Waspadai KLB Penyakit Menular Pasca Banjir
[JAKARTA] Intensitas hujan yang tinggi tidak hanya menyebabkan banjir,melainkan juga memicu berbagai penyakit menular. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengingatkan petugas kesehatan dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai serta mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang kemungkinan bisa terjadi pascabencana banjir di Jakarta.
"Walaupun itu belum terjadi,tetapi tetap harus diwaspadai karena kemungkinan bisa muncul baik pada saat bencana maupun pascabencana. Biasanya yang sering muncul seperti diare,demam berdarah,kolera,leptosporosi,tifus,ispa," kata Menkes di sela-sela pelepasan 147 tim kesehatan siaga bencana di Kantor Kementerian Kesehatan (Kemkes),Jakarta,Senin (21/1).
Menkes mengatakan, KLB tetap harus diwaspadai sebab sejumlah masyarakat telah menderita penyakit kronis ditambah stress menghadapi bencana,sehingga rentan jatuh sakit. KLB sering muncul pada masa bencana dan berkembang menjadi bencana berikutnya.
"Terutama bagi anak-anak sebisa mungkin menyediakan permainan yang edutaiment untuk mencegah mereka terlalu lama bermain di banjir dan rentan terpapar berbagai penyakit menular," katanya.
KLB pascabencana,kata Menkes,terakhir dilaporkan pada tahun 2007 yaitu diare di Koja,Jakarta Utara. Menurutnya, KLB pascabanjir biasa terjadi karena sampah. Karena itu para petugas kesehatan diimbau untuk mengorganisir masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat guna mencegah terpapar berbagai penyakit. Sebab,kata Menkes,semua penyakit berteman dengan jorok. Semakin jorok individu seseorang semakin banyak bibit penyakit. Sejauh ini penyakit yang paling banyak muncul adalah batuk dan pilek.
Petugas surveilens epidemiologi juga diminta untuk memantau ketersediaan air minum dan mengawasi higienitas sanitasi,terutama pada saat mengolah dan menyajikan makanan untuk mencegah KLB keracunan makanan.
Tim siaga bencana ini terdiri dari dokter, perawat, apoteker, asisten apoteker, tenaga kesehatan lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Tim ini merupakan batch kedua, yang berfokus kepada penanganan masalah kesehatan pascabencana, penyakit pascabanjir seperti gatal kulit, flu, batuk, diare, ispa, bahkan leptospirosis. Selain itu, juga menyentuh rehabilitasi korban secara psikologis.
Kepada tim ini Menkes mengimbau agar tetap bekerja dengan professional sesuai standar, prosedur, dan aturan yang berlaku dalam membantu korban bencana banjir, serta tetap menjaga kesehatan diri sendiri.
Sebagai bentuk tanggap bencana, Kemenkes memberikan bantuan, antara lain mengirimkan 10 ton Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), mendirikan 4 rumah sakit lapangan, mengirimkan 2.850 individual kit, yang terdiri dari Hygine Kit, Kit Ibu hamil, Kit Ibu bersalin, dan Kit Bayi. Mengirimkan bantuan obat-obatan sebanyak 30 paket, dimana setiap paket dapat digunakan untuk 200–300 pasien, serum antibisa ular; serta mengirimkan 100 tenaga siaga bencana terdiri dari dokter, perawat dan petugas kesehatan masyarakat tahap pertama.
"Sejauh ini ketersediaan obat-obatan,termasuk serum antibisa ular masih tersedia. Selain itu ada 136 posko kesehatan, dan semua rumah sakit pemerintah serta puskesmas di wilayah DKI,termasuk Jawa Barat disiagakan 24 jam," kata Menkes.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Dien Emawati,mengatakan,mengantisipasi bencana banjir susulan pihak masih siaga 24 jam hingga intensitas hujan berkurang.
"Posko kesehatan dan jajaran saya tetap disiagakan 24 jam,walaupun nanti ada liburan. Gubernur sudah menginstruksikan agar tiga komponen petugas siaga di tempat, yaitu kesehatan,sosial dan tim evakuasi," katanya.[D-13]
(sumber: www.suarapembaruan.com)