Mantan Direktur Kebijakan WHO: Indonesia Harus Ambil Sikap Soal Vape
Rokok elektrik atau vape menjadi sorotan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Ada yang menganggapnya sebagai alternatif lebih baik dari rokok konvensional, tapi ada juga yang menolaknya karena dianggap tetap berbahaya.
Negara seperti Inggris misalnya mengadopsi langkah menggunakan vape sebagai cara mengurangi jumlah perokok dan dilaporkan sukses. Sementara itu di sisi lain ada juga negara seperti Turki yang punya kebijakan sama sekali melarang penjualan vape karena dianggap sama saja meracuni masyarakat.
Bagaimana dengan Indonesia? Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto beberapa waktu lalu mengungkapkan masih belum mau berkomentar karena menunggu masukan dari berbagai pihak.
"Nanti kita menampung dari semua lapisan masyarakat, apa yang mereka ini kan. Jangan malah menjustifikasi sesuatu untuk hal yang belum jelas," kata Terawan pada Kamis (21/11), seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Terkait hal tersebut Mantan Direktur Research Policy and Cooperation, World Health Organization (WHO), Profesor Tikki Elka Pangestu mendorong pemerintah Indonesia segera mengambil sikap. Pro kontra vape yang terjadi bila dibiarkan berlama-lama hanya akan menimbulkan keresahan membuat bingung masyarakat.
"Menurut saya kita harus betul-betul mengadakan suatu pertemuan katakan musyawarah berusaha mencari titik temu. Ini memang susah karena dialognya ini katakan udah susah sekali. Mungkin perlu satu organisasi netral untuk melihat bukti-bukti ilmiah yang menyokong, apakah lebih kuat dari mereka yang anti sigaret elektronik?" kata Prof Tikki pada wartawan, Senin (2/11/2019).
"Tunjuk satu organisasi independen untuk betul-betul secara objektif melihat bagaimana bukti ilmiahnya," lanjutnya.
Universitas hingga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menurut Prof Tikki jadi contoh beberapa organisasi yang bisa ditunjuk oleh pemerintah untuk meneliti dampak baik-buruk vape.
"Paling penting harus independen, tidak mengambil posisi menentang ataupun mendukung. Cari yang netral, dihormati, pendapatnya akan diterima oleh semua pihak," pungkas Prof Tikki.