Aksesibilitas Layanan Kesehatan Masih Jadi Tantangan di Indonesia
[JAKARTA] Indonesia patut bersyukur dengan hadirnya program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), sebuah sistem jaminan sosial kesehatan yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan ketika dibutuhkan. BPJS Kesehatan mencatat per 27 April 2018 sudah sebanyak 196,4 juta atau 75% lebih penduduk telah menjadi peserta, dan sebagian besar dari mereka sudah memanfaatkan program ini untuk mendapatkan layanan kesehatan. Namun aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan yang terbatas masih menjadi tantangan bagi sebagian besar masyarakat, khususnya di daerah terpencil dan tertinggal.
Minimnya aksesibilitas ini disampaikan CEO Lippo Group James Riady pada acara CEO Power Breakfast "Indonesian Healthcare Market: Game Changers in a Developing Country" di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (8/5). Dikatakan James, saat Indonesia memasuki tahap pembangunan berikutnya perlu memastikan tidak terjebak dalam midle income track. Dengan kata lain, keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat dari angka-angka, tapi juga memperhatikan lapisan di bawahnya khususnya akses masyarakat di bidang kesehatan.
BPJS Kesehatan, lanjut James, telah berhasil menyelenggarakan program JKN-KIS dengan baik. Namun tantangan berikutnya adalah bagaimana meningkatkan aksesibilitasnya. "Saya turut senang melihat warga di tempat yang jauh bisa menikmati pelayanan kesehatan lebih baik, tapi tantangan kita sekarang bukan soal demand side, tapi adalah suplly side," kata James.
Karena itulah, lanjut James, Siloam Hospital Group bekerja sama pemerintah hadir di berbagai daerah untuk menjawab permasalahan minimnya akses tersebut. Saat ini tercatat sekitar 33 rumah sakit siloam beroperasi di Indonesia, dan tahun ini ditargetkan minimal 10 rumah sakit baru dibangun. Sebagian besar rumah sakit ini kata James dibangun di daerah remote area, seperti pegunungan Papua, Bau-Bau, dan Labuan Bajo, NTT. Nilai investasi untuk rumah sakit ini rata-rata Rp300 miliar sampai Rp400 miliar per rumah sakit. Di luar negeri, Lippo Group memiliki 4 rumah sakit di Myanmar, 12 fasilitas kesehatan di Jepang, dan 106 fasilitas kesehatan di Singapura. Lippo berencana membangun fasilitas kesehatan di Vietnam dan Kambodja.
"Kami bangun rumah sakit ke berbagai daerah tidak semata untuk bisnis, tapi kami ingin semoga seluruh masyarakat Indonesia memiliki peluang yang sama untuk mengakses layanan kesehatan berkualitas," kata James.
Menurut James, untuk mengatasi masalah aksesibilitas dalam layanan kesehatan ini perlu kolaborasi berbagai pihak, yakni antara swasta dengan swasta dan swasta dengan pemerintah. Pemerintah sendiri, kata James, sudah cukup memberikan ruang melalui berbagai kebijakan untuk melibatkan kontribusi swasta. Pemerintah memberikan konsep kerja sama yang baik, sehingga saat ini euforia swasta untuk membangun rumah sakit makin banyak. [D-13]
sumber: http://sp.beritasatu.com/