SESSION 1 : Opening Session
INTREC's First International Stakeholder meeting dimulai Selasa (19/3/2013) di Royal Richester Hotel Accra Ghana. Tema pertemuan yang diangkat kali ini ialah 'Strengthening research and policy on social determinants of health in low and middle income countries in Asia and Africa'.
Ada sembilan negara terlibat dalam pertemuan ini yaitu Ghana, Afrika Selatan, Tanzania, Kenya, Swedia, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, India, Bangladesh, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia. Tim Indonesia berasal dari Kementerian Kesehatan, Bappenas, UGM, Lembaga Demografi UI, Universitas Atmajaya dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pertemuan dimulai pukul 9 dengan pengantar yang disampaikan Dr Martin Bangha, dari INDEPTH di Ghana. Selanjutnya diikuti materi pembukaan dengan judul : Welcome and an Overview of INDEPTH oleh Prof. Osman Sankoh, Executive Director INDEPTH, Ghana. Prof Osman menerangkan mengenai organisasi INDEPTH yang menjadi tuan rumah kegiatan ini.
Penjelasan mengenai INTREC dilakukan oleh Prof Peter Byass, Sweden dengan judul Welcome and an Overview of INTREC : Why, what, who and how?
Peter Byass menggambarkan INTREC adalah sebuah aksi yang didanai oleh European Community untuk mengembangkan kemampuan melakukan penelitian mengenai kesehatan dan determinan sosialnya di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah.
Kegiatan kedua membahas penentuan International Advisory Group dimana Prof Charles Surjadi dari Indonesia menjadi salah satu anggota. Kegiatan ketiga adalah launching dua tempat pelatihan INTREC yaitu di INDEPTH Ghana dan Indonesia atau di Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran UGM. Kegiatan keempat ialah pengembangan pelatihan. Kegiatan kelima yaitu mencoba aktivitas pelatihan. Kegiatan keenam adalah penyebarluasan.
Dr. Margaret Gyapong, Director, Dodowa Health Research Centre, Leader, INDEPTH Social Science Research WG menyajikan makalah dengan judul Emerging issues as regards to social determinants of health in the INDEPTH Network and the potential contribution of INTREC
Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan melakukan penelitian sosial di peneliti INDEPTH yang diperoleh melalui kuesioner. Banyak lembaga penelitian INDEPTH yang telah menjalankan penelitian sosial. Kemampuan sudah baik namun perlu ada penambahan kemampuan.
Dari Harvard University, melalui Video Prof Lisa Berkman menyajikan presentasi dengan judul "The Social Determinants of Health approach and its implications for global health research and policy".
Prof Berkman menggambarkan berbagai perkembangan demografi yang menggambarkan perubahan besar dalam sektor kesehatan.Perkembangan kota-kota besar, peningkatan penyakit-penyakit tidak menular, sampai perubahan pola demografi yang mempengaruhi struktur masyarakat.
SESSION 2 : Linking social determinants of health,
to health policy and health research
Sesi 2 : Linking Social Determinants of Health to Health Policy and Health Research
Sesi kedua berlangsung setelah sesi foto dan istirahat selama 30 menit. Pembicara pertama pada sesi kedua adalah Dr. David R. Gwatkin , USA dengan topik : Is the Social Determinants of Health approach inherently pro-poor?
Dr. David menggambarkan beberapa pendekatan sosial deteminan yang semua outcome-nya adalah perubahan status kesehatan, namun dipertanyakan apakah pendekatan tersebut ditujukan kepada orang miskin (pro-poor)? Beberapa pendekatan SDH yang dipaparkan Dr. David adalah pendekatan tradisional, pendekatan Diderichsen-Rockerfeller 2001, dan pendekatan SDH Commission on Social Determinants of Health 2008. Namun semua pendekatan tersebut dapat dikatakan pro-poor tergantung dari grup populasi yang dituju. Dalam kesimpulannya Dr. David mengidentifikasi beberapa topik area penelitian SDH yang dilakukan oleh para peneliti INDEPTH di Afrika dan Asia.
Prof Pascal Allotey dari Malaysia menyajikan : Social sciences as a necessary framework for health research in Asian and African countries
Prof Pascal menggambarkan bagaimana cara membimbing para peneliti dalam melakukan penelitian SDH terutama ketika melakukan analisa terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Contoh yang dipaparkan Prof Pascal adalah analisa terhadap kebijakan pemerintah Malaysia dalam memberikan subsidi gula. Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga disubsidi oleh pemerintah. Akibatnya obesity meningkat tajam di Malaysia. Hasil penelitian terhadap kebijakan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemerintah bahwa setiap kebijakan yang diambil akan membawa risiko terhadap SDH yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Bringing evidence on social determinants of into health policy in Africa : Experiences of Equity Watch disampaikan Dr YahyaIpuge, Tanzania
Yahya menggambarkan strategi yang dilakukan Equinet untuk mendukung SDH di Tanzania. Salah satu kegiatan penting Equinet adalah melakukan pengawasan terhadap ekuitas (equity watch) berupa pengumpulan bukti-bukti terkait dengan SDH dan redistribusi sistem kesehatan. Equinet juga melakukan upaya dialog akan temuan-temuan dalam melakukan pengawasan ekuitas, implikasinya terhadap kebijakan serta tindakan yang diambil oleh pemerintah.
Dari Indonesia, Prof Charles Surjadi dari Universitas Atmajaya menyajikan paparan mengenai : "Policy Approaches to Address the Social and Environmental Determinants of Health Inequity in Asia-Pacific"
Prof. Charles menggambarkan konsep SDH yang sebenarnya merupakan solusi di luar sektor kesehatan, artinya semua sektor bertanggungjawab terhadap kesehatan. Prof. Charles juga menjelaskan tentang tantangan health equity di Asia Pacifik. Data yang ada dikelompokkan dalam beberapa aksi seperti aksi tentang urbanisasi yang sehat dan seimbang, perlindungan sosial dan penyediaan lapangan kerja yang adil, serta aksi terhadap sistem kesehatan yang berdampak pada ekuitas kesehatan. Dalam penutupnya, Charles menyatakan empat tantangan utama dalam SDH yaitu data, pengetahuan dan ketrampilan, perubahan paradigma, dan kebijakan.