Kenaikan BBM Tak Pengaruhi Permintaan Obat
Jakarta, PKMK. Kenaikan harga BBM subsidi yang mungkin sebentar lagi akan terjadi, tidak akan berpengaruh kepada tingkat konsumsi obat secara nasional. Walau harga obat naik, permintaan dari pasien tidak akan turun. Khususnya untuk obat resep yang harus dikonsumsi rutin oleh konsumen. Kemungkinan yang berubah hanya pola konsumsi. "Kalaupun ada penurunan permintaan, paling-paling hanya sebentar. Lalu kembali normal," ujar Djoko Rusdianto, Corporate Secretary PT Kimia Farma, di Jakarta (29/5/2013). Bagaimana contoh perubahan pola konsumsi itu? Kata Djoko, pembelian obat dengan copy resep akan bertambah. Tablet yang harus dikonsumsi 12 buah dalam sebulan, dibeli di apotek enam buah dulu; dan sisanya ditebus belakangan. "Walau ada pola konsumsi yang berubah, total permintaan secara kumulatif tidak akan turun. Obat adalah produk yang tidak ada subsitusinya," kata Djoko.
Tingkat permintaan obat generik yang banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah pun, diperkirakan tidak terpengaruh oleh efek kenaikan harga BBM subsidi. Seandainya harga BBM subsidi jadi naik, Kimia Farma akan mengusulkan kenaikan harga obat generik ke Pemerintah Indonesia selaku regulator harga. Materi yang disampaikan ke Pemerintah Indonesia adalah persentase ideal kenaikan harga serta sejumlah data dan angka yang terkait. "Sementara, untuk obat non generik, naik atau tidaknya harga bisa kami tentukan sendiri. Hal ini bisa pula dilakukan oleh produsen lain," Djoko mengatakan.
Harga BBM subsidi merupakan variabel yang signifikan bagi total biaya produksi obat. Kenaikan harga BBM subsidi menimbulkan efek berlipat berupa kenaikan biaya transportasi, bahan baku, dan lain-lain sejenis. Secara tidak langsung, kenaikan harga BBM subsidi berpengaruh kepada variabel harga pokok obat; tatkala harga BBM itu naik, tarif listrik pun naik. "Sementara, pabrik Kimia Farma pun mengandalkan daya listrik. Pabrik yang menggunakan pembangkit listrik sendiri, mengonsumsi BBM," kata dia. Jadi, industri farmasi nasional pasti akan menaikkan harga jual obat bila harga BBM subsidi dinaikkan. Persentase kenaikan harga obat ditentukan oleh tingkat dampak kenaikan harga BBM subsidi.