dari Taiwan, Thailand dan Indonesia berpartisipasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan kepada pembicara saat itu.

video

 

Instrumen Kebijakan, Modalitas dan Mekanisme untuk Layanan Kesehatan Terpadu

5des 5Setelah itu, sesi kursus kebijakan dimulai dengan pemaparan dari Profesor Eng-kiong Yeoh yang memaparkan tentang Instrumen Kebijakan, Modalitas dan Mekanisme untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang disampaikan oleh Yeoh. Instrumen kebijakan, modalitas dan manajemen merupakan suatu kerangka yang ditujukan untuk mengintegrasikan sistem, organisasi penyedia, dan klinisi.

Sistem merupakan level makro yang berkaitan dengan WHO Building Block. Aspek tata kelola dan kepemimpinan menjadi penting untuk mengintegrasikan penyedia dan pasien di berbagai level dalam pelibatan privat sektor. Aspek pembiayaan menjadi modalitas untuk mengintegrasikan level meso dan mikro. Aspek pelayanan kesehatan menjadi penting untuk melakukan pengambilan keputusan belanja kesehatan strategis dalam layanan terpadu. Sementara dijelaskan dalam level meso diperlukan modalitas untuk membentuk integrasi organisasi, mekanisme infrastruktur, mekanisme fungsional, integrasi profesionalitas, integrasi normatif dan mekanisme untuk integrasi klinis.

MATERI   video

 

Peran Sektor Swasta di Kawasan Asia Pasifik

5des 6Materi kedua mengenai Peran Sektor Swasta di Kawasan Asia Pasifik yang disampaikan oleh Profesor Siripen Supakankunti selaku Profesor, Pusat Keunggulan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Ekonomi, Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand. Supakankunti menyampaikan peranan sektor swasta dapat dilakukan untuk pembiayaan kesehatan, penyediaan layanan kesehatan, produksi dan distribusi sarana prasarana medis maupun obat-obatan, pendidikan untuk tenaga kesehatan, pengembangan pengetahuan dan modal investasi. Supakankunti juga menjelaskan bahwa peranan sektor swasta mengalami perkembangan di Asia untuk Pembiayaan, Modal, Investasi, Asuransi, Penyedia, Pengusaha, Perantara, Tata Kelola dan regulator. Dari peranan tersebut sistem private mix memiliki lima jenis yakni sektor swasta yang dominan, yang dapat melengkapi sektor publik, memiliki biaya tinggi, komersial, dan sektor swasta dibentuk oleh komunitas.

MATERI   video

 

Instrumen Kebijakan I: Mekanisme Tata Kelola Sistem Kesehatan & Pembiayaan Publik-Swasta

5des 1Pada sesi siang hari kursus kebijakan, peserta mendapatkan materi terkait instrumen kebijakan oleh Profesor Laksono Trisnantoro selaku Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Laksono memaparkan materi terkait mekanisme tata kelola sistem kesehatan dan pembiayaan publik-privat. Sebagaimana materi sebelumnya, materi Laksono dimulai dengan menjelaskan sistem kesehatan dari WHO Building Block yang dihubungkan dengan aspek pembiayaan kesehatan.

Memasuki pembiayaan kesehatan, dijelaskan sistem pembiayaan kesehatan yang terdiri dari revenue, pooling dan purchasing-payment. Laksono mengajak peserta untuk mengidentifikasi revenue dari masing-masing negara dari sektor swasta dan privat. Setelah itu, dikenalkan pula pooling di Indonesia yang cukup besar dari BPJS Kesehatan dan peserta diajak untuk mengidentifikasi pooling di negara yang mereka miliki. Setelah itu, Laksono menjelaskan bentuk-bentuk dari belanja dan pembayaran kesehatan yang terdiri dari 1) alokasi berdasarkan sumber daya melalui sistem perencanaan; 2) pembayaran kepada RS dan organisasi pelayanan kesehatan; 3) pembayaran langsung ke dokter. Dijelaskan bahwa setiap bentuk tersebut memiliki masalah dan solusi yang dibutuhkan sebagai contoh dari pembayaran kapitasi memiliki masalah rendah pemanfaatan, tingginya angka rujukan, rendahnya atensi dokter dan rendahnya kepuasan masyarakat. Permasalahan ini membutuhkan solusi seperti UR dan manajemen pengaduan.

MATERI   video

 

Instrumen Kebijakan II: Regulasi Sektor Kesehatan Swasta

5des 7Setelah itu, sesi siang dilanjutkan oleh Profesor Adi Utarini selaku Ketua Program Doktor, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Utarini menyampaikan materi terkait Regulasi Sektor Kesehatan Swasta dimulai dari proses dan mekanisme. Dalam mekanisme dibutuhkan enam hal penting seperti perizinan, sertifikasi, akreditasi, monitoring, network dan pemasaran sosial.

Mekanisme regulasi memiliki tiga tipe seperti 1) command dan control yang bersifat wajib dan memiliki sanksi; 2) insentif bersifat pemberian reward atau sanksi peringatan dalam bentuk uang maupun non-uang; 3) self regulation yang bersifat penyedia dan tenaga kesehatan profesional mengatur secara mandiri standar yang ingin mereka gunakan. Utarini menyampaikan bahwa regulasi perlu berfokus pada pembiayaan dan intervensi yang rendah sebagaimana piramida dan hanya akan meningkatkan secara progresif jika kegiatan tersebut gagal. Dalam kerangka piramida regulasi perlu dilakukan secara sukarela terlebih dahulu sebelumnya menjadi wajib dan memiliki kontrol yang mengikat. Utarini juga menyampaikan beberapa refleksi atau contoh dari beberapa isu kesehatan di Indonesia.

materi   video

 

Setelah sesi pemaparan, peserta secara berkelompok mendapatkan penugasan untuk merefleksikan materi yang telah didapatkan. Pada hari pertama kursus kebijakan, peserta mendapatkan penugasan untuk mengidentifikasi tantangan dalam integrasi pelayanan kesehatan dan melibatkan sektor swasta.

5des 8

{tab title=”Course Day 2″ class=”green”}

Rabu, 6 Desember 2023

6des 1Private Health Sector Assessment

Hari kedua kursus kebijakan (6/12/2023) dimulai dengan preview dari pertemuan pertama oleh Shita Dewi selaku Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Setelah itu Shita juga memaparkan materi terkait Private Health Sector Assessment (PHSA).

PHSA disampaikan perlu dilakukan dengan spesifik tujuan sistem kesehatan dan bersifat objektif. Hasil dari PHSA juga diharapkan dapat meningkatkan intervensi kebijakan dan adanya dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan kesehatan nasional. Shita memberikan panduan untuk melakukan asesmen sektor swasta melalui pemetaan. Untuk peserta juga diajak untuk melakukan diskusi berkelompok.

materi   video

 

6des 2External Quality Assurance and Accreditation

Pembicara selanjutnya adalah Professor Chi-tim Hung selaku Professor of Practice in Health Services Management, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong. Professor HUNG memaparkan terkait topik akreditas rumah sakit di Hong Kong yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Rumah sakit swasta memiliki regulasi tersendiri untuk mendapatkan akreditasinya yang diatur dalam Code of Practice for Private Hospital.

Di Hong Kong terdapat pula Joint Commission International (JCI) Tracer yang membantu proses akreditasi rumah sakit swasta. Hong Kong juga pernah melakukan piloting untuk mengadaptasi Australia Council of Healthcare Standar (ACHS) dengan proses siklus empat tahunan until self assessment, organizational survey, self assessment dan periodic review. Akreditasi rumah sakit ini dinilai memiliki dampak positif untuk membentuk tim dan mengubah kultur organisasi, menambah sumber daya, peningkatan sistem kesehatan dan adanya regular review eksternal. Namun, akreditasi ini juga memiliki dampak negatif pada beban kerja, sulitnya rekomendasi baru untuk diaplikasikan, terlalu banyak urusan dokumen, dan banyaknya standar penilaian interpretasi.

materi   video

6des 9Terdapat juga pembicara lainnya yakni Professor Adi Utarini yang membahas akreditasi. Utarini menjelaskan dalam perspektif kualitas regulasi dan tujuannya yang memiliki struktur licencing, certification dan accreditation. Dalam mengatur akreditasi, jelaskan peranan dari regulator dari pemerintah sebagai pengawas, lembaga akreditas dan pemerintah sebagai penyedia. Utarini juga berbagi pengalaman di Indonesia dalam menerapkan akreditasi rumah sakit yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Di Indonesia peningkatan kualitas layanan telah dilakukan dari 1988 hingga sekarang yang memiliki enam lembaga akreditasi. Saat ini, akreditasi dalam proses akreditasi sebanyak 2277 rumah sakit. Akreditasi rumah sakit di Indonesia ini berkaitan dengan untuk rumah sakit dapat terlibat dalam jaminan kesehatan di Indonesia.

materi   video

 

6des 3Infrastructural Mechanism for Integrated Health Care – Global Experience

Pembicara selanjutnya dari Thailand oleh Associate Professor Chantal Herberholz selaku Director, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University. Chantal menjelaskan tentang mekanisme infrastruktur untuk integrasi pelayanan berdasarkan pengalaman global. Implementasi PPP dinilai berbeda dengan implementasi kebijakan lainnya, karena ada pembagian risiko, hubungan jangka panjang dan memiliki indikator kunci.

Terdapat tiga bentuk PPP yakni infrastructure based, clinical service dan co-location. Dari semua model tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kemauan dan komitmen pemerintah, situasi lingkungan legislatif dan regulator, kemampuan publik, kapasitas privat, rancangan kontrak, pelibatan stakeholders, dan transparansi.

materi   video

 

6des 4Primary Care and Hospital PPPs in Thailand

Kemudian, topik ini dilanjutkan oleh Professor Siripen Supakankunti selaku Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University yang menjelaskan pengalaman Thailand dalam mengimplementasikan PPP. Di Thailand, PPP telah dilakukan dalam bentuk Co-location dimana terdapat rumah sakit publik yang dioperasionalkan oleh privat sektor sehingga layanan dapat diintegrasikan.

Banyak keterbatasan fasilitas dan layanan di RS Thailand yang dikerjasamakan diselesaikan dengan PPP. Seperti tidak adanya area parkir kendaraan di rumah sakit, maka publik melibatkan swasta untuk menyediakan instruktur parkir tersebut. Supakankunti berbagi banyak pengalaman di Thailand dalam implementasi PPP pada sektor kesehatan khususnya di Rumah Sakit untuk negara memiliki fasilitas dan layanan yang baik.

materi   video

6des 5Purchasing for Integrated Health Care; Primary Care Package and Specialist and Hospital Care

Setelah istirahat, diskusi dilanjutkan bersama pembicara lain yakni Professor Laksono Trisnantoro membahas belanja kesehatan strategis atau strategic health purchasing (SHP). SHP merupakan konsep baru yang diharapkan dapat membuat perubahan dari belanja yang pasif menjadi lebih strategis untuk memiliki kualitas layanan kesehatan yang baik dan sesuai standar. SHP memiliki karakteristik sistem pembayaran yang membuat insentif, melakukan seleksi dalam pemberian kontrak, adanya peningkatan layanan kesehatan dan membuat harga yang memiliki kualitas. Setelah menjelaskan konsep, terdapat tiga kasus BKS dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan, program TB dan pembiayaan berbasis kinerja di Indonesia. Untuk saat ini, BKS belum terlaksana dan masih sangat pasif dalam pembelanjaannya.

materi   video

 

6des 6Purchasing and Organisation Mechanisms for Integrated Health Care

Topik terkait belanja kesehatan dilanjutkan pemateri kedua oleh Professor Ying Yao Chen selaku Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University dari China. Chen membahas tentang mekanisme belanja dan organisasi untuk integrasi layanan kesehatan. Di China, pengeluaran kesehatan dari OOP sangat rendah meskipun mayoritas masyarakat lebih sering menggunakan layanan di RS daripada layanan primer. Ketersediaan jumlah RS di China sendiri sangat banyak dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang terdiri dari Publik, Private Non Profit dan Private. Dari ketiga RS tersebut, jumlah RS Publik di China dari 2017 hingga 2021 mengalami penurunan cukup drastis berbeda dengan RS Private yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Penurunan jumlah RS Publik di China karena lemahnya dukungan dari pemerintah seperti subsidi hanya 10% dari pengeluaran kesehatan. Kondisi ini membuat RS Publik di China tidak bertahan lama dan harus mengikuti kondisi pasar.

materi   video

 

6des 7Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Health Care

Berbeda dengan Malaysia, Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh selaku Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia menjelaskan bahwa di Malaysia tidak memiliki jaminan kesehatan dan masih memiliki OOP yang tinggi. Meskipun demikian, Malaysia telah mengimplementasikan BKS dengan Kementerian Kesehatan sebagai purchaser. Terdapat dua point penting yang perlu dilakukan dalam implementasi BKS dari pengalaman Malaysia yang dapat tercatat yakni 1) stabilitas tata kelola instansi 2) memanfaatkan pendekatan ekonomi kesehatan untuk memastikan cost-benefit. Serta menggunakan HTA dalam penetapan manfaat kesehatan.

materi   video

 

6des 8Information and Engagement, Social Franchising 

Pembicara terakhir dari kursus kebijakan hari ini (6/12/2023) adalah Professor Maria Elena B. Herrera dari Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines. Maria menjelaskan tentang Social Franchising, Exhortation dan Information yang merupakan bagian penting dari instrumen kebijakan. Dalam social franchising ini dilakukan untuk dapat memperluas kebijakan yang baik dan di replika pada tempat atau daerah yang berbeda-beda. Sementara exhortation dan information dalam konsep pelibatan sektor swasta ini perlu melakukan social marketing yang tidak hanya berupa diseminasi tetapi ditujukan untuk mengubah perilaku.

materi   video

 

{tab title=”Course Day 3″ class=”blue”}

7 Desember 2023

8des 1Sistem Kontrak dalam Pelayanan Primer

Hari ketiga kursus kebijakan (7/12/2023) dimulai dengan topik Contracting oleh Prof Laksono Trisnantoro dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM. Contracting merupakan mekanisme ‘purchasing’ dari provider tertentu, untuk jasa tertentu, dalam kuantitas dan kualitas yang telah diketahui, dengan harga yang disepakati, untuk jangka waktu tertentu. Contoh dari contracting ini yaitu pemerintah mengontrak pihak swasta untuk pelayanan cleaning service. Contracting ini memiliki banyak manfaat, yang salah satunya memperluas manfaat untuk pelayanan kesehatan dan memperluas pelayanan sampai ke wilayah terpencil.

Dua pembicara dari Indonesia dan Hongkong berbagi mengenai pelayanan kesehatan primer di negara masing-masing, serta bagaimana konsep ‘contracting’ ini telah dilakukan. Dr Mubasysyir Hasanbasri dari Departemen Biostatistika, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM menceritakan studi kasus contracting untuk memperluas pelayanan primer di wilayah pedesaan dan terpencil. Mubasysyir menyebutkan perbedaan primary care dan primary healthcare. Primary care adalah pelayanan yang diberikan, sementara primary health care systems merupakan bagaimana pelayanan dirancang untuk memenuhi kebutuhan primary care tersebut.

materi   video

8des 2Dalam konteks pelayanan kesehatan di wilayah pedesaan dan terpencil di Indonesia, umumnya pelayanan diberikan oleh puskesmas, pelayanan kesehatan milik pemerintah. Di lain sisi akses ke puskesmas oleh masyarakat umumnya sulit, meskipun pelayanan kesehatan gratis tetapi biaya transportasi ke faskes sendiri harus membayar, maka pelayanan banyak bertumpu pada outreach atau kunjungan rumah atau puskesmas keliling. Outreach itu dilaksanakan oleh petugas kesehatan di puskesmas, yang bahkan terbatas jumlahnya (hal ini terlihat di gambar di kiri). Sehingga upaya contracting yang dilakukan misalnya dengan membayar tenaga kesehatan dari luar wilayah terpencil tersebut, contohnya Nusantara Sehat, yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Tentunya hal ini memiliki banyak tantangan, seperti yang disampaikan oleh Laksono sebelumnya. Antara lain karena keterbatasan kapasitas manajer setempat dalam mengelola program, sehingga bergantung pada program dari pusat. Dengan adanya kontrak juga dapat menimbulkan ‘kecemburuan’ dari pihak internal.

Contohnya adanya Nusantara Sehat yang mengontrak tenaga kesehatan tertentu untuk bekerja di wilayah terpencil, dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petugas setempat dengan posisi yang sama, sehingga menimbulkan kecemburuan pada petugas setempat. Idealnya, pelayanan kesehatan seperti yang di kanan dimana pendekatan pemberian pelayanan kesehatan merupakan multisektoral, dan melibatkan sektor non-government dan komunitas.

materi   video

Mubasysyir menutup sesi dengan mengusulkan di aspek apa dan bagaimana contracting ini dapat diterapkan ke depannya di wilayah pedesaan dan terpencil di Indonesia. Kepala desa dan kecamatan dapat berperan sebagai manajer eksekutif dalam pelayanan kesehatan, dengan kata lain sebagai orang yang mengontrak / purchaser. Pelayanan yang diberikan adalah yang ditawarkan oleh Puskesmas, dokter, perawat, dan bidan praktik perorangan, yang dapat meliputi konsultasi kesehatan individual, klinik mobile, vaksinasi, edukasi dan promosi kesehatan, dan sebagainya.

8des 3Kontrak dalam Pelayanan Primer: Studi Kasus di Hong Kong

Selanjutnya Dr. Fei-chau Pang dari Commissioner for Primary Healthcare, Primary Healthcare Office, Health Bureau, Hong Kong Special Administrative Region menceritakan mengenai penguatan primary care di Hong Kong negara dengan 7 juta penduduk dan dengan setting urban. Hong Kong mempunyai dual track sistem, yaitu public dan private. public itu hospital based services. Hanya ada 13 private hospital, minoritas dibandingkan semuanya. Sebelum upaya integrasi yang saat ini diupayakan, public systems fee-nya sangat rendah, sehingga memang lebih disukai oleh masyarakat.

Rendahnya fee pelayanan ini kurang memberikan insentif bagi para pemberi pelayanan memberikan pelayanan terkait chronic diseases, dibandingkan dengan acute care. Akibat pelayanan kesehatan utamanya di rumah Sakit, maka prevention sangat rendah. Fokus PPP saat ini lebih kepada specialist care, diagnostics, ancillary, emergency, dan inpatient care, akan lebih dikembangkan penguatan ke arah prevention, primary care, intermediate care, dan rehabilitation care. Di samping itu, yang berlaku saat ini di Hongkong adalah centralized drug supplies, fixed package dan service fee, sehingga dari kacamata private practitioners, tidak menarik menjadi pemberi pelayanan yang bekerjasama dengan pemerintah.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk pelayanan penyakit kronis, pemerintah Hongkong mengupayakan integrasi pelayanan primer dengan mengontrakkan pelaksanaan pelayanan primer oleh family doctor, department of health dan district health center, serta rumah sakit.

Pertama, terdapat beberapa PPP project untuk penyakit tertentu, misalnya katarak. Diberikan kuota untuk operasi katarak yang dilaksanakan oleh RS swasta. Terdapat beberapa pelayanan lain yang juga dilakukan dalam hal ini. Kedua, melaksanakan family doctor systems, dimana diberikan subsidi untuk paired doctor dan peserta, pendekatan life course preventive care yang termasuk subsidi untuk vaksinasi dan cancer screening, adanya community drug formulary dengan harga paket (lebih murah), skema bi-directional referral ke rumah sakit untuk konsultasi ke spesialis, adanya pay for performance incentives, serta dukungan pembentukan perilaku hidup sehat di district health centers. Poin terakhir ini adalah bentuk contracting ketiga, yaitu dengan mengontrak district health center, yang bersifat non-government organization, untuk memberikan pelayanan tertentu. Contracting keempat adalah dengan melibatkan praktik perawat untuk memberikan follow up pelayanan untuk pasien dengan penyakit kronis yang telah berkonsultasi dan didiagnosis oleh dokter.

Ini adalah upaya-upaya contracting yang dilakukan oleh pemerintah Hongkong dalam rangka memperluas cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan, dan Pang menutup dengan mengundang kita semua untuk melihat lagi evaluasi pelaksanaannya dalam beberapa tahun ke depan.

Sesi selanjutnya adalah mengenai monitoring dan evaluasi dari implementasi dan capaian program yang diisi oleh 2 pembicara. Pembicara pertama, Professor Eng-Kiong Yeoh, Director Centre for Health Systems and Policy Research, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong. Prof Yeoh memulai dengan mendeskripsikan 4 hal yang menyebabkan program kesehatan tidak optimal. Salah satunya yaitu lemahnya monitoring evaluation.

video

 

8des 4Implementasi, Pemantauan, dan Evaluasi

Prof Eng Kiong Yeoh (EK) memberikan contoh adanya pilot scheme untuk elderly healthcare voucher scheme sebesar HK$50 sebanyak 5 unit setiap tahun untuk yang berusia di atas 70 tahun sejak 2009. Pada 2017, batas usia diturunkan menjadi 65 tahun. Voucher tersebut diklaim oleh dokternya, dokter tetap dapat men-charge co-payment, tetapi masyarakat juga tidak tahu apakah voucher-nya sudah digunakan atau belum. Desain pelayanan ini cukup rentan permasalahan, karena sebetulnya tidak ada insentif untuk dokter untuk mengklaimkan voucher tersebut. Total klaim selalu meningkat sejak program ini diluncurkan. Sebagian besar klaim untuk pelayanan yang diberikan oleh medical practitioners. Sebagian besar voucher diklaimkan untuk penatalaksanaan akut sekitar 58-65%, follow up long term conditions sekitar 20-30%, padahal masalah utama pada lansia adalah penyakit kronis. Jadi, permasalahan dari program tersebut adalah tidak memotivasi masyarakat lansia untuk mengikuti pencegahan penyakit kronis secara rutin.

Setelah ada pemanfaatan voucher, terjadi peningkatan proporsi masyarakat yang mengakses pelayanan public dan private, yang tadinya 49% menjadi 61%. Tidak ada perbedaan signifikan untuk kunjungan ke dokter antara pengguna dan non-pengguna voucher.

Pembelajaran dari sini adalah setelah pelaksanaan program, dilaksanakan analisis untuk pemanfaatannya, berdasarkan kelompok masyarakat dan lain-lain, sehingga bisa terlihat apa saja tantangan dan hambatan dari program tersebut, untuk kemudian diperbaiki dan disesuaikan.

Selanjutnya, EK menjelaskan bahwa dalam implementasi program, perlu adanya perencanaan implementasi, metodologi pelaksanaan program yang berdasarkan bukti, serta mengembangkan kriteria dan metode yang jelas untuk monitoring dan evaluasi intervensi dan implementasi dari program tersebut.

Keuntungan mengaplikasikan kerangka berpikir yang scientific salah satunya dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada kesuksesan program.
Salah satu contoh yang diberikan oleh EK adalah Consolidated Framework for Implementation Research (CFIR), yang melihat satu implementasi program dari aspek external, internal, individual, proses implementasi, dan karakteristik dari program itu sendiri. CFIR dapat membantu mengidentifikasi kendala penerapan program, dan memilih strategi apa yang dapat diambil untuk mengatasi kendala tersebut.

Dalam proses implementasi, penting untuk mencapai konsensus dari stakeholders, yang salah satunya dapat dilakukan dengan Delphi study. EK menutup dengan bagaimana keterkaitan antara mengintegrasikan pelayanan kesehatan di tingkat mikro, meso dan makro yang menggunakan prinsip-prinsip CFIR.

materi   video

8des 5Setelah pembicara pertama memaparkan aspek scientific evidence di balik monitoring dan evaluasi, pembicara kedua, Professor Maria Elena B. Herrera, Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines memberikan materi mengenai aplikasi atau praktik dari implementasi, monitoring dan evaluasi program.

Dalam hal monitoring, penting untuk mengingat bahwa pelayanan kesehatan adalah sebuah sistem, serta penting untuk mengidentifikasi root causes adanya permasalahan dari program tersebut. “Dengan melakukan assessment yang baik dan menyeluruh, maka dapat menentukan rencana implementasi integrasi pelayanan kesehatan dengan baik”, sambung Prof. Herrera.

Kunci dari monitoring dan evaluation adalah memahami hubungan sistematik antara satu aspek dan lainnya. Herrera menekankan bahwa setiap strategi atau kebijakan memiliki hipotesis-hipotesis. “If we do this, this will happen, under specific assumptions”. Dalam melakukan monitoring evaluasi, penting juga untuk menggunakan pendekatan people-centered. Untuk mencapai ini, Herrera melanjutkan, “Merancang monitoring dan evaluasi untuk upaya integrasi yang akan dilakukan merupakan proses yang iterative dan feedback-driven”. Perlu banyak diskusi untuk memunculkan ide-ide yang inovatif. Adanya pilot study memegang peran penting dalam mengembangkan monitoring dan evaluasi. Dari pilot study dan upaya menyeluruh ini bisa menghasilkan indikator-indikator apa yang perlu diamati, misalnya apakah indikator ini actionable dan measurable.

materi   video

Diskusi Isu-isu Tantangan dalam Sistem Layanan Kesehatan Terpadu yang Digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer dan Keterlibatan Sektor Swasta dalam Konteks Negara 

Di sesi terakhir ini masing-masing kelompok menampilkan hasil diskusinya mengenai tantangan dalam integrasi pelayanan kesehatan. Kelompok pertama yaitu tantangan dari Indonesia. Tantangan yang pertama adalah beberapa program nasional yang telah berusaha untuk melibatkan sektor swasta dalam pelayanan kesehatan, tetapi insentif yang masih minimal untuk sektor swasta tersebut. Namun, beberapa program belum terdapat kebijakan untuk pelibatan sektor swasta. Strategi yang diusulkan yaitu pertama untuk memberikan insentif untuk meningkatkan keterlibatan sektor swasta, melakukan pemetaan pelayanan kesehatan apa saja yang diutamakan serta dapat dikontrakkan ke sektor swasta.

Kelompok selanjutnya memaparkan tantangan integrasi sektor swasta di Hongkong. Tantangan pertama yaitu peningkatan proporsi lansia, ketimpangan biaya pelayanan di sektor publik dan swasta, serta kesadaran untuk menjaga kesehatan pribadi yang masih kurang. Sektor publik biasanya lebih disukai karena lebih murah dan berkualitas bagus, tetapi waiting time panjang, sementara sektor swasta lebih terfragmentasi tetapi waiting time pendek. Sama halnya dengan di Indonesia, keterbatasan pendanaan menjadi tantangan utama dalam hal integrasi sektor swasta. Dengan demikian, beberapa aspek direkomendasikan. Pertama, selain adanya skema yang saat ini ada yaitu elderly healthcare voucher scheme, chronic disease co-care scheme, district health center, general outpatient clinic PPP, cancer screening, direkomendasikan adanya perubahan pembiayaan kesehatan.

Selanjutnya, negara maju lainnya yaitu Singapura. Usia harapan hidup yang melebihi 80 tahun menyebabkan Singapura memiliki proporsi populasi lansia yang tinggi. Sistem pembiayaan kesehatan ada MediSave, MediFund, MediShield Life, dan subsidi dari pemerintahan, ditambah oleh skema tambahan misalnya healthier SG dan CHAS untuk askes ke private GP. Poliklinik publik meng-cover 20% total care tetapi 45% dari pelayanan untuk penyakit kronis, sehingga ada long waiting time. Tantangan utama pelayanan yaitu untuk memperbaiki pelayanan penyakit kronis yang selama ini sebagian besar dilaksanakan oleh faskes pemerintah. Beberapa strategi yang diusulkan yaitu social marketing, pelibatan masyarakat dan evaluasi yang rutin. perlu ada penetapan harga yang menarik untuk sektor swasta, subsidi di poliklinik milik publik, memperluas peran gatekeeping untuk GP (biasanya pasien tidak perlu ke GP untuk mendapatkan pelayanan yang disubsidi), kolaborasi multi sektoral. Salah satu contoh dengan berkolaborasi dengan pihak swasta dalam merancang technology-enabled self-management untuk memonitor faktor risiko dan morbiditas penyakit tidak menular, menyelenggarakan telekonsultasi untuk gatekeeping dan pemantauan penyakit kronis.

Di Tiongkok, terdapat primary care berupa community health centers, secondary care berupa community hospital, dan tertiary care berupa hospitals. Dari analisis kelompok 4 ditemukan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di sektor swasta justru kurang baik dibandingkan dengan sektor publik. Gap lainnya adalah kurangnya promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Untuk mengintegrasikan promosi kesehatan ini kami akan melakukan integrasi organisasi dengan strategic alliance, melibatkan primary care practitioner-led. Selain integrasi organisasi, kelompok 4 merekomendasikan professional integration dalam melaksanakan skrining kesehatan dan konseling. Terkait contracting, yang akan dilakukan adalah mengontrak dokter dan perawat untuk melakukan capacity building dan training di tingkat desa untuk community health centers.

Presentasi terakhir dari Taiwan (Siwei Huang) memaparkan bahwa National Health Insurance (NHI) di Taiwan dalam bentuk single payer yang telah meng-cover 99% populasi. Proses pembayarannya adalah global budget payment systems dengan metode pembayaran fee for service. Sektor swasta memiliki lebih dari 83% rumah sakit dan 98% klinik. Terdapat medical records yang tersimpan di Media Cloud melalui program NHI. Kepuasan publik pada program NHI lebih dari 90%. Meskipun demikian, NHI sistem mengalami defisit sejak 2017, petugas kesehatan overworked, dan usia harapan hidup menjadi 79 tahun, terendah dalam 1 dekade terakhir. Adanya global budget payments (prospektif) dengan (retrospektif) membingungkan dan menimbulkan risiko masalah kompetisi dan kurangnya koordinasi antara penyedia layanan kesehatan.

Strategi yang diusulkan adalah memanfaatkan mekanisme pembayaran yang berbeda misalnya DRGs, kapitasi. Dalam hal metode pembayaran, diusulkan perubahan regulasi untuk penguatan peran gatekeeper dan memperbaiki sistem rujukan, menyesuaikan nilai pembayaran copayment untuk tingkat faskes yang berbeda. Terkait burnout tenaga kesehatan, strategi yang diusulkan yaitu skema memberi insentif pada tenaga kesehatan. Strategi untuk tantangan terakhir, yaitu data yang tidak terintegrasi, solusi yang diusulkan adalah penguatan database NHI. Strategi terakhir yang diusulkan yaitu adopsi external quality assurance dan akreditasi dan integrasi database untuk monitoring dan evaluasi. Beberapa masukan dari narasumber meliputi bagaimana rekomendasi bisa lebih spesifik, terutama dalam hal bagaimana memulai strategi tersebut. Juga perlu mempertimbangkan strategi lainnya di samping PPP infrastruktur seperti co-location.

 

{/tabs}

 

Informasi Kursus

Untuk mendapatkan sertifikat dapat dilakukan dengan mengikuti ujian secara Online pada Januari 2024. Biaya sebesar Rp. 2.500.000,-  / Kelompok (tiap kelompok maksimal 5 orang)

 

Reporter:
Likke Prawidya Putri (HPM UGM)
Tri Muhartini (PKMK UGM)

 

 

Reportase Knowledge Event Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat: Pelajaran dari Pandemi Covid-19

Senin, 4 Desember 2023

4des 1

Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) di Rumah Sakit Prince of Wales, Shatin, Hong Kong pada 4 Desember 2023, menyelenggarakan Knowledge Event yang bertajuk “Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat: Pelajaran dari Pandemi COVID-19”. Kegiatan ini bertujuan untuk berdiskusi dengan para pembuat kebijakan utama dan akademisi yang bekerja dalam respons pandemi dari negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik. Rangkaian Knowledge Event ini terdiri dari pembukaan, presentasi Pemantik, pleno pagi, pleno sore dan presentasi poster.

Pembukaan dari Knowledge Event disambut oleh Profesor EK Yeoh selaku Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer JC, The Chinese University of Hong Kong dan Profesor Chung-mau LO, BBS, JP (tbc) selaku Sekretaris Kesehatan, Biro Kesehatan, HKSAR untuk membuka seluruh rangkaian kegiatan.

4des 2Keynote Presentation

Kemudian Knowledge Event dimulai dengan presentasi pemantik oleh Dr Ronald Lam, JP selaku Direktur Kesehatan, Departemen Kesehatan, HKSAR. Presentasi ini membahas tentang Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat di Hong Kong. Ronald berbagi pengalaman bahwa Hong Kong selama pandemi COVID-19, otoritas kesehatan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lokal dan internasional komunitas untuk memperkuat ketahanan dan kapasitas dalam penanganan. Landasan utama anti-epidemic di Hong Kong menggunakan pendekatan pengetahuan dan pendekatan hukum dengan target tertentu. Untuk mencapai itu Hong Kong melakukan peningkatan kapasitas kesehatan masyarakat, menyesuaikan strategi komunikasi risiko untuk mendorong dukungan dan stabilitas masyarakat, memanfaatkan public-private partnership, mobilisasi tenaga kerja dan sumber daya. Strategi ketahanan ini di Hong Kong juga didukung dengan kecanggihan teknologi secara luas di masyarakat.

video

 

{tab title=”Pleno Pagi 1″ class=”red” alilgn=”justify”}

Kesiapsiagaan, Kesiapan, Tanggapan, dan Pemulihan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19

4des 3Pada pleno pagi, terdapat empat pembicara yang akan mengajak peserta berdiskusi. Pertama ialah Profesor EK Yeoh selaku Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer JC, The Chinese University of Hong Kong. Professor EK Yeoh menyampaikan tentang Kesiapsiagaan, Kesiapan, Tanggapan, dan Pemulihan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19. Materi disampaikan berkaitan dengan hasil studi dengan kerangka sistem deteksi dini, asesmen, dan respons (S-EDAR) di Hong Kong, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, dan Shanghai China selama menangani pandemi COVID-19.

Studi ini menemukan bahwa S-EDAR di Hong Kong telah dirumuskan dan disusun dengan empat sesi yakni rencana kesiapsiagaan, operasional kesiapsiagaan, sistem respons dan pemulihan rencana kesiapsiagaan. Kerangka kerja S-EDAR yang disempurnakan ini akan menjadi sistem evolusioner yang kuat untuk memungkinkan kesiapsiagaan, kesiapan operasional, respons tepat waktu untuk memperkuat sistem kesehatan dan ketahanan masyarakat terhadap pandemi di masa depan.

video

 

 

{tab title=”Pleno Pagi 2″ class=”orange”}

4des 4

Kesiapsiagaan dan ketanggapan terhadap pandemi di New South Wales, Australia

Pembicara dari Australia, Dr Kerry Chant selaku Chief Health Officer, New South Wales, Dr Jeremy Mcanulty selaku Executive Director of Health Protection NSW, dan Dr Christine Selvey selaku Director of Communicable Disease Branch, Health Protection NSW, memulai dengan membagikan pengalaman mengenai penanganan pandemi. NSW memiliki pengalaman menangani pandemi influenza 2009, Ebola 2014-16, dan 2017 influenza season, tetapi penanganan COVID-19 ini tetap memiliki tantangan tersendiri. Mirip dengan di Indonesia yang mengalami peak di Delta dan Omicron, jumlah kasus saat Omicron dapat mencapai lebih dari 10 kali lipat dibandingkan saat peak Delta.

Hal yang digarisbawahi oleh pembicara adalah bagaimana NSW menggunakan beberapa data, tidak hanya data terkait kasus harian COVID-19 saja, tetapi juga data terkait pelayanan kesehatan lainnya misalnya jumlah outbreak yang terjadi di aged care, ketersediaan dan akses ke obat antiviral, pemanfaatan pelayanan telekonsultasi, dan sebagainya.

Pemerintah NSW menegaskan beberapa strategi penting dalam penanganan pandemi. Pertama, pentingnya rolling out teknologi efektif secara cepat antara lain vaksinasi, tes PCR dan tes rapid antigen secara mandiri, adanya pelayanan berbasis SMS, e-apotek, dan pelayanan kesehatan virtual atau telekonsultasi. Kedua, struktur dan sistem kewaspadaan untuk kegawatdaruratan kesehatan atau pandemi perlu diformalkan guna meningkatkan resiliensi sistem kesehatan. Ketiga, apa yang dikomunikasikan oleh pemerintah kepada masyarakat menjadi hal yang paling krusial dalam ‘memimpin’ dan mengelola apabila terjadi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Christine kemudian memberi contoh bahwa komunikasi risiko ini melibatkan populasi minoritas, misalnya aboriginal dan dari organisasi multikultural, dan memastikan pesan yang disampaikan dipahami oleh mereka (menggunakan berbagai bahasa). Christine menutup dengan menggarisbawahi perlunya fokus pada pelayanan kesehatan primer yang setara (equitable), yang melibatkan semua pemberi pelayanan termasuk praktik perorangan dan apotek serta pentingnya investasi yang berkesinambungan pada pelatihan sumber daya manusia, pengintegrasian data dan pemanfaatan teknologi dalam rangka meningkatkan kesiapan sistem kesehatan.

video

 

4des 5Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Indonesia

Pembicara empat dari pleno pagi dari Indonesia oleh dr. Siti Nadia Tarmizi selaku Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan di Indonesia. Sebagaimana pembicara lainnya, Nadia juga berbagi cerita tentang Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Indonesia. Selama pandemi, pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan public health and social measure (PHMS). Dengan PHMS, Indonesia mengkolaborasikan upaya dari pemerintah melalui test, treat and trace (3T), vaksinasi dan komunitas (wearing mask, hand hygiene and physical distancing).

Selama pandemi COVID-19, ketahanan kesehatan juga dilakukan dengan mengikuti tiga instruksi Presiden untuk vaksinasi gratis secara merata, prioritas keuangan untuk pandemi dan mendorong masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Dari situasi pandemi COVID-19 ini, pemerintah Indonesia melakukan transformasi sistem kesehatan untuk mempersiapkan ketahanan sistem kesehatan pada masa depan. Transformasi sistem kesehatan ini terdiri dari enam pilar transformasi pada layanan primer, rujukan, ketahanan kesehatan, keuangan, tenaga kesehatan dan teknologi kesehatan.

video

4des 6Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Singapura

Dilanjutkan pembicara terakhir pleno pagi dari Singapura oleh Professor Vernon Lee selaku Direktur Senior, Divisi Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan. Lee menyampaikan terkait Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Singapura. Selama pandemi COVID-19, untuk memastikan ketahanan dalam sistem kesehatan adalah perencanaan kesiapsiagaan selama bertahun-tahun yang berfokus pada penguatan struktur manajemen krisis dan memastikan tata kelola yang baik. Sama halnya dengan Indonesia, Singapura membangun rumah sakit yang khusus menangani pandemi. Serupa dengan negara-negara sebelumnya, kunci dari pengendalian COVID ini pada pengendalian batas negara, surveilans kasus yang diikuti karantina, komunikasi risiko ke publik, dan vaksinasi.

Surveilans yang dilaksanakan tidak hanya surveilans terkait kasus positif, tetapi juga surveilans pada limbah dan genomik. Adanya informasi tambahan surveilans limbah ini dapat memberikan informasi yang penting dalam hal mengurangi angka transmisi. Singapura juga mengedepankan peran dari penelitian dalam pengendalian pandemi. Di samping itu, rumah sakit swasta dilibatkan dalam memperluas kapasitas untuk tatalaksana COVID-19, dan mengadakan program public health preparedness clinics, sehingga klinik ini dapat berperan dalam menangani non-communicable diseases. Bila Indonesia memiliki Peduli Lindungi, Singapura memiliki program Trace Together, yaitu aplikasi bluetooth-based untuk contact tracing. Kunjungan rumah juga dilaksanakan dalam rangka memperluas cakupan vaksinasi pada masyarakat, yang utamanya untuk lansia.

Dalam hal kesiapan pada bencana, perlu adanya kerangka atau plan untuk disaster, yang sudah diujicobakan atau melakukan drill sehingga saat ‘war time’ tiba, sistem kesehatan sudah siap. Lee menekankan perlu antisipasi hal-hal yang tidak terduga, dan rencana kesiapsiagaan harus mencakup pendekatan yang fleksibel untuk memungkinkan respons yang bervariasi dan terkalibrasi selama fase pandemi yang berbeda, terutama untuk memperhitungkan lonjakan kebutuhan kapasitas selama pandemi.

Dalam sesi diskusi, salah satu peserta menanyakan faktor apa yang membuat Professor Vernon Lee yakin dengan keputusan saat itu bahwa ‘live with the virus’. Professor Vernon Lee menanggapi bahwa aspek yakin itu didukung adanya vaksinasi yang sangat tinggi, analisis data yang ada serta modeling menggunakan data tersebut. Modeling antar angka kasus dan cakupan vaksinasi membuat pemerintah dapat memperhitungkan resources yang dibutuhkan serta keuntungan yang akan diperoleh dari kebijakan yang diambil.

video

 

{tab title=”Pleno Sore 3″ class=”blue”}

4des 7

Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Indonesia

Knowledge event dilanjutkan kembali pada pleno sore yang dilanjutkan dengan pembahasan tentang Ketahanan Tingkat Operasional di Indonesia, China dan Thailand. Pembicara pertama adalah Professor Laksono Trisnantoro selaku Professor of Health Policy and Management, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Laksono menceritakan bagaimana kebijakan operasional dari COVID-19 di Indonesia. Pembelajaran dari Indonesia didapatkan bahwa pengalaman penanganan COVID-19 membutuhkan pengetahuan lain, tidak terbatas hanya kesehatan.

Menurut Laksono, semua pengetahuan dengan transdisiplin ilmu dibutuhkan dalam manajemen operasional selama pandemi COVID-19 untuk dapat menetapkan kebijakan. Dengan adanya transdisiplin tersebut dibutuhkan pula partisipasi dari multi pemangku kepentingan. Untuk menggunakan pendekatan ini dibutuhkan pula kepemimpinan yang kuat untuk mengelola berbagai kemampuan dalam membuat keputusan.

video

 

4des 8Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Tiongkok

Dilanjutkan dengan China oleh Professor Ying Yao Chen selaku Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University, China. Ying menceritakan China membentuk Mekanisme Prevensi dan Kontrol dengan sembilan sembilan group kerja dan dilakukan pada setiap level. Selama pandemi COVID-19 dijelaskan pemerintah China mengalokasi banyak keuangan untuk penanggulangan penyebaran virus. Instrumen kebijakan yang digunakan China untuk penanggulangan COVID-19 menggunakan 4R model yakni recovery, readliness, responses dan reductions.

Selama pandemi COVID-19 Wuhan melakukan berbagai upaya dalam mempertahankan sistem kesehatan utamanya menyediakan tenaga kesehatan, membentuk alur diagnosa dan perawatan untuk pasien infeksi, menyediakan layanan isolasi dan melakukan analisis pembiayaan. Wuhan juga menerapkan HTA dalam ketahanan kesehatan ketika pandemi untuk meningkatkan alokasi sumber daya kesehatan, sistem RS, dan kesehatan masyarakat. Profesor Yao juga menceritakan dalam sistem RS selama pandemi telah dilakukan perluasan kapasitas rumah sakit publik, memperkuat manajemen, tenaga kesehatan dan membangun layanan kesehatan digital.

video

 

4des 9Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Thailand

Pembicara terakhir untuk topik ini dari Thailand oleh Professor Siripen Supakankunti selaku Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand. Supakankunti menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan dan WHO bersama berbagai pemangku kepentingan lainnya di Thailand selama pandemi COVID-19 telah membentuk berbagai kebijakan untuk merespons situasi. Kesuksesan kebijakan ini membutuhkan lima hal penting seperti ketersediaan dan kompetensi dari tenaga kesehatan, modal sosial, peraturan khusus penyakit menular, ketersediaan anggaran, sumber daya manusia dan adanya pembagian peranan antara pemangku kepentingan khususnya antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

Setelah tiga pembicara pada pleno siang memaparkan pengalaman dari masing-masing negaranya. Moderator membuka sesi diskusi, pertanyaan pertama berkaitan dengan pelibatan pemangku kepentingan dalam melaksanakan ekonomi kesehatan. Ketiga pembicara menyampaikan bahwa isu ekonomi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab besar sektor keuangan atau kementerian keuangan. Sebagaimana selama pandemi COVID-19, ekonomi kesehatan juga menjadi perhatian besar bagi Kementerian Kesehatan. Pertanyaan kedua dan ketiga berkaitan pelibatan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan selama pandemi COVID-19 yang banyak dipengaruhi aspek politik dan membutuhkan dasar akademik.

video

 

{tab title=”Pleno Sore 4″ class=”green”}

4des 10Ketahanan Komunitas

Topik pleno sore kedua membahas tentang Ketahanan Komunitas. Sesi ini diawali dengan pembahasan tentang Melindungi Privasi dan Membangun Kepercayaan untuk Ketahanan Komunitas oleh Ada Lai-ling Chung selaku The Privacy Commissioner for Personal Data, The Office of the Privacy Commissioner for Personal Data, HKSAR. Chung menceritakan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam global health security, salah satunya adanya contact tracing apps. Contact tracing apps banyak diterapkan saat COVID-19, termasuk di Indonesia dengan Peduli Lindungi-nya.

Tetapi bagaimana dengan risiko kerahasiaan pribadi? Di Singapura ada penolakan contact tracing apps, sehingga membahayakan community resilience. Di Hongkong ada aplikasi LeaveHomeSafe yang diperkenalkan pada November 2020, dan diwajibkan di akhir 2021. Semua penduduk Hongkong wajib scan QR code sebelum diperkenankan masuk tempat umum tersebut. Apabila ada kasus positif di suatu tempat, maka orang-orang yang mendatangi tempat yang sama akan mendapat notifikasi bahwa terdapat suspek kasus di wilayah tersebut. Upaya-upaya dilaksanakan untuk melindungi privacy data, antara lain meminimalkan data yang dikumpulkan dengan tidak mengumpulkan data lokasi, tidak meminta registrasi, juga meminimalkan data yang diunggah sehingga data mengunjungi tempat tertentu hanya ada di smartphone pengguna. Data kunjungan pun dienkripsi dan otomatis dihapus setelah 31 hari. Seluruh data sudah dihapus saat kebijakan tidak diberlakukan lagi.

Selain LeaveHomeSafe, Hong Kong juga memiliki health passport, yang berisikan data vaksinasi dalam bentuk kertas atau elektronik yang perlu ditunjukkan saat memasuki tempat umum. Penerapan health passport ini dihentikan pada December 2022. Langkah-langkah melindungi data, selain yang sudah disebutkan di atas adalah data kunjungan yang hanya tersimpan oleh operator tempat umum, dan hanya data QR code yang ditampilkan. Prinsip-prinsip tersebut lah, meminimalkan informasi yang diunggah, membatasi penyimpanan data, serta melakukan data enkripsi, merupakan hal yang setidaknya dilakukan untuk melindungi privasi masyarakat.

video

4des 12Membangun Masyarakat yang Tangguh untuk Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Filipina

Pembicara selanjutnya Professor Maria Elena B. Herrera, FASP, PHD, dari Faculty of Asian Institute of Management Makati City, Metro Manila Philippines. Herrera membagikan pengalaman bagaimana Filipina mengoptimalkan analisis data, yang awalnya melihat modelling untuk berbagai skenario. Skenario yang dilakukan mempertimbangkan jumlah kasus lama, kasus baru, jumlah kasus yang dirawat di rumah sakit, jumlah kematian, serta berapa estimasi beban ekonomi yang terjadi pada masing-masing skenario. Tentunya terdapat beberapa tantangan menggunakan dan skenario ini, yang utama adalah keterbatasan data yang tersedia. Hal yang lebih penting digarisbawahi oleh Herrera adalah data bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan permulaan: permulaan dalam merancang program atau kebijakan, permulaan dalam pengadaan dan pengalokasian sumber daya, dan sebagainya.

video

 

4des 11Membangun Masyarakat yang Tangguh Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Shanghai, Tiongkok

Professor Fan Wu, Deputy Dean dari Shanghai Medical College Fudan University, China, melanjutkan mengenai penguatan community resilience dari pengalaman di Shanghai, China, mega city dengan penduduk sekitar 24 juta jiwa. Secara umum, terdapat 2 pola dalam pengendalian COVID-19, pola 1 yang terjadi sampai pada puncak Delta dan pola 2 yang terjadi setelahnya. Pada pola 1, kunci pengendaliannya adalah skrining, contact tracing, dan respon cepat untuk mengendalikan potensi penyebaran. Di pola 1 ini tentunya sumber daya yang ada banyak tersedot, dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan ‘kelelahan’ dari sistem kesehatan. Tetapi pada pola 2, ada aspek penguatan masyarakat berperan krusial dalam pengendalian pandemi.

Salah satu outbreak yang terjadi yaitu di Januari 2021 di apartemen di Huangpu, di mana dalam 15 jam terdeteksi 1000 kontak erat, 3300 individu berisiko, 30 taksi dan 20 restoran. Ledakan kasus lokal itu berhasil dikendalikan dalam waktu 2 minggu dengan mengerahkan tenaga untuk tracing dan karantina. Pengalaman lain yaitu pada 31 Oktober 2021 terdapat kasus suspek pada pengunjung Disneyland Shanghai. Dalam kurang dari 24 jam, petugas memblokade subway dan mengganti dengan bus, dan sebelumnya melaksanakan contact tracing pada lebih dari 10,000 pengunjung Disneyland. Ini adalah contoh pengendalian pada pola 1. Sedangkan di pola kedua, sudah ada pelatihan dimana ada stratified diagnosis and treatment system, sehingga beban kerja dapat dibagi pada petugas-petugas kesehatan di level pelayanan yang berbeda. Masing-masing tingkat dalam pelayanan ini pun memiliki guidelines yang berbeda. Masyarakat pun diberi pelatihan pada level tertentu, misalnya self monitoring, sehingga dapat berpartisipasi dalam mendeteksi dan menilai lingkungan masing-masing. Wu menyimpulkan bahwa ketahanan komunitas ini tergantung dari bagaimana komitmen dari pemimpin.

video

 

4des 13Membangun Masyarakat yang Tangguh untuk Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Korea Selatan

Sesi sore ini ditutup oleh pembicara terakhir, Minji Ju, senior researcher Institute of Development and Human Security Ewha Womans University, Seoul, Korea, yang menceritakan komponen dari resiliensi masyarakat terhadap bencana (community disaster resilience / CDR) selama pandemi di Korea Selatan. Ini adalah hasil studi yang bertujuan mengembangkan kerangka CDR untuk penilaian CDR di kemudian hari. Studi ini menemukan bahwa, meskipun informasi mengenai kasus terkonfirmasi telah dikumpulkan dan dikelola, upaya yang dilakukan untuk membentuk sistem information sharing yang efektif belum terjadi.

Studi ini juga menemukan pentingnya adanya caring personal, tidak hanya medical personnel, dalam mengatasi pandemi, terutama untuk mereka yang ada di fasilitas perawatan lansia. Hal menarik lain adalah masyarakat yang rentan, yaitu lansia, juga berkontribusi ke masyarakatnya sendiri dalam hal mengkomunikasikan risiko dalam pengendalian COVID. Kapasitas individu dalam pemanfaatan teknologi digital (digital capacity of citizen) menjadi salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan resiliensi masyarakat. Kesimpulannya, modal atau capital itu penting, tetapi sangat rentan pada kekurangan atau keterbatasan, dan di dalam keterbatasan capital ini attributes berperan dalam meningkatkan community resilience. Minji Ju juga menekankan pentingnya peran dari sektor non profit di masyarakat dalam mendukung upaya-upaya dari pemerintah.

Setelah pleno sore, peserta diajak kembali berdiskusi dengan semua pembicara pleno sore untuk menyampaikan pertanyaan dan tanggapan. Hari pertama ditutup pula dengan kegiatan pemberian penghargaan untuk peserta poster. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang knowledge event ANHSS, dapat mengakses materi dan video. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang knowledge event ANHSS, dapat mengakses materi dan video.

video

 

{/tabs}

 

Informasi Kursus

Untuk mendapatkan sertifikat dapat dilakukan dengan mengikuti ujian secara Online pada Januari 2024. Biaya sebesar Rp. 2.500.000,-  / Kelompok (tiap kelompok maksimal 5 orang)

 

Reporter:

Likke Prawidya Putri (HPM FK-KMK UGM)
Tri Muhartini (PKMK FK-KMK UGM)

 

 

 

Itinerary ANHSS – Hong Kong

Tanggal

Pukul

Kegiatan

Penumpang/Peserta

Informasi Tambahan

Keberangkatan Kloter 1 (3 Desember 2023 pukul 00.15 – 06.00)

3 Desember 2023

00.15 – 06.00

Perjalanan

Jakarta – Hong Kong Pesawat CX796

1. MUBASYSYIR HASAN BASRI MR

2. SHITA LISTYADEWI WIDODO MRS

3. YESSI RAHMAWATI ZUBAIDI ZABID MRS

4. PRITA MULIARINI MRS

5. INDAH PUDJININGSIH MRS

6. IRMA YUNITA MRS

7. MASAYU RUBIANTI MRS

8. TRI MUHARTINI MRS (PJ Koordinasi Guide)

9. IRVAN TAUFIK MR

Informasi Tempat Makan Sekitar Hotel

  1. Fortune City One (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 11 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)
  2. Yu Chui Shopping (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 8 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

Pilihan Makanan Halal

  1. Kai Kai Hong Kongg Jordan, Ning Po St, 29
  2. Warung Malang Lantai 2, Flat B2, Dragon Rise Building, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay
  3. Bombay Kitchen G/F, 72-74 South Wall Road, Kowloon City
  4. 1453 Ottoman Turkish Mediterranean Cuisine G/F, 19 Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong

 

06.00 – 07.00

Imigrasi dan Pengambilan Bagasi

07.00 – 08.00

Perjalanan

Hong Kong International Airport – Hotel

Kontak Guide/Driver +852 90176082

08.00

  1. Check In Hotel
  2. Free Time

 

Keberangkatan Kloter 2 (3 Desember 2023 pukul 16.50 – 20.55)

3 Desember 2023

16.50-20.55

Perjalanan

Singapore – Hong Kong Scoot TR974

1. ADI UTARINI MRS

2. LIKKE PRAWIDYA PUTRI MRS (PJ Koordinasi Guide)

3. ANDREASTA MELIALA MR

4. KRISDIANA WIJAYANTI MRS

5. TRI SISWATI MRS

20.55 – 22.00

Imigrasi dan Pengambilan Bagasi

22.00 – 23.00

Perjalanan

Hong Kong International Airport – Hotel

Kontak Guide/Driver +852 90176082

23.00

Check in Hotel

4 Desember 2023

08.00

Persiapan ke venue

Peserta di Hotel Alva Kumpul di Lobi dan pergi bersama

Seluruh peserta

  1. Sarapan di Hotel
  2. Makan Siang di venue kegiatan
  3. Makan malam masing-masing

Informasi Tempat Makan Sekitar Hotel

3.     Fortune City One (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 11 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

4.     Yu Chui Shopping (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 8 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

Pilihan Makanan Halal

5.     Kai Kai Hong Kongg Jordan, Ning Po St, 29

6.     Warung Malang Lantai 2, Flat B2, Dragon Rise Building, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay

7.     Bombay Kitchen G/F, 72-74 South Wall Road, Kowloon City

8.     1453 Ottoman Turkish Mediterranean Cuisine G/F, 19 Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong

08.30 – 17.00

Mengikuti Kegiatan sesuai ToR Knowledge Event

5 Desember 2023

08.00

Persiapan ke venue

Peserta di Hotel Alva Kumpul di Lobi dan pergi bersama

Seluruh peserta

1.     Sarapan di Hotel

2.     Makan Siang di venue kegiatan

3.     Makan malam masing-masing

Informasi Tempat Makan Sekitar Hotel

5.     Fortune City One (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 11 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

6.     Yu Chui Shopping (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 8 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

Pilihan Makanan Halal

9.     Kai Kai Hong Kongg Jordan, Ning Po St, 29

10.  Warung Malang Lantai 2, Flat B2, Dragon Rise Building, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay

11.  Bombay Kitchen G/F, 72-74 South Wall Road, Kowloon City

12.  1453 Ottoman Turkish Mediterranean Cuisine G/F, 19 Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong

08.30 – 17.00

Mengikuti Kegiatan sesuai ToR Knowledge Event

6 Desember 2023

08.00

Persiapan ke venue

Peserta di Hotel Alva Kumpul di Lobi dan pergi bersama

Seluruh peserta

1.     Sarapan di Hotel

2.     Makan Siang di venue kegiatan

3.     Makan malam masing-masing

Informasi Tempat Makan Sekitar Hotel

7.     Fortune City One (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 11 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

8.     Yu Chui Shopping (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 8 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

Pilihan Makanan Halal

13.  Kai Kai Hong Kongg Jordan, Ning Po St, 29

14.  Warung Malang Lantai 2, Flat B2, Dragon Rise Building, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay

15.  Bombay Kitchen G/F, 72-74 South Wall Road, Kowloon City

16.  1453 Ottoman Turkish Mediterranean Cuisine G/F, 19 Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong

08.30 – 17.00

Mengikuti Kegiatan sesuai ToR Knowledge Event

6 Desember 2023

08.00

Persiapan ke venue

Peserta di Hotel Alva Kumpul di Lobi dan pergi bersama

Seluruh peserta

1.     Sarapan di Hotel

2.     Makan Siang di venue kegiatan

3.     Makan malam masing-masing

Informasi Tempat Makan Sekitar Hotel

9.     Fortune City One (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 11 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

10.  Yu Chui Shopping (semacam plaza ada beberapa pilihan makanan cepat saji dan 8 menit dari Hotel Alva jika jalan kaki)

Pilihan Makanan Halal

17.  Kai Kai Hong Kongg Jordan, Ning Po St, 29

18.  Warung Malang Lantai 2, Flat B2, Dragon Rise Building, 9-11 Pennington Street, Causeway Bay

19.  Bombay Kitchen G/F, 72-74 South Wall Road, Kowloon City

20.  1453 Ottoman Turkish Mediterranean Cuisine G/F, 19 Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong

08.30 – 17.00

Mengikuti Kegiatan sesuai ToR Knowledge Event

Pulang Hong Kong – Indonesia

9 Desember 2023

05.30

  1. Pick Up at Hotel
  2. One way transfer to Airport Hong Kong

Kontak Guide/Driver +852 90176082

1. MUBASYSYIR HASAN BASRI MR

2. SHITA LISTYADEWI WIDODO MRS

3. YESSI
ZUBAIDI ZABID MRS

4. PRITA MULIARINI MRS

5. INDAH PUDJININGSIH MRS

6.ANINDITA ADZANI PRAKASA MRS

7.IRMA YUNITA MRS

8.MASAYU RUBIANTI MRS

9. IRVAN TAUFIK MR

10.TRI MUHARTINI MRS

11.KRISDIANA WIJAYANTI MRS

12.TRI SISWATI MRS

Knowledge Event Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat: Pelajaran dari Pandemi COVID-19

English Version

Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS)

Knowledge Event
Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat: Pelajaran dari Pandemi COVID-19

Senin, 4 Desember 2023

Shaw Auditorium, 1/F, Gedung Sekolah Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Prince of Wales, Shatin, Hong Kong

  Tentang Acara

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan perjalanan yang berlarut-larut dan tidak dapat diprediksi, bahkan di negara-negara yang memiliki rencana kesiapsiagaan dan respons. Sistem kesehatan kewalahan dan tidak mampu beradaptasi dan menyerap permintaan serta menghadapi tantangan dalam kapasitas mereka untuk menyediakan fungsi kesehatan yang penting. Fase pemulihan pandemi, memberikan kesempatan untuk mensintesis pelajaran yang dipetik dari respons negara untuk menginformasikan kebijakan ketahanan sistem kesehatan untuk ancaman kesehatan masyarakat berikutnya.

Knowledge event terdiri dari presentasi oleh para pembuat kebijakan utama dan akademisi yang bekerja dalam respons pandemi dari negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik tentang (i) bagaimana mereka berkolaborasi dengan komunitas mereka untuk mempersiapkan, merespons, memitigasi, beradaptasi dengan ancaman kesehatan masyarakat, (ii) pelajaran yang dipetik dalam mentransformasi sistem kesehatan mereka, dan (iii) strategi untuk melembagakan pengetahuan yang diperoleh untuk sistem kesehatan dan ketahanan masyarakat.

  Target Audiens

Target utama dari acara ini adalah para pembuat kebijakan di tingkat nasional dan daerah, pelaksana kebijakan kesehatan, manajer dan praktisi sektor kesehatan yang bekerja sama dengan sektor swasta dan regulator. Kepala/direktur organisasi/asosiasi pelayanan kesehatan swasta, akademisi, peneliti dan mahasiswa di bidang pelayanan kesehatan, sistem dan kebijakan, serta organisasi global dan internasional/perwakilan mitra pembangunan juga dapat menemukan manfaat dari acara ini.

  Informasi Sertifikat

untuk mendapatkan sertifikat dapat dilakukan dengan mengikuti ujian pada laman Plataran Sehat Kemekes RI dan tidak dipungut biaya (GRATIS)

  Agenda Kegiatan 

Reportase kegiatan dapat diakses pada link berikut

reportase

WAKTU (WIB) AGENDA
08:00 – 08:30 Pembukaan
08:30 – 08:50 Pendaftaran

Pesan Selamat Datang

Pembicara: Profesor EK YEOH
Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer JC, The Chinese University of Hong Kong

Sambutan Pembukaan
Profesor Chung-mau LO, BBS, JP (tbc) Sekretaris Kesehatan, Biro Kesehatan, HKSAR

Foto Bersama

08:50 – 9:20

Presentasi Utama

Topik: Sistem Kesehatan dan Ketahanan Masyarakat di Hong Kong
Pembicara Dr Ronald LAM, JP (Direktur Kesehatan, Departemen Kesehatan, HKSAR)

9:20 – 9:50

Pleno Pagi 1

Topik: Kesiapsiagaan, Kesiapan, Tanggapan, dan Pemulihan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19

Pembicara: Profesor EK YEOH
Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer JC, The Chinese University of Hong Kong

9:50 – 10:05 Tea Break

10:05 – 11:30

Pleno Pagi 2 – Ketahanan Tingkat Sistem Kesehatan

Topik: Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Filipina

Pembicara: Profesor Teodoro HERBOSA (Sekretaris, Departemen Kesehatan, Filipina)

Topik: Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Singapura

(Presentasi Virtual)

Pembicara: Profesor Vernon LEE (Direktur Senior, Divisi Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Singapura, Singapura)

Topik: Ketahanan Sistem Kesehatan dalam Pandemi COVID-19 di Indonesia

Pembicara: dr. Endang SUMIWI (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Indonesia)

Diskusi Panel

11:30 – 12:45 Makan Siang & Presentasi Poster
12:45 – 14:10

Pleno Sore 3 – Ketahanan Tingkat Operasional

Topik: Kesiapan dan Ketanggapan Australia dalam Pandemi

Pembicara: Profesor Brett SUTTON (tbc)
Direktur Kesehatan dan Biosekuriti, Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran, Australia

Topik: Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Indonesia

Pembicara: Profesor Laksono TRISNANTORO
Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Topik: Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Tiongkok

Pembicara: Profesor Ying Yao CHEN (Wakil Dekan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Fudan, Tiongkok)

Topik: Ketahanan Operasional dalam Pandemi COVID-19 di Thailand

Pembicara: Profesor Siripen SUPAKANKUNTI
Profesor, Pusat Keunggulan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Ekonomi, Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand

Diskusi Panel

14:10 – 14:20 Tea Break
14:20 – 15:20

Pleno Sore 4 – Ketahanan Masyarakat

Topik: Membangun Masyarakat yang Tangguh untuk Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Filipina

Pembicara: Profesor Maria Elena B. HERRERA
Dosen Fakultas Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Filipina

Topik: Membangun Masyarakat yang Tangguh Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Shanghai, Tiongkok

Pembicara Profesor Fan WU (tbc)
Wakil Dekan, Sekolah Tinggi Kedokteran Shanghai, Universitas Fudan, Tiongkok

Topik: Membangun Masyarakat yang Tangguh untuk Menghadapi Pandemi di Masa Depan di Korea Selatan

Pembicara: Dr Yanghee KIM
Peneliti Senior, Institut Asuransi Kesehatan, Layanan Asuransi Kesehatan Nasional, Seoul, Korea

Diskusi Panel

15:20 – 15:30 Presentasi Penghargaan Poster & Penutupan

Agenda Pertemuan Tahunan Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening, Hongkong 2023

English Version

Asia Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS)

Kursus Kebijakan tentang Transformasi Sistem Kesehatan:
Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

KCTCRC, 1/F, Gedung Sekolah Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Prince of Wales, Shatin, Hong Kong
Selasa – kamis, 5-7 Desember 2023

Itinerary Hong kong

  Tentang Acara

Penuaan populasi global dikaitkan dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis dan penyakit tidak menular, sehingga meningkatkan permintaan akan perawatan kesehatan dan menciptakan tekanan pada keberlanjutan sistem kesehatan. Di Kawasan Asia Pasifik, penyakit tidak menular menyumbang lebih dari 50% kematian di setiap negara. Untuk mengatasi ancaman yang akan datang terhadap sistem kesehatan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan strategi layanan kesehatan yang berpusat pada manusia dan terintegrasi. Reorientasi model layanan kesehatan yang komprehensif, berfokus pada pencegahan dan dengan fondasi pada layanan primer dan komunitas. Koordinasi berbagai jenis dan tingkat pelayanan kesehatan untuk pelayanan terpadu yang terintegrasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan yang kompleks dari orang- orang dengan penyakit kronis dan untuk efisiensi dan pelayanan kesehatan yang efektif.

Di Kawasan Asia Pasifik, fragmentasi dalam pemberian layanan kesehatan terlihat jelas. Koordinasi layanan antara perawatan komunitas, perawatan tingkat primer, dan perawatan rumah sakit spesialis terbatas dan bermasalah. Sistem layanan kesehatan publik dan swasta secara efektif beroperasi dalam sistem paralel yang tersegmentasi yang mengorbankan efektivitas dan efisiensi sistem kesehatan. Berbagai negara telah menerapkan kebijakan untuk melibatkan sektor kesehatan swasta dalam transformasi sistem layanan kesehatan primer. Namun, tantangan yang signifikan telah menghambat kemajuan.

Menghadapi tantangan dan pertumbuhan sektor kesehatan swasta, ANHSS, dengan tujuan untuk mendukung transfer pengetahuan dan peningkatan kapasitas di kawasan Asia Pasifik, telah menyelenggarakan kursus kebijakan untuk para pembuat kebijakan, pelaksana, manajer dan praktisi sektor kesehatan, akademisi dan peneliti. Kursus ini pertama kali diprakarsai oleh Bank Dunia, dan telah dikembangkan dalam konteks tantangan di kawasan Asia Pasifik selama dekade terakhir.

Kursus ini akan memberikan gambaran umum tentang tantangan yang dihadapi dalam transformasi sistem kesehatan menuju sistem perawatan kesehatan terintegrasi yang dipimpin oleh layanan primer dalam sistem perawatan kesehatan yang dibiayai oleh pajak dan asuransi sosial. Kerangka kerja untuk sistem layanan kesehatan terintegrasi yang dipimpin oleh layanan primer dan mekanisme koordinasi dalam layanan primer (integrasi horizontal) antara layanan primer-komunitas dan layanan rumah sakit spesialis (integrasi vertikal) akan didiskusikan dengan masukan dari para peserta pelatihan dan diaplikasikan dalam konteks sistem kesehatan mereka. Instrumen tata kelola sistem kesehatan (kebijakan) pembiayaan, belanja strategis, kontrak, regulasi dan informasi akan diuraikan secara mendalam dalam sesi terpisah. Studi kasus mengenai pengalaman negara- negara dalam menerapkan 5 mekanisme integrasi akan dipresentasikan untuk pembelajaran. Sesi terakhir akan membahas faktor-faktor penting dalam implementasi, pendekatan dalam pemantauan dan evaluasi intervensi kebijakan.

  Tujuan

Peserta mendapatkan manfaat berupa

  • Memahami tantangan dan masalah yang dihadapi sistem kesehatan yang dibiayai oleh pajak dan asuransi sosial dalam transformasi menuju sistem kesehatan terpadu yang dipimpin oleh layanan kesehatan primer.
  • Kapasitas dalam menerapkan kerangka kerja dan mekanisme untuk integrasi horizontal, vertikal dan temporal dari sistem perawatan kesehatan dalam konteks lokal.
  • Menginformasikan keputusan dalam pemilihan instrumen tata kelola dalam merancang dan mengimplementasikan modalitas dan mekanisme integrasi.
  • Merumuskan strategi implementasi, pemantauan dan evaluasi untuk intervensi kebijakan.

  Informasi Sertifikat

Untuk mendapatkan sertifikat dapat dilakukan degan mengikuti ujian pada laman Plataran Sehat secara GRATIS

Contact Person:

Maria Lelyana /  +62 821 3411 6190
Email: [email protected]

 

  Agenda Kegiatan

{tab title=”Selasa, 5 Desember 2023″ class=”blue” align=”justify”} 

5 Desember 2023

WAKTU (WIB) AGENDA
08:00 – 08:30

Welcome Message by Chairman of ANHSS

Speaker: Professor Laksono TRISNANTORO
Professor of Health Policy and Management, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Conceptual Framework for Engagement of the Private Sector for Health Systems Goals and Integrated Care Systems

Pembicara: Profesor Eng-kiong Yeoh
Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, JC School of Public Health and Primary Care, Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong

materi

SESI PEMBUKAAN
08:30 – 10:15

Tantangan bagi Keterlibatan Keterlibatan Sektor Swasta untuk Layanan Kesehatan Terpadu yang digerakkan oleh Layanan Kesehatan Primer

Pembicara Utama: Dr. Libby Lee
Wakil Sekretaris Kesehatan, Biro Kesehatan, Daerah Administratif Khusus Hong Kong

materi

dr. Endang Sumiwi
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Indonesia

materi

Diskusi Panel

Professor Ying Yao CHEN
Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University, China

Professor Dr Sharifa Ezat WAN PUTEH
Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia

10:15 – 10:45 Tea Break dan Foto Bersama
10:45 – 11:15

Instrumen Kebijakan, Modalitas dan Mekanisme untuk Layanan Kesehatan Terpadu

Pembicara: Profesor Eng-kiong YEOH
Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, JC School of Public Health and Primary Care, Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong

materi

11:15 – 11:45

Peran Sektor Swasta di Kawasan Asia Pasifik

Pembicara: Profesor Siripen Supakankunti
Profesor, Pusat Keunggulan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Ekonomi, Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand

materi

11:45 – 13:00 Makan Siang
13:00 – 14:00

INSTRUMEN KEBIJAKAN I

Mekanisme Tata Kelola Sistem Kesehatan & Pembiayaan Publik-Swasta

  1. Isu 1: Tata Kelola Sistem Kesehatan
  2. Isu 2: Sumber Pendapatan untuk Kesehatan
  3. Isu 3: Pooling
  4. Isu 4: Mekanisme Belanja Kesehatan dan Pembayaran

Pembicara: Profesor Laksono Trisnantoro
Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

14:00 – 14:30 Tea Break
14:30 – 15:30

INSTRUMEN KEBIJAKAN II

Regulasi Sektor Kesehatan Swasta

  1. Isu 1: Perizinan untuk Penyedia Layanan Kesehatan
  2. Isu 2: Perizinan untuk Profesi Kesehatan
  3. Isu 3: Regulasi untuk Asuransi Kesehatan
  4. Isu 4: Peran Regulator

Pembicara Profesor Adi Utarini
Ketua Program Doktor, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

 

 {tab title=”Rabu, 6 Desember 2023″ class=”blue”} 

6 Desember 2023

WAKTU AGENDA
08:00 – 08:10

Ringkasan dari Diskusi Hari Pertama

Pembicara: Shita Dewi
Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

08:10 – 9:00

Private Health Sector Assessment

Pembicara: Shita Dewi
Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

  Organisasi, Modalitas dan Mekanisme Fungsional, Profesional & Klinis
9:00 – 10:00

External Quality Assurance and Accreditation

Professor Adi Utarini 
Head of Doctoral Program, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

Professor Chi-tim Hung
Professor of Practice in Health Services Management, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong

materi

10:00 – 10:30 Tea Break
10:30 – 12:00

Infrastructural Mechanism for Integrated Health Care – Global Experience

Speakers: Associate Professor Chantal Herberholz
Director, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

materi

Primary Care and Hospital PPPs in Thailand

Speakers: Professor Siripen Supakankunti
Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

materi

12:00 – 13:00 Makan siang
13:00 – 13:45

Purchasing for Integrated Health Care; Primary Care Package and Specialist and Hospital Care

Speaker: Professor Laksono Trisnantoro
Professor of Health Policy and Management, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

13:45 – 15:00

COUNTRY EXPERIENCES:
Purchasing and Organisation Mechanisms for Integrated Health Care

Speaker: Professor Ying Yao Chen
Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University, China

materi

Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Health Care

Speaker: Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh
Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia

materi

15:00 – 15:15 Tea Break
15:00 – 16:00

Information and Engagement, Social Franchising

Speaker: Professor Maria Elena B. Herrera
Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Philippines

materi

16:00 – 16:30

Group Discussion

 

{tab title=”kamis, 7 Desember 2023″ class=”blue”} 

7 Desember 2023

WAKTU AGENDA
08:00 – 08:30

Rangkuman dari Diskusi Hari Kedua

Pembicara: Shita Dewi
Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

08:30 – 10:00

Sistem Kontrak dalam Pelayanan Primer

Speaker: Profesor Laksono Trisnantoro
Guru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

Mubasysyir Hasanbasri
Dosen Senior dan Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

materi

Kontrak dalam Pelayanan Primer: Studi Kasus di Hong Kong

Pembicara: Dr. Fei-chau Pang
Komisaris untuk Layanan Kesehatan Primer, Kantor Layanan Kesehatan Primer, Biro Kesehatan, Daerah Administratif Khusus Hong Kong

10:00 – 10:30 Tea Break
10:30 – 12:00

Implementasi, Pemantauan, dan Evaluasi

Speaker: Profesor Eng-kiong Yeoh
Direktur, Pusat Penelitian Sistem dan Kebijakan Kesehatan, JC School of Public Health and Primary Care, Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong

materi

Profesor Maria Elena B. Herrera
Dosen Fakultas Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila, Filipina

materi

12:00 – 13:00 Makan siang
13:00 – 14:45

Diskusi Isu-isu Tantangan dalam Sistem Layanan Kesehatan Terpadu yang Dipimpin oleh Layanan Kesehatan Primer dan Keterlibatan Sektor Swasta dalam Konteks Negara

Diskusi dan Presentasi Kelompok

Moderator: Professor Sophia Siu-chee CHAN
Professor, School of Nursing, LKS Faculty of Medicine, The University of Hong Kong

14:45 – 15:00 Tea Break
15:00 – 16.00 Penutupan, Pemberian Sertifikat dan Penutupan

Terdapat opsi untuk melakukan kunjungan ke RS, klinik umum dan klinik spesiaslis pada hari Jumat 8 Desember (tanpa biaya tambahan). 

 

{/tabs}

 

 

RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.17 / 2023 tentang Kesehatan

 

Bab Judul Diskusi Pasal  Partisipasi Masyarakat
Bab I Ketentuan Umum link  
Bab II Upaya Kesehatan
Bab III Pengelolaan Tenaga Medis dan Kesehatan
Bab IV Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bab V Kefarmasian, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan
Bab VI Sistem Informasi Kesehatan  
Bab VII Penyelenggaraan Teknologi Kesehatan  
Bab VIII Penanggulangan Kejadian Luar Biasa dan Wabah  
Bab IX Pendanaan Kesehatan link
Bab X Partisipasi Masyarakat link  
Bab XI Pembinaan dan Pengawasan link  
Bab XII Ketentuan Peralihan link  
Bab XIII Ketentuan Penutup link  

draft

 {tab title=”WEBINAR TERLAKSANA” class=”blue”}   

{slider title=”  A. PASAL-PASAL UPAYA KESEHATAN” class=”blue solid icon” open=”false”}

Diskusi #15 Dampak Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan terhadap Pelayanan THT

BAB V. PASAL 71-73      1 September 2023

Narasumber dr. Agus Surono, M.Sc., Ph.D., Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.B.E.(K) dengan Penanggap: dr. Ashadi Prasetyo, M.Sc., Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.N.O.(K) dan dr. M. Arif Purnanta, M.Kes., Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.N.O.(K)

selengkapnya

 


Diskusi #14 Topik Potensi Pengembangan Intervensi Gizi Di Indonesia

BAB V. PASAL 64-69     31 Agustus 2023

Narasumber pada topik ini Dr. Susetyowati, DCN, M.Kes (Kepala Departemen Gizi & Kesehatan, FK-KMK UGM)

selengkapnya

 


Diskusi #10 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Kesehatan Keluarga

BAB V. PASAL 96      24 Agustus 2023

Narasumber dr. RA Arida Oetami, Mkes. (ketua dewan penelitian dan pengembangan DIY)

selengkapnya

 


Diskusi #9 Urusan Bencana Kesehatan dalam Undang-Undang Kesehatan No.17 Th 2023

BAB V. PASAL 109-113      21 Agustus 2023

Narasumber Madelina Ariani, MPH (Peneliti dari PKMK FK-KMK UGM)

selengkapnya

 


Diskusi #6 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Kesehatan Mata

BAB V. PASAL 71-73      11 Agustus 2023

Narasumber dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M(K)., M.Epi., PhD (Kepala Departemen Ophthalmology di FK-KMK UGM, Ahli Vitreoretina bedah dan medis)

selengkapnya

  


Diskusi #3 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan: Topik Kesehatan Jiwa

BAB V. PASAL 74-85      9 Agustus 2023

Pembicara Utama Diana Setyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, Direktur Centre for Public Mental Health, Fakultas Psikologi UGM.

selengkapnya

 

{slider title=”  B. PASAL-PASAL PENDUKUNG” class=”blue solid icon”}

B1. Pendanaan Kesehatan


Diskusi #8 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Pendanaan Kesehatan

BAB V. PASAL 401-412      16 Agustus 2023

Narasumber webinar ini ialah Dr. Apt., Diah Ayu Puspandari, M.Kes., MBA., AAK, akademisi dari FK-KMK UGM.

selengkapnya

 

B2. SDM Kesehatan


Diskusi #13 Topik Perkembangan Academic Health System (AHS)

  29 Agustus 2023

Narasumber dr. Haryo Bismantara, MPH. (Dosen Health Policy and Management dan Konsultan PKMK FK-KMK UGM)

selengkapnya

  


Diskusi #11 Undang-Undang Kesehatan dan Kontrak Perorangan antara Residen dengan RS

  25 Agustus 2023

Pembicara utama Letnan Kolonel Ckm dr. Khairan Irmansyah, Sp. THT-KL., M.Kes dan pembahas oleh dr. Andi Khomeini, Sp.PD

selengkapnya

 


Diskusi #2 Masukan untuk Perumusan Regulasi Turunan UU Kesehatan dalam Penyelenggara Pendidikan Dokter Spesialis: Pengalaman di Bedah Saraf

  3 Agustus 2023

Narasumber oleh dr. Handoyo Pramusinto, Sp.BS(K)

selengkapnya

 


Diskusi #1 Kebijakan Pendidikan terkait dengan Kolegium dan Konsil Kedokteran dan berbagai isu lainnya

BAB VII. PASAL 268-272      31 Juli 2023

Pengantar Diskusi oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD dan narasumber oleh Prof. DR. Dr. Hardyanto Subono SpDV&E (K)

selengkapnya

 


B3. Teknologi


Diskusi #5 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Industri Obat dan Alat Kesehatan

BAB IX. PASAL 322-333      11 Agustus 2023

Narasumber Prof. Apt. Dr. Zullies Ikawati dan Kepala Pusat Studi Farmasi dan Teknologi Kesehatan Dr. Hilda Ismail, M.Epid, Apt.

selengkapnya

 


Diskusi #4 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Sistem Informasi Kesehatan dan Teknologi Kesehatan

BAB X. PASAL 334-344      10 Agustus 2023

Pembicara Utama: Anis Fuad, S.Ked., DEA (Peneliti dan Kepala Divisi e-Health PKMK FK-KMK UGM)

selengkapnya

 


B4. Governance


Diskusi #12 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Tata Kelola Rumahsakit

  28 Agustus 2023

Narasumber Ni Luh Putu Eka Putri Andayani , S.KM., M.Kes (Konsultan PKMK FK-KMK UGM)

selengkapnya

 


Diskusi #7 Pembahasan Undang-Undang Kesehatan Topik Mutu Pelayanan Kesehatan

  15 Agustus 2023

Narasumber Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS., FISQua yang merupakan Kepala Divisi manajemen mutu dan dosen MMR di FK-KMK UGM.  

selengkapnya

 


 

B5. Penelitian

BELUM TERSEDIA

 

{slider title=”  C. ASPEK HUKUM” class=”blue solid icon”}

Webinar Analisis Usulan Daftar Perencanaan Program Penyusunan Judul dan Pokok Materi Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Berdasarkan Hasil Inventarisasi Pendelegasian UU NO. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

  14 Agustus 2023

Pembicara Utama: Dr. Rimawati, S.H., M.Hum (Dosen Fakultas Hukum UGM)

selengkapnya

 


 {/sliders}

 

{tab title=”WEBINAR AKAN DATANG” class=”red”}

A. Pasal-Pasal Terkait Upaya Kesehatan

  • Kesehatan Ibu
  • Kesehatan Anak

Penyakit Tidak Menular

  • Diabetes Mellitus
  • Kanker dan Bedah Kanker
  • Jantung
  • One Health
  • Pelayanan Gigi
  • Palliatif
  • Transfusi Darah

Penyakit Menular (Pusat Kedokteran Tropis):

  • AIDS
  • TB
  • Dengue
  • dll

B. Pasal-Pasal Pendukung

B1. Pembiayaan

  • RIBK
  • Filantropi
  • Sumber dana untuk Residen

B2. SDM Kesehatan

  • Taskhifting
  • SIP Lintas Propinsi dan Pendanaan untuk Pemerataan Pelayanan

B3. Teknologi

  • Telemedicine
  • Alat Kesehatan

B4. Governance

  • Koordinasi Sistem Kesehatan
  • Sistem Kesehatan Nasional dan Daerah
  • Sistem Rujukan Berbasis Kompetensi.

B5. Penelitian

BELUM TERSEDIA

C. Aspek Hukum

Pasal 310: Mediasi

 

 

 

 

 

{/tabs}