Reportase Webinar Kenyataan & Harapan Pemangku Kepentingan untuk Penanganan Diabetes melalui Peranan Pemerintah Daerah

19apr fbr

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK - KMK UGM, menggelar webinar (19/04/22) dalam ranga peringatan hari diabetes nasional yang jatuh pada 18 April 2022. Webinar bertajuk “Kenyataan dan Harapan Pemangku Kepentingan untuk Penanganan Diabetes melalui Peranan Pemerintah Daerah”. Melalui webinar ini, diharapkan pemangku kepentingan dapat memahami kondisi prevalensi diabetes di daerah, strategi penanganan yang telah dilakukan dan mendapatkan masukan dalam penguatan kebijakan penanganan diabetes untuk pemerintah daerah.

 

Adapun pemangku kepentingan yang terlibat dalam webinar ini berasal dari pemerintah daerah untuk sebagai narasumber yaitu dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah diwakili oleh Arfian Nefi dan Dinas Kesehatan Maluku diwakili oleh Ira Hentihu. PKMK juga mengundang pembahas dari pemerintah pusat yaitu Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh dr. Elvieda Sariwati selaku Plt Direktur, akademisi sekaligus klinisi diabetes serta dosen Metabolisme dan Endokrinologi, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo dan dari organisasi non pemerintah yaitu Sobat Diabet yang diwakili oleh dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH selaku founder. Seluruh rangkain kegiatan ini dimoderatori oleh Mentari Widiasuti yang merupakan peneliti Divisi Kebijakan Kesehatan Masyarakat PKMK.

Webinar diawali dengan pembukaan dari kepala divisi kebijakan kesehatan masyarakat PKMK yaitu Shita Listya Dewi. Dalam pembukaan dijelaskan latar belakang dan tujuan dari kegiatan. Selain itu, para peserta juga di ajak untuk dapat mengikuti beberapa rangkaian kegiatan webinar lainnya, yang akan dilakukan pada setiap bulan.

Situasi Prevalensi dan Penanganan Diabetes di Daerah

19apr jtNarasumber pertama, Arfian Nefi dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah untuk mempresentasikan materinya dengan menjelaskan beberapa jenis dari penyakit tidak menular yang salah satunya adalah diabetes dengan beberapa faktor risiko seperti pola makan, merokok, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah dan gula darah tinggi. Setelah itu, pihaknya menjelaskan proporsi PTM di Jawa Tengah dari 2018 – 2021 dimana diabetes stagnan menjadi penyakit terbanyak kedua.

Dijelaskan pula kondisi antara obesitas dan diabetes di Jawa Tengah berdasarkan Riskesdas 2018 yang menunjukkan bahwa prevalensi keduanya cukup tinggi atau hampir mendekati dengan prevalensi nasional. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Arfian menyampaikan bahwa Jawa Tengah telah melakukan beberapa strategi seperti menindaklanjuti program pemerintah pusat yaitu Germas melalui Peraturan Gubenur dan Surat Edaran, melakukan promosi kesehatan (edukasi, penyebaran informasi, pemeberdayaan masyarakat) dan melakukan deteksi dini.

Arfian menyampaikan bahwa program P2PTM berfokus pada pencegahan FR bersama dan penemuan kasus PTM secara dini. Untuk menurunkan faktor risiko dan komplikasi DM dilakukan dengan pendekatan CERDIK, deteksi dini FR PTM di Posbindu, skrining di PIS - PK. Dalam rangka memperkuat upaya tersebut, program P2PTM dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir dengan mengedepankan promotif preventif dan peningkatan akses terhadap pelayanan DM sesuai standar di fasyankes. Hal tersebut harus dilakukan secara massif oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, masyarakat, institusi keagamaan, organisasi pemerintah, masyarakat sipil, multi profesi, LSM, multi organisasi, multi sektor dan swasta/ dunia usaha dan lain - lain.

19apr muNarasumber kedua yaitu Ira Hentihu dari Dinas Kesehatan Maluku untuk memaparkan materinya. Sama seperti pemateri sebelumnya, Ira menjelaskan kondisi dari prevalensi diabetes di provinsi Maluku berdasarkan data Riskesdas 2018. Dari data tersebut, Ira menjelaskan pula proporsi dari kerutinan pemeriksaan kadar gula darah yang masih rendah pada penduduk di setiap kabupaten/kota Provinsi Maluku. Ira menjelaskan dari segi pembiayaan kesehatan berdasarkan data JKN di Provinsi Maluku, diabetes belum menjadi penyakit yang mengalami beban tinggi.

Namun pada 2020 – 2021, diabetes telah menghabiskan Rp 10 miliar untuk pembiayaannya dengan jumlah kasus yang mencapai 12.000 – 16.000 an kasus. Untuk menangani prevalensi dari diabetes di Provinsi Maluku, Ira menjelaskan bahwa telah ada beberapa langkah srategis yang sebetulnya juga berkaitan dengan penanganan PTM lainnya. Strategi itu dilakukan melalui upaya promotif dan preventif dengan pendekatan faktor risiko PTM, penemuan dini penyakit dan pencegahan kecacatan serta penatalaksanaan yang adekuat.

Pembahasan: Pandangan dan Harapan Pemerintah, Ahli dan LSM untuk Pemerintah Daerah dalam Penanganan Diabetes

Setelah sesi pemaparan, moderator memberikan kesempatan kepada tiga pembahas untuk memberikan tanggapan dari kondisi prevalensi diabetes dan strategi penanganan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembahas pertama diberikan kesempata kepada dr. Elvieda Sariwati, M.Epid. selaku Plt. Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan. Elvieda merespons bahwa dari kedua provinsi ini terdapat perbedaan tantangan dalam menangani diabetes, seperti Maluku mengalami tantangan terkait akses dan SDM.

Elvieda juga membenarkan bahwa dalam penanganan diabetes terdapat permasalahaan fakor risiko, dimana hal itu sedang menjadi fokus dari Kemnenterian Kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan dan kerjasama lintas sektor dalam rangka transformasi kesehatan. Dari transformasi kesehatan, diharapkan pemerintah daerah dapat sinkron dengan pemerintah pusat melalui kebijakan yang sama tetapi implementasi yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Selain itu, diabetes ini menjadi salah satu penyakit utama dalam tranformasi kesehatan karena memiliki risiko yang besar untuk terjadinya komplikasi.

19apr praPembahas kedua adalah Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo menanggapi bahwa saat ini apa yang dilakukan pemerinah daerah masih dalam tahapan pencapaian output proses. Kondisi tersebut membuat penanganan diabetes sulit tertangani karena pencapaian outcome belum dilakukan. Pradana menyampaikan capaian jumlah skrining hanya menjadi pencapai output, diusulkan bahwa pemerintah daerah perlu mencapai dari pre-diabetes menjadi normal di posbindu.

Pembahas terakhir yaitu dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH memberikan tanggapan bahwa strategi yang dilakukan pemerintah daerah perlu memfokuskan atau memprioritaskan juga kepada usia - usia muda atau produktif karena diabetes tidak lagi menjadi penyakit kelompok lansia. Berdasarkan pengalaman Sobat Diabet ditemukan banyak kelompok usia muda yang mengidap diabetes. Setelah sesi pembahas, moderator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pertanyaan kepada para narasumber dan pembahas. Terdapat beberapa diskusi pertanyaan mengenai anggaran, SPM, deteksi, dan pelayanan untuk diabetes dari peserta.

Reporter: Tri Muhartini (PKMK UGM)

Materi dan video dapat diakses pada link berikut

klik disini