Sesi International Guest-Speaker : Health Literacy

Health Literacy : A Prescription to End Confusion
Dr. Ahmad Sharul Nizam Isha (University Technology PETRONAS Bandar Seri Iskandar, Tronoh, Perak Darul Ridzuan, Malaysia)

iakmi29okt6Pemaparan oleh Dr. Ahmad Sharul Nizam Isha disampaikan dalam bahasa inggris. Beliau menyampaikan beberapa kasus yang menguatkan kebutuhan akan health literacy. Health literacy dijelaskan oleh beliau secara garis besar sebagai bentuk komunikasi bidang kesehatan (oleh tenaga kesehatan terutama) yang menggunakan bahasa sederhana hingga seseorang memahami informasi kesehatan dengan benar. Bagi para tenaga kesehatan masyarakat yang terjun ke masyarakat, maka penanganan communicable diseases menjadi lebih dominan.

Sehingga health literacy pada bidang tersebut harus diperkuat. Pada salah satu bagian dari materi yang disampaikan, beberapa bentuk penelitian tentang tingkat health literacy di beberapa daerah di luar negeri menunjukan pengaruh health literacy terhadap output kesehatan masyarakat. Baliau merekomendasikan untuk peserta juga dapat melakukan kajian terkait tingkat health literacy di daerahnya masing-masing. Pada sesi diskusi, beliau menyampaikan model Training of Traineer (TOT) tentang Health Literacy yang terdiri dari berbagai profesi/tenaga kesehatan sebagai salah satu bentuk yang dapat diterapkan di Indonesia.

Materi lengkap dapat disimak pada link berikut ini.

 

Sesi Simposium 3 : Kebijakan Kesehatan

iakmi29okt5

Peran Perguruan Tinggi dalam Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Kesehatan

Pembahasan peran perguruan tinggi dalam monitoring dan evaluasi kebijakan kesehatan dihadiri oleh tiga pemateri senior dalam bidang kebijakan kesehatan. "Teori Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Kesehatan" merupakan judul materi yang disampaikan oleh Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS. Pemateri kedua adalah Dr. Deni K Sunjaya, MD, DESS yang menyampaikan materi dengan judul Hubungan FK UNPAD dengan Propinsi Jawa Barat untuk Kebijakan Kesehatan. Pemateri terakhir yaitu Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD. "Apakah Program dan Kebijakan Kesehatan Perlu Mengalokasikan Dana untuk Monitoring dan Evaluasi Independen? Kasus JKN" merupakan materi yang disampaikan beliau pada kesempatan kali ini. Meskipun sesi ini sempat mengalami keterlambatan waktu mulainya acara tetapi tidak menurunkan semangat bagi peserta untuk mengikuti acara ini.

Saat sesi diskusi, banyak peserta yang ingin menyampaikan pertanyaan diskusinya. Pemateri tetap maksimal dalam memberikan respon atas pertanyaan dari peserta. Beberapa poin yang dapat digarisbawahi dari sesi ini yaitu bahwa rasa khawatir dari pihak perguruan tinggi untuk berperan dalam monitoring dan evaluasi (monev) program pemerintah harus dipupus. Dr. Deni K Sunjaya, MD, DESS menyampaikan untuk tidak terlebih dulu berasumsi akan respon negatif dari Pemerintah. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD juga menyampaikan bahwa pemerintah terutama pemerintah daerah di era desentralisasi ini justru sebenarnya sangat membutuhkan peran pihak independen dalam melakukan monev. Banyak program pemerintah Indonesia yang luar biasa bagus dan dengan skala besar.

Namun kita akan malu kepada dunia karena tidak ada program monev untuk sekian banyak program besar tersebut. Regulasi yang ada menyatakan bahwa kegiatan atau program monev ini dilaksanakan oleh pihak independen. Kurang tepat kalau pihak internal pemerintah sendiri yang melakukan monev, kecuali terdapat kombinasi dengan pihak independen di dalamnya. Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS sebelumnya menyampaikan tentang perlunya menjaga keberimbangan oleh perguruan tinggi dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan. Independensi perlu dijaga dengan membangun hubungan yang tidak terlalu dekat namun juga tidak terlalu jauh. Sehingga kita mampu menjaga idealism sebagai civitas akademika.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD menyebut bentuk komunikasi advokasi ini sebagai sebuah seni, seni untuk memahami dan mempelajari kondisi terutama situasi politik. Sesi ditutup oleh beliau dengan sebuah pertanyaan kepada seluruh peserta wakil dari berbagai perguruan tinggi. "Apakah berani Dinkes dengan Perguruan Tinggi selama lima tahun ke depan bersama-sama menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)? Berani nggak? Mari kita sepakati bersama". Kesiapan masing-masing Perguruan Tinggi untuk hal ini dapat dibangun dengan mengikuti pelatihan jarak jauh terkait kebijakan kesehatan. PKMK FK UGM memfasilitasi dengan agenda Blended Learning Kebijakan Kesehatan yang akan dimulai pada Januari 2015. Bagi semua perguruan tinggi di Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

Materi dari setiap pembicara dan informasi lebih lanjut terkait Pelatihan Jarak Jauh / Blended Learning Kebijakan Kesehatan dapat Anda simak pada link berikut.

MATERI PRESENTASI

    Monitoring & Evaluasi Kebijakan Kesehatan - Dumilah Ayuningtyas
Kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan Pemerintah Daerah dalam Kebijakan Kesehatan: Studi Kasus Unpad dan Jabar - Deni K Sunjaya
Peran Perguruan Tinggi dalam Penyusunan,  Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Kesehatan di Indonesia - Laksono Trisnantoro

 

 

 

 

Sesi Panel II : Pendidikan Kesmas dan Sertifikasi Lulusan Kesehatan Masyarakat

iakmi29okt4

Sesi ini menjadi penjelasan lebih spesifik terkait sertifikasi tenaga kesehatan masyarakat yang baru pada saat pagi di pembukaan Mukernas IAKMI disahkan. Penjelasan dari pemateri pertama Drs. Sulistiono, SKM, MSc berupa Prosedur dan Kesiapan Pemeberian STR kepada SKM menunjukan perlunya langkah koordinasi antara MTKPI dengan MTKI. Beliau merupakan Ketua Divisi Registrasi Majelis Tinggi Kesehatan Indonesia (MTKI).

Diikuti dengan penguatan oleh pemateri ke dua yaitu Dr. Ridwan Thaha, MSc yang mengkritisi kesiapan dari tenaga kesehatan masyarakat untuk pelaksanaan STR ini. Beliau mendorong agar stakeholder untuk STR kesehatan masyarakat lebih fokus dalam melaksanakan tugas terakait pencanangan registrasi ini. Melalui judul paparan beliau Progress Report Health Professional Education Quality (HPEQ) Bidang Kesehatan Masyarakat dan Rekomendasinya, dorongan untuk kecepatan dalam pelaksanaan proses terwujudnya STR ini tercapai sesuai timeline yang ada.

Pemateri selanjutnya adalah Prof. Indrawati Lipoeto, MSc, PhD, SpGK yang merupakan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Beliau menyampaikan materi dengan judul Tantangan dan Permaslaahan Uji Kompetensi bagi Lulusan FKM. Pemateri terakhir adalah Bapak Bambang Wispriyono, PhD. Beliau adalah Direktur Eksekutif AIPTKMI dan pada sesi ini materi disampaikan dengan judul Kesiapan Perguruan Tinggi Kesmas Menghadapi Akreditasi Global. Selaku moderator adalah dedi Supratman, SKM, MKM (Sekjen PP IAKMI). Materi setiap pembicara dapat anda simak melalui link yang tersedia.

MATERI PRESENTASI

Perkembangan Program HPEQ untuk bidang Kesehatan Masyarakat - dir. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaaan
    Prosedur dan Kesiapan pemberian STR kepada SKM - Drs. Sulistiono, SKM
Tantangan dan Permasalahan Uji Kompetensi bagi lulusan FKM - Nur Indrawaty Lipoeto
Kesiapan Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat di Indonesia Dalam Menghadapi Akreditasi Global - Bambang Wispriyono

 

 

 

 

Keynote Speech III: Kepala BKKBN Pusat, Prof. Dr. Fasli Jalal, PhD

Kemitraan Strategis BKKBN dan IAKMI dalam Optimalisasi Tenaga SKM untuk Menghadapi Tantangan Kependudukan dan KB di Era JKN.

iakmi29okt3Melalui Ir. Ambar Rahayu, MNS, Sestama BKKBN, Bapak Fasli Jalal menyampaikan keynote speechnya dengan mengangkat poin bonus demografi yang akan semakin meningkat. Tahun 2012 – 2035 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif (15-40 tahun) jauh lebih besar daripada usia tidak produktifnya (usia 0-14 tahun dan > 65 tahun). Disampaikan bahwa bonus ini harus ditangkap dengan baik, agar dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Bebrapa poin upaya yang harus ditingkatkan antara lain melalui penurunan angka fertilitas, peningkatan angka ekonomi, dan peningkatan angka wanita yang bekerja.

Dampak dari pemanfaatan bonus demografi ini adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan. Sayangnya bonus demografi ini belum bisa dimanfaatkan oleh berbagai daerah. Disampaikan pula concern SDGs antara lain adalah meningkatkan pembangunan manusia melalui peningkatan pendidikan kesehatan dan peningkatan pembangunan sosial ekonomi. RPJMN BKKBN untuk 2015-2019 juga mencantumkan target angka kelahiran hidup. BKKBN berharap tenaga kesehatan khususnya ahli kesehatan masyarakat semakin meningkatkan perannya dalam pemanfaatan bonus demografi dan kesiapan akan SDGs.

 

 

Sesi Panel I : Peran SKM dalam JKN

iakmi29okt2

Sesi Panel I menghadirkan empat pembicara sekaligus. Pemateri pertama adalah Bapak Purnawarman Basundoro, Ak. MBA. Beliau adalah Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS yang juga dalam sesi pembukaan Mukernas IAKMI menandatangani nota kesepahaman terkait peran tenaga ahli kesehatan masyarakat dalam upaya preventif. Materi dengan judul Monitoring Keberhasilan dan Kendala BPJS Kesehatan disampaikan beliau dalam sesi ini.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Dr. Achmad Subagio, MARS (Kepala Pusat Perencanaan & Pendayagunaan SDM Kesehatan Kemenkes RI). Implementasi KMK 75 tahun 2014 tentang Standar Puskesmas dan Peranan Profesi Kesehatan Masyarakat merupakan judul dari materi beliau. Direktur utama RSUP Dr. M. Jamil yaitu dr. Irayanti Rafki menjadi pemateri ke tiga pada sesi ini. Judul materi beliau adalah "Tantangan dan Permasalahan Yankes Era JKN : Pengalaman Sumbar". Pemaparan beliau mengungkapkan beberapa poin yang penting untuk disoroti, antara lain adalah masih tingginya kekhawatiran dan ketakutan pihak RS terhadap tindakan fraud. Terutama karena aspek pengetahuan dan pemahaman pihak RS yang dirasa masih kurang. Namun sejauh ini, bersama PKMK FK UGM dengan arahan Prof. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD segala sesuatunya masih berjalan baik dan ke depan diharapkan terhindar dari fraud. Pemateri terakhir adalah Dr. Adang Bachtiar, MPH, ScD yang menyampaikan materi Peran Promotif dan Preventif SKM dalam era JKN. Selaku moderator adalah Dr. Sumarjati Arjoso, SKM (Ketua Dewan Penasehat IAKMI). Materi lebih lengkap dapat anda simak dengan mengunduh melalui link yang tersedia.

MATERI PRESENTASI

Monitoring Keberhasilan dan Kendala BPJS Kesehatan - Purnawarman Basundoro

Implementasi KMK 75 TH 2014 Tentang Standar Puskesmas dan Peranan Profesi Kesehatan Masyarakat - Dr. Achmad Subagio, MARS
    Tantangan dan Harapan RS di Era JKN - Dr. Irayanti, SpM
    Health Promoting UKP - Adang Bachtiar

 

 

Pembukaan Mukernas IAKMI XIII : Momen Terbitnya Surat Tanda Registrasi (STR) Ahli Kesehatan Masyarakat

iakmi28okt

Sesi sambutan Mukernas IAKMI XIII berlangsung sangat menarik. Tidak melulu tentang ceremonial, tetapi penyampaian sarat makna disampaikan oleh masing-masing pemberi sambutan. Laporan dari Ketua Panitia, Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MPd, Msi. Sambutan Rektor Universitas Andalas Dr. Werry Darta Taifur, SE, MA yang diwakilkan oleh Dekan FKM Universitas Andalas, Prof. Indrawati Lipoeto, MSc, PhD, SpGK. Sambutan Direktur Eksekutif AIPTKMI, Bambang Wispriyono, PhD. Sambutan oleh Ketua Umum IAKMI Pusat : dr. Adang Bachtiar, MPH, ScD memunculkan suatu slogan "Kesmas itu Miracle" yang mengangkat tentang peran salah satu tenaga kesehatan yaitu Ahli Kesehatan Masyarakat.

iakmi28okt1Sambutan dari Gubernur Sumatera Barat, Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, SPsi, MSc antara lain concern beliau kepada ahli kesehatan masyarakat. Pencapaian MDGs membutuhkan peran besar dari ahli kesehatan masyarakat. Aspek preventif menjadi penting, karena kerugian akibat sakit jauh lebih besar. Terutama soal produktivitas kerja seseorang. Irwan sangat mendukung penyelenggaraan Mukernas IAKMI XIII di Padang kali ini. Kelakar pun disampaikan oleh Gubernur Sumbar bahwa nasihat para ahli kesehatan masyarakat akan membuat para Gubernur bekerja. Pemukulan Gong oleh Gubernur Sumbar bersama dengan perwakilan Kemenkes, Rektor Universitas Andalas, Ketua IAKMI, Ketua AIPTKMI menjadi tanda bahwa Mukernas IAKMI telah dibuka.

iakmi28okt2Sesi Pembukaan dilanjutkan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman BPJS Kesehatan dengan IAKMI/AIPTKMI. Bentuk kerja sama dan kesepakatan oleh pihak BPJS untuk mendukung kebutuhan aspek preventif bagi masyarakat. Mukernas IAKMI XIII di Padang ini juga menjadi saksi terbentuknya Profesi Ahli Kesehatan Masyarakat. Pihak IAKMI yaitu dr. Adang Bachtiar, MPH, ScD menandatangani nota kesepahaman ini. Sedangkan dari pihak BPJS Kesehatan yaitu Purnawarman Basundoro, Ak. MBA yang merupakan Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar lembaga BPJS Kesehatan.

 

iakmi28okt3Pernyataan bahwa SKM atau Sarjana Kesehatan Masyarakat menjadi Tenaga Profesional di bidang kesehatan disampaikan oleh Ketua Divisi Registrasi MTKI Drs. Sulistiono, SKM, MSc pada saat Launching Program STR SKM. Selanjutnya keberadaan profesi ini akan dilaksanakan dan disosialisasikan terkait alur pendaftaran dan sebagainya oleh Majelis Tinggi Kesehatan Indonesia (MTKI) dan jejaringnya. Kita nantikan langkah MTKI selanjutnya untuk realisasi STR bagi Profesi Ahli Kesehatan Masyarakat. Semoga ini menjadi langkah awal yang baik untuk Indonesia terutama bagi sektor kesehatan. Semoga dengan ini para ahli kesehatan masyarakat akan lebih meningkatkan perannya dan selalu memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

 

{jcomments on} 

  • slot resmi
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot