Reportase Pengenalan Pembelajaran Kelembagaan

untuk Penelitian Kebijakan bagi Fakultas-Fakultas kedokteran di Indonesia

22 Juli 2024

22jul 2

PKMK UGM – Pada 22 Juli 2024, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) menyelenggarakan webinar bertajuk “Pengenalan Pembelajaran Kelembagaan untuk Penelitian Kebijakan bagi FK-FK di Indonesia”. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting yang dimoderatori oleh Via Anggraini, SKM. Narasumber pada webinar ini adalah Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD yang merupakan dosen dan guru besar di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM.

Laksono membahas Pengenalan Pembelajaran Kelembagaan untuk penelitian kebijakan kesehatan di Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia. Konsep ini menggabungkan pembelajaran individu dan pembelajaran organisasi, dengan tujuan meningkatkan kinerja lembaga melalui pemahaman dan penerapan kedua jenis pembelajaran tersebut. Fokus utamanya adalah bagaimana FK dapat berkontribusi dalam pembuatan kebijakan kesehatan. Pada pembelajaran kelembagaan menekankan kolaborasi antara peneliti, pengelola data, penulis policy brief, dan advokator untuk menciptakan kebijakan yang efektif. Tantangannya adalah memastikan hasil pembelajaran individu dapat diintegrasikan ke dalam konteks organisasi sehingga dapat mempengaruhi proses kebijakan dan menyelesaikan masalah kesehatan di dunia nyata. Pembelajaran organisasi penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian diimplementasikan dalam dunia nyata, bukan hanya berhenti di jurnal ilmiah.

Narasumber juga menyoroti pentingnya Evidence-Based Medicine (EBM) dan Evidence-Based Policy Making (EBP) dalam proses penyusunan kebijakan kesehatan. Dalam pembuatan kebijakan, diperlukan bukti terbaik yang saat itu tersedia untuk membuat keputusan dalam keadaan masalah yang mendesak. Kebijakan tidak hanya berdasarkan bukti ilmiah, tetapi juga harus mempertimbangkan pengalaman, kepercayaan, dan nilai-nilai. Bukti ilmiah seringkali tidak mencapai pembuatan kebijakan karena berbagai faktor. Fakultas Kedokteran (FK) memainkan peran penting dalam banyak kebijakan, seperti dalam kasus diabetes mellitus. Diperlukan kebijakan untuk memastikan masalah yang ada tidak dibiarkan dan memberikan impact yang dapat diukur. Kebijakan harus memiliki indikator yang jelas untuk melihat dampaknya dan memastikan perubahan positif terjadi.

Pada sesi tanya jawab, Johny Setyawan, MBA menanyakan mengenai bahwa perguruan tinggi sering tertinggal dalam memahami permasalahan mendesak di dunia nyata. Laksono menekankan bahwa memang terdapat kesenjangan antara perguruan tinggi dan dunia nyata dalam memahami dan menangani masalah kesehatan yang mendesak. Meskipun pembuat kebijakan di lapangan membutuhkan bukti ilmiah terkini, seringkali penelitian dari perguruan tinggi kurang update terhadap isu masalah kesehatan terkini. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih integratif, di mana akademisi secara aktif menerapkan ilmu mereka di lapangan salah satunya melalui pendekatan problem-solving.

Materi   video

Reporter:
Hasna dan Via Anggraini (Divisi Public Health, PKMK UGM)