FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN DI INDONESIA:
STUDI KASUS DARI INDONESIA FAMILY LIFE SURVEY (IFLS)
Nursuci Arnashanti1, Edy Purwanto1, Jeffrey A. Sine2,
Asal peneliti: SurveyMETER, Yogyakarta
2RTI International, Jakarta
Latar Belakang
Berdasarkan temuan beberapa penelitian yang dilakukan, peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Biasanya, peningkatan obesitas diikuti dengan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi yang beresiko kematian.
Tujuan
Dengan latar belakang tersebut, kami melakukan studi analisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan peningkatan obesitas pada laki-laki dan perempuan. Dengan analisis ini diharapkan dapat ditemukan metode-metode dan solusi untuk mengurangi faktor-faktor resiko terjadinya obesitas.
Metode
Analisis studi ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2007. Responden dalam analisis ini berumur 15 tahun keatas berjumlah 29.183 terdiri dari 13.812 laki-laki dan 15.371 perempuan. Sebagai variabel dependent utama untuk mengukur obesitas adalah berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang. Untuk variabel independent digunakan karakteristik individu seperti umur, status perkawinan, pendapatan, pendidikan, suku, status kota-desa dan pola hidup responden seperti kebiasaan makan, merokok, kebahagiaan dan stress. Selanjutnya, untuk mengetahui ukuran risiko atau kecenderungan mengalami obesitas digunakan metode analisis regresi logistik.
Hasil
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik individu dan pola hidup diatas, resiko tinggi obesitas terjadi pada beberapa kelompok responden, yaitu umur 30-54 tahun, perempuan menikah, tinggal di wilayah perkotaan, Suku Batak, perempuan Suku Betawi, berpendapatan tinggi, perempuan dengan pendidikan sampai SD, laki-laki dengan pendidikan jenjang SMP keatas, pengonsumsi makanan berkualitas rendah, pekerja dengan aktivitas sedikit, dan perempuan yang merasa bahagia. Sedangkan resiko rendah obesitas terjadi pada perempuan bermigrasi, pengonsumsi makanan berkualitas tinggi, dan perokok aktif.
Kesimpulan
Peningkatan pendidikan pada responden laki-laki yang dibarengi dengan peningkatan prevalensi obesitas menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang tidak menjamin pengetahuan serta perilaku orang tersebut akan gizi dan kesehatan juga baik. Hal ini berlaku juga bagi yang berpenghasilan tinggi (quantil 5). Peningkatan konsumsi makanan berkualitas rendah juga akan meningkatkan resiko obesitas dengan signifikan. Berbeda dengan mengkonsumsi makanan berkualitas tinggi, adanya peningkatan konsumsi tidak menimbulkan perbedaan signifikan terhadap resiko obesitas. Penurunan resiko obesitas secara signifikan terjadi pada responden yang mempunyai aktifitas fisik dalam pekerjaan.
Saran
Dengan melihat hasil analisis tersebut, rekomendasi yang dapat kami sampaikan antara lain, pertama, menciptakan program untuk mengurangi resiko obesitas dikalangan usia 30-54 tahun seperti aktifitas fisik di kantor-kantor maupun di lingkungan masyarakat. Kedua, di wilayah perkotaan perlu dibangun lebih banyak fasilitas untuk berjalan kaki sehingga merangsang warga kota untuk lebih banyak bergerak. Ketiga, perlu adanya pendidikan pola hidup sehat di kalangan institusi pendidikan termasuk di dalamnya Suku Batak. Keempat, pihak berwenang seperti dinas perdagangan dapat mendorong pihak retail seperti supermarket ataupun minimarket untuk lebih mempromosikan makanan berkualitas tinggi misalnya dengan memajang buah, salad, atau yogurt di etalase dekat kasir dibanding memajang junk food sejenis permen atau cokelat.
Kata Kunci Faktor Resiko, Obesitas, IFLS, OLS
Data Peneliti Utama / Presenter : Nur Suci Arnashanti
Alamat email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Telepon : (0274)4477464, 08156888476