Demo Tolak WTA Conference Terjadi di Mana-mana
Jakarta – Demo menolak penyelenggaraan World Tobacco Asia (WTA) Conference 2012 yang digelar di Jakarta pada 19-21 September terus berlanjut. Demo bahkan terjadi di hampir semua kota besar di Indonesia, Sabtu dan Minggu pagi.
Gelombang protes muncul dari seluruh daerah di Indonesia. Unjukrasa di Jakarta dipusatkan di kawasan Monas dan Bundaran HI Jakpus. Demo terjadi di Bali, Surabaya, Malang, Bandung, Medan, Makassar, Banten, Lampung, Palembang, Kalimantan Timur, Manado, dan Papua.
Demo di Monas dan HI dimotori Kementerian Kesehatan (Kemenkes). "Kami bersama LSM Perempuan Pemerhati Anti Tembakau, pelajar SMP dan SMA, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan elemen mahasiswa menggelar orasi dan membentangkan puluhan poster di sini, mulai Pkl. 06:00 WIB," ujar Humas Kemenkes, Busroni, Minggu kepada Pos Kota.
Pada kesempatan sama, Ketua Koalisi Profesi Kesehatan Anti Rokok (KPK-Anti Rokok), dr. Adang Bachtiar, MPH, Sc.D, Minggu, mendesak pemerintah membatalkan izin WTA Conference 2012 yang berisi pameran dan diskusi produk rokok karena merendahkan martabat bangsa dan negara Indonesia.
KPK-Anti Rokok juga menuntut pemerintah segera membatalkan izin yang telah diberikan untuk menggelar acara yang berisi pameran dan diskusi produk rokok yang berkembang di seluruh dunia.
Ketua Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau dr Prijo Sidipratomo Sp.Rad.(K) juga menyesalkan sikap pemerintah yang memberi izin penyelenggaraan WTA 2012 untuk kali kedua di Ibukota. Padahal elemen bangsa lainnya tengah gencar melawan perkembangan rokok.
"Kenapa pemerintah tega-teganya memberikan izin penyelenggaraan pameran dan diskusi rokok. Padahal jelas-jelas rokok telah membunuh 521 jiwa rakyat Indonesia setiap harinya. Angka tersebut jauh lebih besar dari korban kematian akibat bencana yang sering menimpa negeri ini," tutur dr Prijo di Jakarta, ketika dihubungi Minggu.
Prijo mengaku sedih dengan alasan penyelenggaraan WTA yang menulis dalam website resminya bahwa Indonesia memiliki potensi konsumen rokok yang bagus. Alasan semacam ini, lanjutnya, jelas menunjukan pemerintah Indonesia sangat mendukung industri rokok. Selain itu Indonesia juga dianggap sebagai pasar rokok yang sangat dinamis tanpa kebijakan pengendalian yang tegas.
Bukti tentang tingginya konsumsi rokok dapat dilihat dari angka prevalensi perokok laki-laki Indonesia yang tergolong tertinggi di dunia, yaitu 67,4 persen pada tahun 2011. Kondisi tersebut sangat kontras dengan negara tetangga ASEAN lainnya yang telah melakukan upaya pengendalian konsumsi rokok.
Menurut dr Prijo, digelarnya WTA conference 2012 di Jakarta ini akan berimplikasi pada buruknya citra Indonesia di mata dunia internasional. Indonesia juga akan dianggap tidak beradab karena mendukung kematian jutaan manusia yang diakibatkan asap racun rokok.
Seperti diketahui, World Tobacco Asia (WTA) Conference 2012, adalah forum internasional industri tembakau di seluruh dunia. Dalam event akbar berskala internasional tersebut, pengusaha-pengusaha industri rokok seluruh dunia berkumpul, mendiskusikan berbagai isu terkait kemajuan industri rokok secara global. Pada acara surganya perokok itu juga diramaikan oleh eksibisi produk tembakau, terutama rokok, dari negara-negara di Asia Pasifik, dan terutama, Indonesia.
Pihak promotor WTA Conference 2012 berdalih pemenangan tenderisasi WTA oleh Indonesia berdampak positif secara signifikan bagi perekonomian dan pariwisata. Tetapi panitia mengabaikan dampak buruk rokok terhadap kesehatan bangsa.