KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA PASKA BENCANA:
TERAPI PEMERDAYAAN DIRI SECARA KELOMPOK SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF
Ni Wayan Suriastini1, Bondan Sikoki1, Nur Suci Arnashanti1
1 SurveyMETER
Latar Belakang
Di Saat bencana, masyarakat tidak hanya mengalami kerusakan fisik tetapi juga mengalami penurunan kondisi mental dan emosional. Upaya pemulihan setelah bencana sering memberikan perhatian lebih untuk pemulihan kerusakan fisik dan perhatian yang rendah diberikan pada upaya pemulihan keadaan mental dan emosional. Paska erupsi Gunung Merapi 2010 banyak organisasi non pemerintah yang terlibat pada program pemulihan awal. Salah satu organisasi tersebut adalah Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) yang melakukan program pemulihan stres dan trauma (PPSTK) secara intensif di sebuah dusun yang terletak hanya 7 km dari puncak Merapi. Program Terapi Pemberdayaan Diri ini dilakukan selama 10 minggu, dengan 5 kali sesi terapi kelompok, setiap dua minggu.
Tujuan
Memaparkan pengaruh program pemulihan kesehatan mental dengan metode terapi kelompok pada masyarakat di daerah yang mendapatkan program dengan membandingkan perubahan sebelum dan setelah program, dengan keadaan masyarakat di daerah kontrol.
Metode
Data individu responden dikumpulkan sebelum program pemulihan dilakukan pada bulan Desember 2010 sebagai data dasar dan responden yang sama diwawancarai kembali setelah program pemulihan selesai dilakukan pada Bulan Maret 2011. Status kesehatan mental diamati melalui check list PSTD dan skala Depresi dari Pusat Studi Epidemiologis (CES-D). Analisis menggunakan pendekatan difference and difference.
Hasil
Pada kedua daerah baik yang mendapatkan program pemulihan stres dan trauma maupun yang tidak, expose masyarakat terhadap stressor sangat tinggi, lebih dari 90 persen masyarakat melaporkan bahwa mereka mendengar gemuruh suara erupsi, merasakan hujan pasir, hujan abu dan bau belerang selama erupsi Merapi. Sekitar 76% masyarakat di daerah yang mendapatkan program pemulihan trauma dan stres PPSTK menyatakan berpartisipasi dalam program, 65% diantaranya melaporkan mempraktekkan latihan rata-rata dua kali. Analisis difference and difference antara data masyarakat yang mendapatkan program dan masyarakat di daerah kontrol menunjukkan bahwa program trauma healing PPSTK yang diberikan dengan terapi pemerdayaan diri kelompok secara signifikan mengurangi 11 dari 17 gejala PSTD, yang mencapai 7% -19% pengurangan. Program ini memiliki pengaruh yang baik pada peningkatan kepercayaan diri termasuk: merasa sama baiknya dengan orang lain (28%) dan penuh harapan tentang masa depan (15%).
Kesimpulan
Terapi Kelompok Pemberdayaan diri berpengaruh positif pada pemulihan kesehatan mental paska erupsi Merapi 2010. Manfaat dari program ini tidak hanya dalam mengurangi gangguan pasca trauma dan mengelola stres, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui peningkatan rasa percaya diri.
Saran
Sebagai terapi kelompok, Teknik Pemberdayaan Diri memiliki peluang lebih besar untuk melayani korban bencana terkait dengan trauma. Indonesia merupakan wilayah rawan bencana, sehingga teknik ini dapat digunakan secara luas untuk memenuhi kebutuhan akan respon terhadap trauma mental pasca bencana di Indonesia.
Kata Kunci : PTSD, Merapi, Kesehatan Jiwa, Terapi Kelompok