Tuberculosis and Primary Health Care: Synergies and Opportunities Towards Universal Health Coverage: Policy Brief

WHO menerbitkan sebuah Policy Brief pada 2 Juli 2025 yang membahas sinergi antara respons TBC dan prinsip-prinsip Pelayanan Kesehatan Primer (primary health care/ PHC). Tujuannya untuk memajukan upaya penguatan PHC dan mengakhiri TBC sebagai ancaman kesehatan masyarakat secara bersamaan. Policy Brief ini ditujukan bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan, termasuk manajer kesehatan, pimpinan program PHC dan TBC, organisasi non-pemerintah, organisasi masyarakat sipil, komunitas yang terdampak, peneliti, donor, dan mitra teknis yang terlibat di berbagai tingkatan sistem kesehatan. Dokumen ini dirancang untuk membantu pihak-pihak tersebut mempertimbangkan dan mengeksplorasi sinergi antara pendekatan PHC dan respons TBC. Ini berupaya memaksimalkan peluang strategis di seluruh pengungkit sistem kesehatan untuk secara kolaboratif memajukan upaya penguatan PHC dan mengakhiri TBC. Lebih lanjut, brief ini menggarisbawahi peran aksi multi-sektoral dan komunitas yang diberdayakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Selengkapnya https://www.who.int/publications/i/item/9789240111295

 

The Obesity Pandemic and Its Impact on Non-Communicable Disease Burden

obesitas

Penelitian ini menyoroti hubungan kausal yang kuat antara obesitas dan berbagai penyakit tidak menular (PTM), berdasarkan tinjauan literatur komprehensif. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari 70% klasifikasi PTM memiliki asosiasi yang terdokumentasi dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Beberapa PTM dengan bukti paling kuat mencakup penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, berbagai jenis kanker, gangguan muskuloskeletal, serta penyakit hati dan ginjal. Studi ini juga mengungkap bahwa obesitas berkontribusi signifikan terhadap timbulnya, progresi, hingga peningkatan keparahan penyakit-penyakit tersebut. Tinjauan patofisiologis menunjukkan peran sentral dari proses inflamasi jaringan adiposa kronis, disfungsi metabolik, dan gangguan hormonal dalam memperburuk risiko PTM. Secara khusus, kondisi seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan dislipidemia menjadi jalur utama yang menghubungkan obesitas dengan berbagai penyakit kronis.

Temuan ini memperkuat urgensi untuk menjadikan pengendalian obesitas sebagai prioritas utama dalam kebijakan kesehatan masyarakat global. Upaya pencegahan obesitas diyakini akan memberi dampak besar dalam mengurangi beban PTM, menekan biaya layanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup populasi secara luas.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s00424-025-03066-8

 

Impact of Indonesian Subnational Smoke-Free Policies on Cardiovascular Health Outcomes: Evidence from National Health Insurance (2019-2021)

A man casually smoking a cigarette while relaxing outdoors on a wooden deck.

Penelitian ini mengevaluasi dampak kebijakan kawasan tanpa rokok (smoke-free policies/SFPs) di tingkat provinsi dan kabupaten terhadap beban penyakit kardiovaskular (CVD) di Indonesia. Menggunakan data klaim asuransi kesehatan nasional dari 244.602 orang dewasa (2019–2021), analisis dilakukan dengan regresi Poisson multilevel untuk mengukur risiko morbiditas dan mortalitas CVD. Hasil menunjukkan bahwa provinsi dengan SFP kuat memiliki risiko kematian dan morbiditas CVD yang lebih rendah dibandingkan wilayah tanpa SFP. Kabupaten dengan SFP sedang juga menunjukkan penurunan risiko kematian akibat CVD, meskipun tidak signifikan untuk morbiditas. Temuan ini menegaskan bahwa kebijakan SFP di tingkat subnasional berkontribusi pada penurunan beban CVD. Namun, variasi efektivitas di tingkat kabupaten menunjukkan tantangan dalam pelaksanaan dan penegakan kebijakan. Studi ini menyoroti potensi besar strategi pengendalian tembakau lokal dalam sistem kesehatan yang terdesentralisasi.

Selengkapnya https://tobaccocontrol.bmj.com/content/early/2025/06/12/tc-2024-059178.abstract

 

Factors Associated with Healthy Behavior for Preventing Non-Communicable Diseases

a pair of shoes standing in front of a walk sign

Penelitian ini melakukan scoping review untuk memetakan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku sehat dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) pada mahasiswa di negara-negara ASEAN. Latar belakangnya adalah meningkatnya beban PTM, yang terkait dengan gaya hidup tidak sehat seperti pola makan buruk, rendahnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan tidur yang tidak cukup. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa faktor internal—seperti kebiasaan makan, kualitas tidur, dan kesejahteraan mental—mempengaruhi perilaku sehat. Selain itu, faktor eksternal seperti pengetahuan mahasiswa, persepsi kesehatan, dan implementasi Healthy University Framework (HUF) juga berperan signifikan. Beberapa penelitian menyoroti korelasi antara perilaku sehat dengan kondisi psikologis mahasiswa dan risiko penyakit kardiovaskular .

Kesimpulannya, baik faktor internal maupun eksternal ini perlu menjadi fokus intervensi untuk mendorong perilaku sehat mahasiswa. Implementasi kerangka HUF secara menyeluruh di lingkungan kampus dianggap penting untuk mencegah dan menangani PTM di kalangan generasi muda ASEAN .

Selengkapnya https://www.tandfonline.com/doi/full/10.2147/JMDH.S504338

 

Source of HIV Information and Women’s HIV Knowledge in Southwest Sumba Indonesia

a red ribbon on a white background

Sebuah studi menyelidiki pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, Indonesia. Studi ini menyoroti rendahnya tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, meskipun telah ada upaya edukasi pemerintah selama bertahun-tahun. Dengan menggunakan pendekatan survei potong lintang terhadap 159 perempuan menikah berusia 15–49 tahun, studi ini menemukan bahwa sekitar 65% responden hanya mampu menjawab dengan benar setengah atau kurang dari total pertanyaan terkait HIV. Jawaban yang salah umumnya berkaitan dengan penularan HIV dari ibu ke anak serta berbagai miskonsepsi umum tentang virus ini. Semakin banyak sumber informasi yang diterima, semakin tinggi tingkat pengetahuan mereka. Sumber informasi utama mencakup tenaga kesehatan, media, sekolah, dan anggota jaringan sosial. Analisis model persamaan struktural menunjukkan bahwa tenaga kesehatan, media, dan jaringan sosial memberikan dampak langsung yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan HIV. Selain itu, status sosial ekonomi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengetahuan HIV, dimediasi oleh akses terhadap media dan tenaga kesehatan. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan edukasi multi-sumber dalam meningkatkan literasi HIV di wilayah terpencil. Edukasi HIV yang lebih luas dan intensif melalui media dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan lokal sangat direkomendasikan. Upaya ini krusial untuk mencegah penularan HIV diantara perempuan di pulau-pulau kecil Indonesia.

Selengkapnya  https://link.springer.com/article/10.1186/s12889-024-21232-y

 

Emerging Evidence to Reduce the Burden of Tuberculosis in Children and Young People

Emerging Evidence to Reduce the Burden of Tuberculosis in Children and Young People

Publikasi ini menyajikan temuan mutakhir dari tinjauan komprehensif yang menyoroti kemajuan penting dalam penurunan beban TBC pada anak. Salah satu highlight-nya adalah kemajuan dalam metode diagnosis, dimana sekarang lebih sensitif dan bisa memprediksi siapa saja anak yang berisiko tinggi terkena TBC aktif. Di sisi pengobatan, sudah ada regimen baru yang lebih singkat dan aman, termasuk penggunaan rifampisin dosis tinggi dan kombinasi obat seperti rifapentine dan fluoroquinolone. Untuk anak-anak dengan TBC resisten obat pun, pilihan terapinya makin menjanjikan. Upaya pencegahan juga terus diperkuat, mulai dari pengobatan infeksi laten sampai pengembangan vaksin yang sedang diuji. WHO juga telah memperbarui panduan globalnya agar tenaga kesehatan bisa lebih mudah menerapkan kebijakan di lapangan. Meski begitu, masih ada tantangan besar, terutama di negara dengan sumber daya terbatas, dimana masih banyak anak yang belum terdiagnosis sejak awal. Karena itu, penting banget punya sistem kesehatan yang lebih terintegrasi dan data yang jelas per kelompok usia. Artikel ini memberi insight tentang bagaimana pendekatan yang lebih akurat dan modern bisa membuat penanganan TBC anak jauh lebih efektif yang diperlukan sebagai  referensi bagi tenaga medis, pengambil kebijakan, dan siapa pun yang peduli soal kesehatan anak.

Selengkapnya  https://link.springer.com/article/10.1007/s11136-025-03925-y

 

WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, 2025: Warning About the Dangers of Tobacco

Close-up of a hand holding a lit cigarette indoors with smoke rising in a dimly lit room.

WHO meluncurkan WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2025 (ISBN 9789240112063), menyoroti strategi “W” dari MPOWER: Warn about the dangers of tobacco. Fokus utama laporan ini adalah peningkatan peringatan kesehatan—terutama gambar besar di bungkus rokok—yang kini diadopsi oleh 110 negara dan melindungi lebih dari 5 miliar orang. Secara global, 6,1 miliar orang kini terlindungi oleh setidaknya satu kebijakan MPOWER di tingkat praktik terbaik, kenaikan signifikan sejak 2007. Empat negara telah menerapkan paket MPOWER lengkap, sementara tujuh lainnya hampir mencapainya. Namun masih ada 40 negara yang belum mengadopsi satupun kebijakan terbaik, mengekspos hampir 2 miliar orang terhadap risiko tembakau. Laporan ini juga mencatat tren menurunnya prevalensi merokok: dari 22,3 % pada 2007 menjadi 16,4 % pada 2023, meski jumlah perokok hampir tetap karena pertumbuhan populasi. Diperkirakan ada sekitar 300 juta orang kurang merokok saat ini dibanding jika tren 2007 berlanjut. Laporan juga memperingatkan merebaknya produk baru seperti HTPs, ENDS, dan kantong nikotin yang perlu regulasi ketat karena risiko bagi remaja. Secara keseluruhan, publikasi ini memberikan insight tajam dan strategi efektif untuk memaksimalkan peringatan kesehatan dan kebijakan pengendalian tembakau.

Selengkapnya https://www.who.int/publications/i/item/9789240112063

 

Source of HIV Information and Women’s HIV Knowledge in Southwest Sumba Indonesia

Source of HIV Information and Women’s HIV Knowledge in Southwest Sumba Indonesia

Sebuah studi menyelidiki pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, Indonesia. Studi ini menyoroti rendahnya tingkat pengetahuan komprehensif tentang HIV di kalangan perempuan usia reproduktif di Sumba Barat Daya, meskipun telah ada upaya edukasi pemerintah selama bertahun-tahun. Dengan menggunakan pendekatan survei potong lintang terhadap 159 perempuan menikah berusia 15–49 tahun, studi ini menemukan bahwa sekitar 65% responden hanya mampu menjawab dengan benar setengah atau kurang dari total pertanyaan terkait HIV. Jawaban yang salah umumnya berkaitan dengan penularan HIV dari ibu ke anak serta berbagai miskonsepsi umum tentang virus ini. Semakin banyak sumber informasi yang diterima, semakin tinggi tingkat pengetahuan mereka. Sumber informasi utama mencakup tenaga kesehatan, media, sekolah, dan anggota jaringan sosial. Analisis model persamaan struktural menunjukkan bahwa tenaga kesehatan, media, dan jaringan sosial memberikan dampak langsung yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan HIV. Selain itu, status sosial ekonomi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengetahuan HIV, dimediasi oleh akses terhadap media dan tenaga kesehatan. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan edukasi multi-sumber dalam meningkatkan literasi HIV di wilayah terpencil. Edukasi HIV yang lebih luas dan intensif melalui media dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan lokal sangat direkomendasikan. Upaya ini krusial untuk mencegah penularan HIV diantara perempuan di pulau-pulau kecil Indonesia.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1186/s12889-024-21232-y

 

Association Between Financial Toxicity, Health-related Quality of Life, and Well-being in Indonesian Patients with Breast Cancer

Association Between Financial Toxicity, Health-related Quality of Life, and Well-being in Indonesian Patients with Breast Cancer

Studi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi distress psikologis pada penderita Diabetes Mellitus (DM) usia paruh baya di Indonesia. Data diambil dari survei kesehatan nasional Riskesdas 2018 dengan total responden lebih dari 1 juta orang, dan dianalisis khusus pada kelompok usia 45–60 tahun yang menderita DM. Prevalensi distress psikologis pada kelompok ini ditemukan sebesar 18,3%. Mayoritas partisipan adalah perempuan, berpendidikan rendah, bekerja, menikah, dan tinggal di perkotaan. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat sembilan faktor yang berhubungan signifikan dengan distress psikologis, termasuk jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, lokasi tempat tinggal, indeks massa tubuh, komorbiditas, regimen DM, dan kebiasaan merokok. Hasil ini menegaskan pentingnya skrining kesehatan mental sejak diagnosis DM dan secara berkala setiap tahun. Pemerintah dan pembuat kebijakan diharapkan dapat mengintegrasikan rujukan cepat, intervensi dini, serta edukasi kesehatan mental yang ditargetkan pada populasi berisiko tinggi. Upaya ini bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan distress psikologis pada penderita DM usia paruh baya.

Selengkapnya https://link.springer.com/article/10.1007/s11136-025-03925-y

 

Low Attainment of Treatment Targets for Cardiovascular Risk Factors in Indonesia Adults with Established Coronary Artery Disease

Low Attainment of Treatment Targets for Cardiovascular Risk Factors in Indonesia Adults with Established Coronary Artery Disease

Penelitian ini mengevaluasi pencapaian target pengendalian faktor risiko pada pasien penyakit arteri koroner (CAD) berdasarkan pedoman pencegahan penyakit kardiovaskular di Indonesia. Sebanyak 395 pasien CAD direkrut di Pusat Jantung Makassar, dengan median usia 57 tahun dan mayoritas laki-laki. Hasil menunjukkan hanya 1,8% pasien yang mencapai seluruh target pengobatan faktor risiko. Tingkat pencapaian terendah terdapat pada kadar LDL-C (5,1%), diikuti oleh BMI (59,7%), tekanan darah sistolik (62,8%), penggunaan antitrombotik (76,7%), dan status tidak merokok (94,4%). Pasien berusia di atas 50 tahun dan perempuan memiliki kemungkinan lebih rendah mencapai target tekanan darah sistolik. Secara keseluruhan, pencapaian target tetap rendah di berbagai kelompok demografi. Temuan ini menyoroti perlunya manajemen yang lebih efektif, terutama dalam pengendalian LDL-C, untuk mengurangi beban penyakit kardiovaskular di negara berpenghasilan menengah ke bawah seperti Indonesia. Studi dipublikasikan dari Journal of Evaluation in Clinical Practice Vol 31 yang terbit pada 13 Januari 2025.

Selengkapnya https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jep.14311