JUDUL RISETImplementasi Kebijakan BOK Tingkat Puskesmas di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan 2012 (Studi Kasus di Kabupaten Sabu Raijua) DATA PENELITI
ABSTRAKSaat ini, pembangunan kesehatan terfokus pada upaya pencapaian target MDGs. Beberapa program prioritas dalam pembangunan tersebut adalah perluasan jaminan kesehatan; pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK); peningkatan upaya promotif-preventif; dan penanggulangan penyakit. Salah satu langkah strategis yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan itu yakni dengan mengeluarkan Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi kenaikan anggaran kesehatan di tingkat pusat meskipun kenaikan tersebut belum mencapai ukuran 5% dari APBN. Ada fenomena yang menarik dalam konteks kenaikan anggaran tersebut. Secara faktual, alokasi anggaran belum mencukupi kebutuhan, namun di sisi lain penyerapan anggaran tidak mencapai 100% bahkan sebagian besar dari total alokasi anggaran lebih banyak diserap pada kuartal terakhir. Realitas ini mengindikasikan bahwa ada problem serius dalam pelaksanaan sistem kesehatan yakni inefisiensi. Fenomena yang sama juga terjadi dalam implementasi kebijakan BOK di daerah khususnya di Kabupaten Sabu Raijua. Pada masa uji coba Kebijakan BOK tahun 2010 dengan jumlah dana ± 30 juta rupiah untuk setiap puskesmas, namun jumlah yang terserap hanya 80%. Selanjutnya, pada tahun 2011 dan 2012 jumlah dana BOK yang dialokasikan makin meningkat dengan proporsi yang diserap tidak mencapai 100%. Fenomena ini kemudian menjadi semakin menarik karena peningkatan alokasi anggaran tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga serta sarana kesehatan. Hal ini akan secara kumulatif sangat mempengaruhi kinerja sistem kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan kebijakan BOK di tingkat puskesmas. Secara khusus untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan BOK sekaligus (2) menilai efektivitas dari kebijakan BOK dalam pencapaian target SPM bidang kesehatan di tingkat puskesmas. Pertanyaan yang akan di jawab dari penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan BOK di daerah ? (2) apakah kebijakan BOK telah mampu memberi daya ungkit yang besar dalam pencapaian SPM bidang kesehatan ? Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan strategi penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur selama ± 3 bulan yakni dari Bulan Maret sampai Bulan Mei tahun 2013 dengan pertimbangan tempat penelitian tidak bisa dijangkau pada musim hujan (Desember-Februari) karena gelombang laut yang ganas. Alasan pemilihan tempat di Kabupaten Sabu Raijua karena: (1) status kesehatan masyarakat yang rendah; (3) tergolong Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); dan (4) kabupaten otonom baru yang masih memerlukan berbagai input melalui penelitian untuk pengambilan kebijakan dalam pelayanan dan pembiayaan kesehatan.
|