Modul 2B2. Menyusun Rancangan Riset

 

 Deskripsi

Setelah menetapkan fokus dan pertanyaan riset, langkah penting berikutnya adalah menyusun rancangan atau desain riset. Rancangan riset yang mendefinisikan dengan jelas dasar, latar belakang dan tujuan riset akan menentukan keberhasilan sebuah riset. Seberapa baik riset dirancang, akan secara signifikan mempengaruhi pelaksanan riset. Proses penyusunan rancangan riset seharusnya dilakukan seawal mungkin dalam proses pengembangan gagasan dan topik riset. Fokus dan pertanyaan riset perlu "diterjemahkan" dalam langkah-langkah operasional sebagai sebuah "projek" riset agar menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan. Bahasan dalam modul 2B.2 diharapkan dapat memperkaya wawasan peserta bahwasannya konteks riset sistem dan kebijakan kesehatan sangat luas dan dapat diteliti dengan berbagai rancangan riset untuk meningkatkan manfaat hasil riset.

 

  Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran modul 2B.2 tentang desain riset adalah :

  1. Peserta dapat menjelaskan dasar-dasar dilakukannya riset dan cara merancang atau menetapkan desain riset itu sendiri.
  2. Melengkapi penulisan proposal riset dengan rancangan atau desain sesuai dengan tujuan riset serta menetapkan berbagai strategi pengumpulan dan analisis data

Mengingat pelatihan ini berfokus pada kebijakan medik, maka penetapan desain yang tepat sesuai dengan tujuan risetriset ditujukan untuk meningkatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pemangku kepentingan yang berkaitan dengan topik kebijakan medik tersebut, baik berupa rekomendasi atas sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan atau penyiapan untuk lahirnya sebuah kebijakan baru.

 

 Isi Modul

Mendesain riset merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan peneliti untuk menyusun sebuah riset. Dalam suatu sumber disebutkan bahwa mendesain riset atau membuat rancangan riset adalah menyusun rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar sebuah riset dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan. Namun demikian, merancang riset tidak hanya soal cara pengumpulan data, melainkan serangkaian langkah mulai dari penentuan tujuan riset sebagai pengarah bagi peneliti untuk membuat strategi pengumpulan dan analisis data. Selain penentuan tujuan, yang termasuk dalam lingkup rancangan riset adalah penetapan jenis riset, populasi, sampel, sampling, instrumen riset, cara pengumpulan dan pengolahan data, teknik analisis, serta cara pengambilan kesimpulan.

Kerangka rancangan riset

  1. Penetapan tujuan sebagai dasar dalam menentukan desain riset.
  2. Pertanyaan-pertanyaan tertentu yang harus dijawab
  3. Strategi pengumpulan dan analisis data
  4. Strategi sampling
  5. Teori yang digunakan dalam riset

Tujuan dalam rancangan Riset

Tujuan riset akan menentukan strategi yang akan dirancang, meliputi pengumpulan data baru dan analisis data yang tersedia. Namun demikian, tujuan riset tergantung pada paradigma pengetahuan yang digunakan oleh peneliti. Sebagaimana telah dipelajari dalam modul sebelumnya, yang dimaksud dengan paradigma adalah sudut pandang peneliti terhadap riset yang akan dilakukan. Paradigma riset tersebut terdiri dari paradigm positivist dan relativist atau pula paradigm yang berada di antaranya, yaitu Critical Realism Berdasarkan tujuannya, rancangan riset kemudian dibedakan menjadi riset yang bersifat eksploratif, deskriptif, analitik dan eksperimental, untuk setiap paradigma riset.

Paradigma Positivist:

Berdasarkan paradigma positivist, tujuan riset dibedakan dalam kelompok eksplanatori, deskriptif, dan eksploratori.

Dalam kelompok eksplanatori, tujuan riset adalah untuk memberikan eksplanasi atau penjelasan tajam tentang sebuah isu kebijakan medik yang diteliti. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dengan eksperimen dan kuasi-eksperimen, misalnya untuk riset pre-post (sebelum dan sesudah). Analisis yang digunakan pada umumnya adalah dengan menggunakan model simple dan multiple-variable.

Sementara, dalam kelompok deskriptif, dengan tujuan riset untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah isu dan permasalahan kebijakan medik, maka pengumpulan data umumnya dilakukan dengan survei. Penyelenggaraan survei yang dimaksud adalah dengan menyebarkan kuesioner, melakukan wawancara, dan melakukan observasi langsung. Survei yang dilakukan berulang juga diperbolehkan dalam kelompok deskriptif ini untuk analisis kecenderungan (trend analysis) dalam periode waktu tertentu. Sedangkan, analisis data dapat dilakukan dengan cara analisis data sekunder (seperti data sensus dan catatan data yang telah terekam). Selain itu, analisis juga bisa dilakukan dengan analisis pendekatan kuantitatif dari berbagai sumber.

Kelompok eksploratori, sesuai dengan tujuannya untuk menggali informasi maka pada umumnya dalam bentuk survei atau pilot research.

Paradigma Relativist

Pada paradigm relativist, tujuan riset juga dapat terdiri dari riset ekplanatoris, deskriptif, dan eksploratoris.

Dalam kelompok tujuan riset ekspalanatori, pengumpulan data baru dilakukan dengan desain riset kasus dan dengan pendekatan teori Grounded (untuk membentuk atau membangun teori baru).

Rancangan riset kasus yang dimaksud dapat merupakan pendekatan longitudinal. Pendekatan longitudinal adalah riset yang dilakukan pada periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang ditentukan secara berurutan Sedangkan analisis terhadap data yang telah tersedia dapat dilakukan dengan melakukan analisis isi (content analysis) secara kualitatif, misalnya dengan analisis diskursus yang berkembang (discourse analysis) dan analisis terhadap fakta sejarah (historical analysis). (Penjelasan tentang desain riset kasus akan didapatkan lebih terinci pada modul tersendiri)

Berikutnya, untuk mencapai tujuan riset deskriptif, pengumpulan data dapat dilakukan pula dengan riset kasus atau desain etnografi dengan fokus terhadap observasi secara langsung atau tidak langsung secara tidak terstruktur. Sebagai contoh, adalah narrative inquiry dan critical ethnography.

Secara selintas, Etnografi dapat dijelaskan sebagai bentuk kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, tradisi atau kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985). Penjelasan lebih lanjut tetang etnografi akan diperoleh pada modul berikutnya.

Adapun untuk riset yang bersifat eksporatif pada paradigma relativist, tujuan riset dapat dicapai metoda pengumpulan data yang disesuaikan dengan desain lapangan (field design) atau desain etnografi dengan penekanan pada narasumber, sebagai contoh auto-etnografi, autobiografi, sejarah hidup seseorang. Artinya, narasumber dijadikan sebagai sumber ekplorasi dari kajian yang tengah diteliti. Pengumpulan data untuk membuat riset eksplorasi juga dapat dilakukan dengan riset kasus (sehingga menghasilkan kategorisasi dari berbagai data kajian yang baru ditemukan) dan riset dengan pendekatan kualitatif, antara lain melalui wawancara.

Strategi Riset

Strategi riset terbagi dalam dua kelompok utama berdasarkan karakteristik yang membedakan keduanya, yaitu : desain yang "tetap atau konstan" (fix) dan desain yang fleksibel (flexible) Desain yang konstan (fix design) dibangun sebelum data dikumpulkan dan berkembang selama riset dilakukan (Robson, 2002). Data yang dikumpulkan biasanya berupa angka sehingga pengolahannya menggunakan pendekatan kuantitatif. Sementara, yang dimaksud karakteristik fleksibel dalam metode riset adalah desain riset yang lebih "bebas, tidak kaku, dapat berubah", dan dapat mulai disusun pada saat data dikumpulkan, tergantung pada data yang berhasil dikumpulkan. Biasanya data bukan berupa angka sehingga proses analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Namun pada strategi fleksibel pun, data kuantitatif juga dapat digunakan sehingga riset berkembang menjadi riset multi-method.

Berdasarkan tipe desain riset yang menyeluruh, fix dan flexible design sama-sama dapat menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Pada fix design, pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan eksperimen yang secara umum lebih mengarah pada quasi eksperimental dan bukan eksperimen penuh. Bentuk pertanyaan riset pada kedua strategi inipun berbeda. Pada fix design, bentuk pertanyaan riset misalnya adalah : apa dampak dari sebuah kebijakan, serta mengapa dan bagaimana kebijakan dapat berdanpak, dengan sebuah catatan bahwa peneliti memiliki "kontrol" terhadap kejadian atau pelaksanaan kebijakan tersebut serta memiliki pengetahuan dan data "riil" dengan keterlibatan dalam mekanisme yang berlangsung, sehingga gambaran " Apa" yang ingin diketahui pun menjadi lebih definitif, meliputi ,misalnya, gambaran berapa banyak, siapa, dan dimana.

Pada flexible design bentuk pertanyaan risetnya akan lebih mengarah pada "bagaimana" dan "mengapa", dan peneliti hanya memiliki sedikit kontrol terhadap kejadian juga informasi atau data serta keterlibatan yang relatif lebih terbatas pada mekanisme riil yang berlangsung. Contoh metode pengumpulan data yang sering digunakan pada fix design adalah Interview terstruktur dan semi terstruktur (termasuk pertanyaan open ended), melakukan perekaman data atau informasi dan mereviewnya secara berkala. Sedangkan flexible design. Lazim dilakukan dengan wawancara mendalam atau diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), selain observasi, dan juga telaah dokumen. Prinsip sampling dalam menetapkan sampel serta analisis dan interpretasi data dari kedua strategi ini juga menunjukkan perbedaan.

Metode Gabungan (Mix method):

Selain fix dan flexible design, terdapat pula metode riset gabungan yang memadukan kedua desain tersebut. Mix Method risetes mengkombinasikan elemen-elemen pada fix design dan flexible design" untuk memperluas ruang lingkup dan kedalaman sudut pandang yang dibentuk (Sandelowski,2000).

Beberapa manfaat penggunaan metode gabungan pada riset kebijakan medik adalah sebagai berikut:

•  Untuk menangkap dimensi berbeda dari fenomena utama pada fokus riset
•  Menggunakan kombinasi sampling, pengumpulan data dan teknik analisis data untuk tujuan triangulasi,
•  Mengelaborasi hasil melalui data analisis yang lebih lengkap,
•  Mengembangkan riset dengan memperkaya identifikasi sampling, pengumpulan data dan analisis data

Riset dengan metode gabungan dapat digunakan antara lain untuk sebuah riset intensif skala kecil, dengan pendekatan kualitatif terlebih dahulu agar diperoleh pemahaman mendetil tentang fenomena yang ada. Kemudian dapat diikuti dengan survei terstruktur dalam skala lebih besar untuk membangun pemahaman yang lebih luas dari fenomena yang telah diperoleh secara kualitatif dan detil pada riset awal. Atau dapat pula dilakukan sebaliknya, survei awal terstruktur dengan pendekatan random sampling dilakukan lebih dulu untuk mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang ada pada populasi responden. Metode ini menyediakan dara dasar untuk penggalian lebih lanjut melalui purposive sampling dari populasi yang sama, sehingga didapatkan penggalian lebih mendetil dan pemahaman lebih mendalam dari hasil survei awal.

Apapun pendekatan yang digunakan, metode riset gabungan atau campuran berfokus pada fenomena khusus dan manfaat dari kombinasi metode untuk mencapai tujuan riset, Metode gabungan atau campuran ini dapat pula dilakukan dengan mengkombinasikan analisis data dan mengintepretasikan kumpulan hasil riset yang berbeda atau dengan merubah tipe data agar dapat dilakukan analisis statistik daru data kualitatif, misalnya.

Menyusun kerangka teori dalam menginformasikan kebijakan

Dengan kompleksnya fenomena dalam riset sistem kebijakan medik,, teori berperan penting dalam penetapan berbagai rancangan dan desain riset dalam sebuah riset (fix design, flexible design, mix method,ataupun pada fokus dan tujuan riset yang berbeda-beda, apakah implementasi. atau evaluasi kebijakan, analysis of policy atau analysis for policy). Dalam riset evaluasi sebagai contoh ada perkembangan pengetahuam mengenai theory driven inquiry yang bertujuan untuk menelusuri kausalitas yang kompleks (de Savigny & Adam,2009)

Fungsi Kerangka Teori Kebijakan

Modul ini juga membahas fungsi kerangka teori kebijakan. Sejumlah teori dapat ditangkap dari sebuah kerangka berfikir yang menawarkan penjelasan dan prediksi tentang perilaku, atau outcome yang secara sederhana mengidentifikasi elemen hubungan yang relevan. Kerangka berpikir untuk mengarahkan desain riset dapat dibangun dengan menelaah berbagai bukti empirik yang relevan serta literatur teoritis. Terlebih lagi sebuah kerangka konseptual dapat ditinjau ulang pada saat berlangsungnya analisis data temuan, atau dalam bentuk lain kerangka konsep dapat dibangun sebagai hasil dari proses analisis data.

Oleh karena itu riset kebijakan medik tidak terpaku pada pembentukan bukti empiris dalam menyediakan informasi kepada pengambil kebijakan, namun lebih pada mengkombinasikan riset empiris dan teoritis atau mengutamakan teori namun tetap memelihara relevansinya. Kombinasi riset empiris dan teoritis membantu memahami norma, nilai, budaya atau tradisi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan dalam sistem kesehatan, termasuk berbagai konteks khusus lainnya dalam kebijakan. (Riewpaiboon, et,al, 2005; Seikh and Porter. 2010). Kombinasi ini diharapkan memberi ruang yang lebih luas untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan dan pengaruh antar waktu dari perubahan kebijakan pada tingkat lokal, nasional maupun global .(Walt, Lush & Ogden, 2004).

Theory Driven Evaluation juga menjadi bahasan dalam bagian ini, untuk mendukung riset yang menjelaskan bagaimana kebijakan baru dan intervensinya mempengaruhi operasionalisasi sistem medik (Marchal, Dedzo & Kegels, 2010) Kombinasi riset teoritis dan empiris juga dapat membangun pemikiran tentang bagaimana mempengaruhi agenda kebijakan (Shiffman, 2007: Advocacy in agenda setting) atau mengelola perubahan kebijakan (Walker & Zgilson, 2004; managing front line providers acting as street level bureaucrats).

Riset teoritis dapat membimbing pada cara baru dalam menggambarkan kompleksitas sistem kesehatan atau apakah pengaruhnya pada kinerja kebijakan serta dapat pula mengantarkan pada pemahaman tentang faktor pemicu bagi aktor dalam pengambilan kebijakan.

Dengan upaya tersebut riset kebijakan medik memberikan informasi kebijakan dengan memperluas pemahaman tentang apakah yang tercakup dalam upaya penguatan sistem dan kebijakan kesehatan sebagai dasar identifikasi fokus, pertanyaan an berikutnya rancangan riset.

 

 Bahan belajar

Charmaz, Kathy (2006) Constucting Grounded Theory: A practical Guide trough Qualitative Analysis. SAGE Published Ltd. California

Congdon, Justin.D, Dunham, Arthur E. 1999. Defining the Beginning: The Importance of Research Design. IUCN/SSC Marine Turtle Specialist Group Publication No. 4, 1999. http://mtsg.files.wordpress.com/2010/07/14-defining-the-beginning.pdf

Gilson Lucy. Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader. WHO. 2012.

Buku ini dapat di download dari website WHO.

Robson C (2002). Real world research: a resource for social scientists and practitioner-researchers, 2nd ed. Oxford, Blackwell Publishing.

 

 Kegiatan pembelajaran

Di dalam proposal Anda pada bagian metode riset, silakan periksa:

  1. Telah sesuaikah rancangan atau desain riset sesuai dengan tujuan riset dalam proposal riset yang anda ajukan? Bagaimana hubungan ini dinyatakan?
  2. Berikutnya, telah selaras dan sesuaikah dasar riset anda (permasalahan, paradigma yang digunakan dalam memandang permasalahan, fokus atau pertanyaan riset dan tujuan) dengan strategi pengumpulan dan analisis data riset?