Menkes: Penggunaan Obat Antibiotik Berlebihan
Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi meminta dukungan organisasi profesi kefarmasian untuk menertibkan apotik dan toko obat yang menjual obat antibiotik secara bebas. Kondisi ini berbahaya, mengingat sudah ada 8 jenis obat antibiotik yang menimbulkan resistensi dalam tubuh.
"Akibat penggunaan antibiotik yang irrasional, saat ini dilaporkan ada 8 jenis antibiotik yang sudah resisten. Ini berbahaya, karena saat obat tersebut dibutuhkan justru tidak memberi efek kesembuhan," kata Nafsiah Mboi usai melantik Komite Farmasi Nasional, di Jakarta, Selasa (23/9).
Menurut Menkes, penggunaan maupun penjualan obat antibiotik di Indonesia sudah amburadul. Selain bisa dibeli tanpa secara bebas, obat antibiotik juga sering diresepkan para dokter secara berlebihan.
"Sakit flu yang sebenarnya bisa sembuh sendiri dengan istirahat dan makan cukup, dokter justru memberi antibiotik lantaran supaya cepat sembuh. Dokter juga harus dicerahkan ilmunya, agar tak mudah memberi obat antibiotik kepada pasiennya," ucap Menkes.
Nafsiah mengemukakan, sebenarnya pemerintah telah melakukan pembatasan penggunaan antibiotik, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Namun, fakta di lapangan penggunaan dan penjualan obat antibiotik masih berlebihan.
"Ini tantangan tak hanya bagi Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi kesehatan, termasuk masyarakat untuk ikut mengawasi penggunaan obat antibiotika agar tidak menimbulkan bencana di masa depan," ucap Menkes menegaskan.
Ditambahkan, penyalahgunaan antibiotik pun tak hanya pada manusia tapi juga pada hewan. Pengusaha sering pakai antibiotik untuk membuat hewannya gemuk. "Ini jelas melanggar peruntukkan obat antibiotik," katanya.
Dijelaskan, pada manusia, intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya kuman Streptococcuspneumoniae(SP), Staphylococcusaureus, dan Escherichiacoli.
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci ( VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-SpectrumBeta-Lactamase (ESBL), Carbapenem Resistant Acinetobacterbaumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis.
Selain penggunaan antibiotik yang berlebihan, Menkes juga mengaku kesal pada produsen obat-obatan palsu yang kini semakin marak. Obat palsu tersebut sangat beragam jenisnya, mulai dari yang dosisnya tak sesuai dengan keterangan, obat tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga jamu yang dicampur dengan bahan kimia sehingga rentan menyebabkan keracunan.
"Tidak ada ampun bagi orang-orang yang merusak anak bangsa dengan sengaja membuat obat-obatan palsu," ucap Nafsiah Mboi menandaskan. (TW)
{jcomments on}