The Obesity Pandemic and Its Impact on Non-Communicable Disease Burden

obesitas

Penelitian ini menyoroti hubungan kausal yang kuat antara obesitas dan berbagai penyakit tidak menular (PTM), berdasarkan tinjauan literatur komprehensif. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari 70% klasifikasi PTM memiliki asosiasi yang terdokumentasi dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Beberapa PTM dengan bukti paling kuat mencakup penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, berbagai jenis kanker, gangguan muskuloskeletal, serta penyakit hati dan ginjal. Studi ini juga mengungkap bahwa obesitas berkontribusi signifikan terhadap timbulnya, progresi, hingga peningkatan keparahan penyakit-penyakit tersebut. Tinjauan patofisiologis menunjukkan peran sentral dari proses inflamasi jaringan adiposa kronis, disfungsi metabolik, dan gangguan hormonal dalam memperburuk risiko PTM. Secara khusus, kondisi seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan dislipidemia menjadi jalur utama yang menghubungkan obesitas dengan berbagai penyakit kronis. Temuan ini memperkuat urgensi untuk menjadikan pengendalian obesitas sebagai prioritas utama dalam kebijakan kesehatan masyarakat global. Upaya pencegahan obesitas diyakini akan memberi dampak besar dalam mengurangi beban PTM, menekan biaya pelayanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup populasi secara luas.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s00424-025-03066-8

 

The Major Risk Factor of Stroke Across Indonesia; A Nationwide Geospatial Analysis of Universal Health Coverage Program

Hypertension

Penelitian ini mengkaji distribusi geografis dan hubungan spasial antara stroke, hipertensi, dan diabetes mellitus (DM) di Indonesia, mengingat ketiganya merupakan beban kesehatan utama dengan angka kejadian, morbiditas, dan mortalitas yang terus meningkat. Stroke menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, sementara hipertensi dan DM dikenal sebagai faktor risikonya yang paling signifikan. Data diambil dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan antara 2017 hingga 2022, dengan menghitung angka kejadian kasar dan menggunakan analisis Moran global dan lokal untuk mengidentifikasi pola spasial. Hasil menunjukkan angka kejadian kasar sebesar 158,47 untuk stroke, 2.716,34 untuk hipertensi, dan 1.503,06 untuk DM per 100.000 penduduk. Ditemukan heterogenitas spasial yang signifikan, di mana beberapa provinsi secara konsisten menunjukkan risiko tinggi untuk ketiga penyakit tersebut. Analisis spatial autoregressive (SAR) mengungkap adanya hubungan spasial positif antara DM dan stroke, menunjukkan bahwa provinsi dengan tingkat DM tinggi juga cenderung memiliki beban stroke yang tinggi. Penelitian ini menegaskan peran krusial DM sebagai pendorong utama kejadian stroke di tingkat populasi. Temuan ini memberikan dasar ilmiah bagi intervensi kesehatan masyarakat yang lebih terarah, terutama di wilayah dengan insidensi tinggi, guna menekan angka stroke dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

 Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1186/s13690-025-01613-4

 

Determinants of Healthcare Utilization Under the Indonesian National Health Insurance System

Determinants of Healthcare Utilization Under the Indonesian National Health Insurance System

Indonesia telah melaksanakan serangkaian reformasi layanan kesehatan termasuk skema asuransi kesehatan nasional (JKN) untuk mencapai cakupan kesehatan universal. Namun, terdapat bukti pemanfaatan layanan kesehatan yang tidak merata di Indonesia, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa masyarakat miskin mungkin tidak memperoleh manfaat penuh dari subsidi pemerintah. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan di Indonesia. Metode Studi ini menganalisis data survei lintas sektor yang dikumpulkan oleh Studi “Ekuitas dan Pembiayaan Layanan Kesehatan di Indonesia” (ENHANCE).

Studi ini menunjukkan bahwa distribusi pemanfaatan layanan kesehatan di Indonesia sebagian besar merata karena faktor-faktor predisposisi (usia dan jenis kelamin) dan kebutuhan kesehatan ditemukan sangat mempengaruhi pemanfaatan berbagai jenis layanan kesehatan. Namun, faktor-faktor yang memungkinkan seperti status asuransi kesehatan juga ditemukan terkait.

sumber: https://link.springer.com/article/10.1186/s12913-024-11951-8 

 

 

The Obesity Pandemic and Its Impact on Non-Communicable Disease Burden

obesitas

Penelitian ini menyoroti hubungan kausal yang kuat antara obesitas dan berbagai penyakit tidak menular (PTM), berdasarkan tinjauan literatur komprehensif. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari 70% klasifikasi PTM memiliki asosiasi yang terdokumentasi dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Beberapa PTM dengan bukti paling kuat mencakup penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, berbagai jenis kanker, gangguan muskuloskeletal, serta penyakit hati dan ginjal. Studi ini juga mengungkap bahwa obesitas berkontribusi signifikan terhadap timbulnya, progresi, hingga peningkatan keparahan penyakit-penyakit tersebut. Tinjauan patofisiologis menunjukkan peran sentral dari proses inflamasi jaringan adiposa kronis, disfungsi metabolik, dan gangguan hormonal dalam memperburuk risiko PTM. Secara khusus, kondisi seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan dislipidemia menjadi jalur utama yang menghubungkan obesitas dengan berbagai penyakit kronis. Temuan ini memperkuat urgensi untuk menjadikan pengendalian obesitas sebagai prioritas utama dalam kebijakan kesehatan masyarakat global. Upaya pencegahan obesitas diyakini akan memberi dampak besar dalam mengurangi beban PTM, menekan biaya layanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup populasi secara luas.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s00424-025-03066-8

 

Factors Associated with Decision-Making Autonomy in Healthcare Utilization Among Married Women from the Indonesia Demographic Health Survey 2017

pernikahan

Sebuah studi lintas sektoral menganalisis otonomi perempuan menikah di Indonesia dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan, menggunakan data dari 16.050 responden SDKI 2017. Hasil studi ini menyebutkan bahwa mayoritas perempuan (46,4%) mandiri dalam keputusan kesehatan, sementara 44,7% memutuskan bersama suami, dan hanya sedikit yang sepenuhnya bergantung pada suami. Faktor-faktor yang meningkatkan otonomi meliputi kepemilikan telepon seluler, tinggal di perkotaan, serta lokasi di Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Partisipasi perempuan dalam keputusan pengeluaran penghasilan dan pembelian besar rumah tangga juga berkorelasi positif. Studi ini menemukan bahwa tidak adanya hambatan finansial dan kemampuan mengunjungi pusat medis secara mandiri turut mendukung otonomi tersebut. Sebaliknya, tinggal di pedesaan cenderung mengurangi otonomi perempuan. Intervensi kesehatan publik diperlukan untuk meningkatkan otonomi pengambilan keputusan bagi perempuan yang kurang berpartisipasi dalam keputusan finansial dan yang tinggal di daerah pedesaan. Studi ini dipublikasikan pada Nature Scientific Report pada 21 Maret 2025

Selengkapnya https://www.nature.com/articles/s41598-025-94057-3

 

Tuberculosis and Primary Health Care: Synergies and Opportunities Towards Universal Health Coverage: Policy Brief

WHO menerbitkan sebuah Policy Brief pada 2 Juli 2025 yang membahas sinergi antara respons TBC dan prinsip-prinsip Pelayanan Kesehatan Primer (primary health care/ PHC). Tujuannya untuk memajukan upaya penguatan PHC dan mengakhiri TBC sebagai ancaman kesehatan masyarakat secara bersamaan. Policy Brief ini ditujukan bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan, termasuk manajer kesehatan, pimpinan program PHC dan TBC, organisasi non-pemerintah, organisasi masyarakat sipil, komunitas yang terdampak, peneliti, donor, dan mitra teknis yang terlibat di berbagai tingkatan sistem kesehatan. Dokumen ini dirancang untuk membantu pihak-pihak tersebut mempertimbangkan dan mengeksplorasi sinergi antara pendekatan PHC dan respons TBC. Ini berupaya memaksimalkan peluang strategis di seluruh pengungkit sistem kesehatan untuk secara kolaboratif memajukan upaya penguatan PHC dan mengakhiri TBC. Lebih lanjut, brief ini menggarisbawahi peran aksi multi-sektoral dan komunitas yang diberdayakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Selengkapnya https://www.who.int/publications/i/item/9789240111295

 

The Obesity Pandemic and Its Impact on Non-Communicable Disease Burden

obesitas

Penelitian ini menyoroti hubungan kausal yang kuat antara obesitas dan berbagai penyakit tidak menular (PTM), berdasarkan tinjauan literatur komprehensif. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari 70% klasifikasi PTM memiliki asosiasi yang terdokumentasi dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Beberapa PTM dengan bukti paling kuat mencakup penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, berbagai jenis kanker, gangguan muskuloskeletal, serta penyakit hati dan ginjal. Studi ini juga mengungkap bahwa obesitas berkontribusi signifikan terhadap timbulnya, progresi, hingga peningkatan keparahan penyakit-penyakit tersebut. Tinjauan patofisiologis menunjukkan peran sentral dari proses inflamasi jaringan adiposa kronis, disfungsi metabolik, dan gangguan hormonal dalam memperburuk risiko PTM. Secara khusus, kondisi seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan dislipidemia menjadi jalur utama yang menghubungkan obesitas dengan berbagai penyakit kronis.

Temuan ini memperkuat urgensi untuk menjadikan pengendalian obesitas sebagai prioritas utama dalam kebijakan kesehatan masyarakat global. Upaya pencegahan obesitas diyakini akan memberi dampak besar dalam mengurangi beban PTM, menekan biaya layanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup populasi secara luas.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s00424-025-03066-8

 

Impact of Indonesian Subnational Smoke-Free Policies on Cardiovascular Health Outcomes: Evidence from National Health Insurance (2019-2021)

A man casually smoking a cigarette while relaxing outdoors on a wooden deck.

Penelitian ini mengevaluasi dampak kebijakan kawasan tanpa rokok (smoke-free policies/SFPs) di tingkat provinsi dan kabupaten terhadap beban penyakit kardiovaskular (CVD) di Indonesia. Menggunakan data klaim asuransi kesehatan nasional dari 244.602 orang dewasa (2019–2021), analisis dilakukan dengan regresi Poisson multilevel untuk mengukur risiko morbiditas dan mortalitas CVD. Hasil menunjukkan bahwa provinsi dengan SFP kuat memiliki risiko kematian dan morbiditas CVD yang lebih rendah dibandingkan wilayah tanpa SFP. Kabupaten dengan SFP sedang juga menunjukkan penurunan risiko kematian akibat CVD, meskipun tidak signifikan untuk morbiditas. Temuan ini menegaskan bahwa kebijakan SFP di tingkat subnasional berkontribusi pada penurunan beban CVD. Namun, variasi efektivitas di tingkat kabupaten menunjukkan tantangan dalam pelaksanaan dan penegakan kebijakan. Studi ini menyoroti potensi besar strategi pengendalian tembakau lokal dalam sistem kesehatan yang terdesentralisasi.

Selengkapnya https://tobaccocontrol.bmj.com/content/early/2025/06/12/tc-2024-059178.abstract

 

Factors Associated with Healthy Behavior for Preventing Non-Communicable Diseases

a pair of shoes standing in front of a walk sign

Penelitian ini melakukan scoping review untuk memetakan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku sehat dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) pada mahasiswa di negara-negara ASEAN. Latar belakangnya adalah meningkatnya beban PTM, yang terkait dengan gaya hidup tidak sehat seperti pola makan buruk, rendahnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan tidur yang tidak cukup. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa faktor internal—seperti kebiasaan makan, kualitas tidur, dan kesejahteraan mental—mempengaruhi perilaku sehat. Selain itu, faktor eksternal seperti pengetahuan mahasiswa, persepsi kesehatan, dan implementasi Healthy University Framework (HUF) juga berperan signifikan. Beberapa penelitian menyoroti korelasi antara perilaku sehat dengan kondisi psikologis mahasiswa dan risiko penyakit kardiovaskular .

Kesimpulannya, baik faktor internal maupun eksternal ini perlu menjadi fokus intervensi untuk mendorong perilaku sehat mahasiswa. Implementasi kerangka HUF secara menyeluruh di lingkungan kampus dianggap penting untuk mencegah dan menangani PTM di kalangan generasi muda ASEAN .

Selengkapnya https://www.tandfonline.com/doi/full/10.2147/JMDH.S504338

 

Source of HIV Information and Women’s HIV Knowledge in Southwest Sumba Indonesia

a red ribbon on a white background

Sebuah studi menyelidiki pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, Indonesia. Studi ini menyoroti rendahnya tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, meskipun telah ada upaya edukasi pemerintah selama bertahun-tahun. Dengan menggunakan pendekatan survei potong lintang terhadap 159 perempuan menikah berusia 15–49 tahun, studi ini menemukan bahwa sekitar 65% responden hanya mampu menjawab dengan benar setengah atau kurang dari total pertanyaan terkait HIV. Jawaban yang salah umumnya berkaitan dengan penularan HIV dari ibu ke anak serta berbagai miskonsepsi umum tentang virus ini. Semakin banyak sumber informasi yang diterima, semakin tinggi tingkat pengetahuan mereka. Sumber informasi utama mencakup tenaga kesehatan, media, sekolah, dan anggota jaringan sosial. Analisis model persamaan struktural menunjukkan bahwa tenaga kesehatan, media, dan jaringan sosial memberikan dampak langsung yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan HIV. Selain itu, status sosial ekonomi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengetahuan HIV, dimediasi oleh akses terhadap media dan tenaga kesehatan. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan edukasi multi-sumber dalam meningkatkan literasi HIV di wilayah terpencil. Edukasi HIV yang lebih luas dan intensif melalui media dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan lokal sangat direkomendasikan. Upaya ini krusial untuk mencegah penularan HIV diantara perempuan di pulau-pulau kecil Indonesia.

Selengkapnya  https://link.springer.com/article/10.1186/s12889-024-21232-y