Plenary 3: Challenges in Managing Big Data in Health Care Setting

Oleh: Assoc. Prof Dr Nurhizam Syafie Mohd Satar

satarSesi plenary ketiga menjadi kegiatan pertama pada perhelatan hari kedua Postgraduate Forum ke-12 di Malaysia. Dr Nurhizam Syafie Mohd Satar yang berasal dari Center for Software Technology and Management (SOFTAM), Universiti Kebangsaan Malaysia merupakan seorang dosen, konsultan, dan spesialis di bidang teknologi menjadi pembicara pada sesi ini. Nurhizam membawakan topik “Challenges in Managing Big Data in Health Care Setting” yang menekankan bahwa Big Data merupakan suatu potensi besar dalam mendukung kebijakan dan program kesehatan yang tepat, namun di sisi lain aspek pengelolaannya masih sangat terbatas, khususnya di layanan kesehatan.

Menurut Dr Nurhizam, Big Data memiliki berbagai pengertian, baik dari ukuran dan bentuknya. Big Data dicontohkan sederhana dalam semenit berbagai aktivitas media sosial dapat dilakukan, baik pengiriman pesan, pencarian, update status, atau pembuatan data. Ukuran data juga memiliki level tertentu, mulai dari volume paling besar brontobyte, yottabyte, zettabyte, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengelolaannya, Nurhizam mencontohkan seperti di Malaysia yang memiliki teknologi high-end dalam menganalisa data stream di Malaysia. Namun kapasitas sumber daya belum cukup untuk mengelolanya secara efektif. Selain itu, Big Data diperkirakan sudah mampu memprediksi situasi berbagai sektor pada 2020, seperti sektor publik, layanan kesehatan, pembiayaan, internet mobile, manufaktur, energi, dan retail. Khususnya di layanan keseatan, Big Data dianggap seperti penemuan minyak baru atau menjadi sumber yang sangat kaya.

Salah satu isu dalam data di layanan kesehatan adalah seringnya terjadi perubahan yang seharusnya dapat digunakan lebih efisien, mengoperasikan dengan efektif, dan akhirnya bisa berdampak untuk meningkatkan layanan. Big Data dan perpaduannya dengan teknologi disruptif juga akan mengasilkan ledakan data di layanan kesehatan. Dari kekhwatiran inilah teknologi dan big data mulai dibenahi dan ditingkatkan. Sebagai pengembangannya, data dan eksponennya akan dikembangkan di beberapa fokus mulai di layanan kesehatan, pasien, operasi di faskes, penelitian, presisi pengobatan, serta pendidikan kedoteran.

Terdapat sebuah cerita menarik yang terjadi di pedesaan area Malaysia, pada waktu itu seorang mahsiswa dokter tahun kedua mendapatkan pasien ibu program hamil, namun tidak mampu melakukan apa-apa karena kapasitas. Dia berinisiatif untuk membuat grup media sosial dan mengundang dokter senior dan para dosennya. Setiap informasi mengenai ibu di-update melalui grup itu, sedangkan para dokter spesialis dan dosen memberikan masukan untuk tidakan pada ibu. Akhirnya bayi dan ibu selamat dari proses persalinan yang dibantu oleh media sosial.

Tantangan sebenarnya dalam penggunaan Big Data dibagi atas tiga bagian, yaitu; teknologi, manusia, dan lingkungan. Seperti adanya regulasi yang masih menghambat, kompetensi dan skill pengguna yang masih rendah, ledakan teknologi dari luar negeri dan mengekspansi negara, isu pendanaan dan biaya, teknologi untuk Big Data sendiri, pengembangan sumber daya manusia sebagai master dalam data sains masih rendah, minimnya kolaborasi antara klinisi dan non klinisi, serta peneltian terkait IoT (teknologi) di sektor kesehatan yang sangat sedikit.

Kesimpulannya, Nurhizam menjelaskan bahwa untuk memanfaatkan power dari data untuk outcome kesehatan perlu untuk melakukan peningkatan ekspektasi, adaptasi perubahan tren, pemenuhan kebutuhan yang besar untuk layanan kesehatan nasional, serta perlunya sumber data terpercaya. Malaysia sendiri saat ini telah memiliki sistem informasi pengelolaan data kesehatan yaitu Malaysia Health Data Warehouse (MyHDW) yang melibatkan dan mengintegrasikan data kesehatan di Kementrian Kesehatan Malaysia, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, dan rumah sakit pendidikan di Malaysia

Selasa, 3 Juli 2018
Reportase oleh: Faisal Mansur (PKMK UGM)

Reportase Terkait:

 

Reportase: Free Paper Presentation Session 1

ekaKuala Lumpur – Eka Yoshida Syukri dari United Nation University – International Institute for Global Health membuka presentasi paper di ruang 1 dengan topik dampak implementasi casemix dalam pengurangan biaya dalam skema asuransi di rumah sakit pendidikan di Indonesia. Studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini menganalisis perbedaan biaya antara metode pembayaran casemix dan fee-for-services. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada biaya human resources, stationery, dan billing delivery antara metode pembayaran casemix dan fee-for-services. Biaya human resources diketahui lebih rendah 2,5 kali lipat pada metode pembayaran casemix dibandingkan dengan fee-for-services. Sedangkan biaya stationery dan billing delivery diketahui lebih rendah masing-masing 1,5 dan 1,2 kali lipat pada metode pembayaran casemix dibandingkan fee-for-services. Secara umum, disimpulkan bahwa pasien yang membayar dengan mtode casemix membayar 23,2% lebih rendah dibandingkan pasien yang membayar dengan metode fee-for-services.

sitiPresentasi kedua dibawakan oleh Siti Khadijah Nasution dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia dengan topik Apakah Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mampu meningkatkan keadilan utilisasi pada penolong persalinan terlatih di Indonesia. Studi data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012-2016 ini menganalisis ketimpangan distribusi penolong persalinan terlatih di Indonesia. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa hingga tahun 2016, distribusi penolong persalinan terlatih di Indonesia bagian Timur masih lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia bagian Barat. Selain itu, persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih juga diketahui lebih tinggi di kawasan perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Faktor yang mempengaruhi persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih yaitu kepemilikan asuransi, kondisi geografis, tingkat Pendidikan dan sosioekonomi. Kondisi ini akan membaik apabila dilakukan peningkatan ketersediaan sisi suplai, audit kepesertaan penerima bantuan iuran, serta meningkatkan level Pendidikan dan sosioekonomi.

Presentasi ketiga disajikan oleh Erwin Purwaningsih dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia dengan topik kontribusi pemerintah daerah dalam mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC) di Kalimantan Timur. Studi yang dilakukan mendeskripsikan upaya pemerintah daerah dalam mengintegrasikan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan JKN. Berdasarkan studi ini, diperoleh informasi bahwa terdapat peran pemerintah daerah dalam mendorong pencapaian target kepesertaan JKN di Kalimantan Timur, yaitu integrasi Jamkesda-JKN. Meskipun demikian, ternyata proses integrasi ini belum optimal mengingat target yang ditetapkan belum tercapai.

Presentasi keempat dibawakan oleh Yin New Aung dari International Centre for Casemix and Clinical Coding, Fakultas Kedokteran Universitas Kebangsaan Malaysia tentang Determinant Length of Stay (LOS) di Intensive Care Unite (ICU) di Rumah Sakit Pendidikan di Malaysia. Studi yang dilakukan menganalisis data ICU mulai Januari 2013 hingga Desember 2015. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa usia dan jenis kelamin tidak berkontribusi terhadap lamanya LOS di ICU. Faktor yang berkontribusi terhadap lamanya LOS yaitu kondisi medis, dan kasus obstetri.

Presentasi kelima disajikan oleh Viera Wardhani dari Universitas Brawijaya Indonesia tentang progress dan determinan akreditasi rumah sakit di Indonesia. Studi yang dilakukan dengan menganalisis tren akreditasi rumah sakit selama 2012 – 2017. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat penurunan yang besar jumlah rumah sakit yang terakreditasi di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Jumlah rumah sakit terakreditasi meningkat secara perlahan dimulai tahun 2014. Faktor determinannya adalah implementasi JKN yang mengharuskan setiap rumah sakit terakreditasi dan beradaptasi sesuai standar internasional di tahun 2013.

labangPresentasi keenam disaikan oleh Labasangzhu dari Tibet University Medical College tentang progress dan hambatan dalam peningkatan kualitas kesehatan ibu di Tibet. Penelitian ini menghasilkan informasi tentang peningkatan pelayanan rujukan mulai tahun 2000 hingga 2017 sekitar 70% dan mempengaruhi penurunan kematian ibu dari 466 ke 100 per 100.000 kelahiran.

Presentasi ketujuh disampaikan oleh Fury Maulina dari Universitas Malikussaleh, Nanggroe Aceh Darussalam mengenai kompetensi manajemen dokter yang ditempatkan di daerah terpencil. Penelitian ini menghasilkan informasi tentang skill komunikasi dan kepedulian terhadap hak-hak pasien adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter dan manager di daerah terpencil..

Reportase oleh: Dedik Sulistiawan

Reportase Terkait:

 

Free paper oral presentation

{tab title=”Room 1″ class=”red”}

ekaKuala Lumpur – Eka Yoshida Syukri dari United Nation University – International Institute for Global Health membuka presentasi paper di ruang 1 dengan topik dampak implementasi casemix dalam pengurangan biaya dalam skema asuransi di rumah sakit pendidikan di Indonesia. Studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini menganalisis perbedaan biaya antara metode pembayaran casemix dan fee-for-services. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada biaya human resources, stationery, dan billing delivery antara metode pembayaran casemix dan fee-for-services. Biaya human resources diketahui lebih rendah 2,5 kali lipat pada metode pembayaran casemix dibandingkan dengan fee-for-services. Sedangkan biaya stationery dan billing delivery diketahui lebih rendah masing-masing 1,5 dan 1,2 kali lipat pada metode pembayaran casemix dibandingkan fee-for-services. Secara umum, disimpulkan bahwa pasien yang membayar dengan mtode casemix membayar 23,2% lebih rendah dibandingkan pasien yang membayar dengan metode fee-for-services.

sitiPresentasi kedua dibawakan oleh Siti Khadijah Nasution dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia dengan topik Apakah Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mampu meningkatkan keadilan utilisasi pada penolong persalinan terlatih di Indonesia. Studi data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012-2016 ini menganalisis ketimpangan distribusi penolong persalinan terlatih di Indonesia. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa hingga tahun 2016, distribusi penolong persalinan terlatih di Indonesia bagian Timur masih lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia bagian Barat. Selain itu, persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih juga diketahui lebih tinggi di kawasan perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Faktor yang mempengaruhi persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih yaitu kepemilikan asuransi, kondisi geografis, tingkat Pendidikan dan sosioekonomi. Kondisi ini akan membaik apabila dilakukan peningkatan ketersediaan sisi suplai, audit kepesertaan penerima bantuan iuran, serta meningkatkan level Pendidikan dan sosioekonomi.

Presentasi ketiga disajikan oleh Erwin Purwaningsih dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia dengan topik kontribusi pemerintah daerah dalam mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC) di Kalimantan Timur. Studi yang dilakukan mendeskripsikan upaya pemerintah daerah dalam mengintegrasikan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan JKN. Berdasarkan studi ini, diperoleh informasi bahwa terdapat peran pemerintah daerah dalam mendorong pencapaian target kepesertaan JKN di Kalimantan Timur, yaitu integrasi Jamkesda-JKN. Meskipun demikian, ternyata proses integrasi ini belum optimal mengingat target yang ditetapkan belum tercapai.

Presentasi keempat dibawakan oleh Yin New Aung dari International Centre for Casemix and Clinical Coding, Fakultas Kedokteran Universitas Kebangsaan Malaysia tentang Determinant Length of Stay (LOS) di Intensive Care Unite (ICU) di Rumah Sakit Pendidikan di Malaysia. Studi yang dilakukan menganalisis data ICU mulai Januari 2013 hingga Desember 2015. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa usia dan jenis kelamin tidak berkontribusi terhadap lamanya LOS di ICU. Faktor yang berkontribusi terhadap lamanya LOS yaitu kondisi medis, dan kasus obstetri.

Presentasi kelima disajikan oleh Viera Wardhani dari Universitas Brawijaya Indonesia tentang progress dan determinan akreditasi rumah sakit di Indonesia. Studi yang dilakukan dengan menganalisis tren akreditasi rumah sakit selama 2012 – 2017. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat penurunan yang besar jumlah rumah sakit yang terakreditasi di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Jumlah rumah sakit terakreditasi meningkat secara perlahan dimulai tahun 2014. Faktor determinannya adalah implementasi JKN yang mengharuskan setiap rumah sakit terakreditasi dan beradaptasi sesuai standar internasional di tahun 2013.

labangPresentasi keenam disaikan oleh Labasangzhu dari Tibet University Medical College tentang progress dan hambatan dalam peningkatan kualitas kesehatan ibu di Tibet. Penelitian ini menghasilkan informasi tentang peningkatan pelayanan rujukan mulai tahun 2000 hingga 2017 sekitar 70% dan mempengaruhi penurunan kematian ibu dari 466 ke 100 per 100.000 kelahiran.

Presentasi ketujuh disampaikan oleh Fury Maulina dari Universitas Malikussaleh, Nanggroe Aceh Darussalam mengenai kompetensi manajemen dokter yang ditempatkan di daerah terpencil. Penelitian ini menghasilkan informasi tentang skill komunikasi dan kepedulian terhadap hak-hak pasien adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter dan manager di daerah terpencil..

Reportase oleh: Dedik Sulistiawan

 

{tab title=”Room 2″ class=”orange”}

syaSyafrawati merupakan perwakilan dari Andalas Univeristy; ITCC, Faculty of Medicine, Universitas Andalas, Indonesia menyampaikan hasil penelitiannya tentang Impact of Miscoding of Diagnosis and Procedures in Casemix INA-CBG Reimbursement on Hospital Revenue in Indonesia. Penelitian ini menekankan miscoding yang terjadi pada Ina-CBG di 180 rumah sakit tipe C di Sumatera Barat. Syafrawati menemukan bahwa perbedaan antara hasil diagnosis dan prosedur dalam penginputan (miscoding) baik itu upcoding maupun downcoding. Dampak dari miscoding berpotensi terhadap kerugian rumah sakit sebanyak lebih dari IDR 38 juta untuk upcoding dan lebih dari IDR 33 juta untuk downcoding.

 

bdBudi Eko Siswoyo merupakan perwakilan dari Center for Health Policy and Management, Universitas Gadjah Mada, Indonesia menyampaikan hasil penelitiannya tentang Monitoring and Concept Development of The Compensation Program Under The JKN Scheme. Kriteria, indikator, jenis kompensasi, tantangan dan peran dari para pemangku kepentingan tentang sistem pengupahan di Era JKN. Penelitian ini menemukan bahwa daerah kompensasi untuk tenaga kesehatan di daerah terbelakang, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) tidak hanya ditentukan oleh BPJS Kesehatan namun juga dari pemerintah daerah, dan dinas kesehatan. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat 3-5 orang tenaga kesehatan yang bekerja namun pada umumnya 4 tenaga kesehatan dianggap sudah cukup. Dalam program kunjungan rumah, partisipan memerlukan waktu 2 hari untuk sekali kunjungan rumah. Pada umumnya, kunjungan rumah rata-rata partisipan menyatakan dapat melakukan 50 kunjungan pasien untuk sekali kunjungan rumah. BPJS kesehatan mendukung kompensasi untuk biaya perdiem dan transportasi dan sisanya akan ditanggung oleh pemerintah daerah.

halizaHaliza Hasan merupakan perwakilan dari International Centre for Casemix and Clinical Coding (ITCC), Faculty of Medicine, Universiti Kebangsaan Malaysia menyampaikan hasil penelitiannya tentang Parents’ and Caregivers’ Costs of Community-Based Rehabilitation (CBR) Programme For Disabled Children in East Coast Region of Peninsular Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk meperkirakan pengeluaran yang ditanggung oleh orang tua maupun pengasuh anak dengan disabilitas di Centre-Based and Home Based dari Community-Based Rehabilitation. Haliza menyampaikan nilai median data CBR lebih tinggi pada home-based dibandingkan centre based. Orang tua dan pengasuh akan mengeluarkan uang dari sakit (out of pocket) pada centre based pada obat dan suplemen tambahan. Pengeluaran pada pencarian layanan kesehatan rehabilitasi lebih tinggi pada centre based group dibandingkan dengan home based group.

tanapTanapat Laowahutanon merupakan perwakilan dari Faculty of Medicine, Prince of Songkla University, Thailand mempresentasikan hasil penelitiannya tentang Longitudinal Data Analysis Of Type 2 Diabetes Mellitus And Its Complications Among Thai Citizen Covered By The Universal Coverage Scheme. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur admisi dari 1000 orang dan semua penyebab kematian diabetes melitus tipe 2 dan komplikasinya termasuk penyakit gagal ginjal, jangtung korener, retinophaty kronis, stroke dan diabetic foot selama tahun 2009-2014. Penelitian ini menemukan bahwa terjadi peningkatan pada angka T2DM dan komplikasinya dari tahun 2009 sebanyak 3.2 dan tahun 2016 sebanyak 2016. Penyebab kematian terbanyak pada T2DM dan komplikasinya lebih tinggi pada kejadian penyakit jantung coroner.

hepiHappy R Pangaribuan merupakan perwakilan dari Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Indonesia menyajikan data penelitiannya tentang The Role of Nusantara Sehat : Deployment Health Worker Under System Contract in Remote Puskesmas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali peran dari tim Nusantara Sehat dalam penguatan fungsi layanan kesehatan Puskesmas di daerah pedesaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik utama dari responden bukan merupakan putra-putri asli (94 %). Peran dari tim Nusantara Sehat menemukan bahwa motivasi tim Nusantara Sehat juga menyukai tinggal bersama penduduk antar pulau. Dan tim termotivasi untuk melanjutkan program Nusantara Sehat sebanyak 77,98 %.

shariShariffah Syafiqah Aljunid merupakan perwakilan dari Faculty of Architecture, Planning & Surveying, Universiti Teknologi MARA, Malaysia menyajikan hasil penelitian tentang Determinants Of Patient Satisfaction Level On Interior Design Quality Of Public Hospitals In Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap terhadap kualitas desain pada rumah sakit pemerintah di Malaysia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien adalah furniture, perencanaan ruangan, pencahayaan, dan warna. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah perencanaan ruangan.

dienceDience Meidiana merupakan perwakilan dari Tugu Koja Hospital, Plumpang, Jakarta Utara, Indonesia menyampaikan hasil penelitiannya tentang Completeness of discharge summary at Tugu Koja Hospital. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan resume pasien pulang (RPP) . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa component yang tidak tersedia di rumah sakit Tugu Kaja adalah pemeriksaan fisik, tanggal pemulangan, tanda tangan, dan nama dokter yang bertanggung jawab. Ketidak lengkapan berkas pemulangan disebabkan oleh masalah asuransi kesehatan. Dokter yang bertugas memerlukan motivasi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap ketidaklengkapan data adalah sosialisasi Standard Operation Product yang belum pernah dilakukan.

Reporter: Relmbuss Biljers Fanda

{/tabs}

Reportase Terkait:

 

Plenary II: Research and Development of Big Data in Healthcare System

Oleh: dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D (Universitas Gadjah Mada)

lfnKuala Lumpur – Pada sesi Plenary II Postgraduate Forum on Health Systems and Policies, Lutfan Lazuardi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada Indonesia memberikan paparan tentang penggunaan big data untuk penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan kesehatan. Data memiliki banyak keuntungan dalam proses pelayanan kesehatan, seperti menjadi alat untuk mendukung pengambilan keputusan (decision making process) yang lebih baik. Akan tetapi, situasinya saat ini adalah data rutin dalam layanan kesehatan sering kali tidak tersedia secara baik karena memiliki format yang tidak mudah digunakan.

Pendekatan analisis big data dalam dunia kesehatan meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Big data banyak dimanfaatkan oleh banyak sektor, khususnya di sektor kesehatan. Lalu, apakah sebenarnya big data? Lutfan menyampaikan, big data setidaknya memiliki 5 karakteristik. Karakteristik tersebut yaitu: large volume, velocity, variety, value, and veracity. Big data didefinisikan beragam, di antaranya adalah sebagai kumpulan data berskala besar baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Unsur yang membedakan dengan traditional data adalah big data berskala besar dan umumnya semi terstruktur-unstruktur. Sementara itu big data analytics adalah proses pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data berukuran besar untuk menemukan pola dan informasi berguna lainnya.

Sumber big data yang potensial dianalisis antara lain data dari sistem informasi klinis, database genetika, data klaim, the internet of things, data iklim, jejaring sosial, dan web search (google trends). Sebagai contoh adalah kasus infeksi dengue. Penggunaan big data pada surveilans dengue digunakan untuk early warning dalam sistem surveilans. Harapannya, informasi dari hasil analisis big data dapat mendorong percepatan penanganan kasus dan tindakan yang semula passive reactive approached berdasarkan pelaporan menjadi deteksi dini (prediksi) menggunakan data iklim data surveilans rutin. Hal ini dimungkinkan karena daya prediksi infeksi dengue menggunakan data iklim cukup kuat, yaitu memiliki model yang presisi dengan kenyataannya. Sehingga dengan proses ini diharapkan dapat dilakukan tindakan segera.

Pengembangan data Twitter juga digunakan untuk melihat situasi dengue. Menggunakan teknik ini, didapatkan informasi bahwa mobilitas penduduk merupakan faktor penyebab dengue. Selain Twitter, Google Trends juga cukup baik digunakan untuk memprediksi kejadian dengue. Penggunaan big data yang lain misalnya pada kampanye imunisasi Measles and Rubella (MR) dengan penggunaan analisis sentimen dengan Twitter yang bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terkait awareness atas imunisasi MR. Berdasarkan kegiatan ini, diperoleh informasi tentang ekspresi positif dan negatif masyarakat tentang rumor yang beredar mengenai kampanye MR di Indonesia. Analisis big data yang bersumber Twitter memiliki banyak keuntungan, antara lain akses gratis, data yang realtime, serta biaya yang murah. Meskipun demikian, analisis big data Twitter memiliki kelemahan yaitu hanya 1% data yang dapat diakses secara gratis. Tantangan lain yaitu penggunaan bahasa yang kompleks yang mana menyebabkan sulitnya mengidentifikasi dan menemukan pola. Sumber big data lain yang potensial untuk dianalisis yaitu data JKN. Sebagaimana disebutkan, saat ini terdapat sekitar 198 juta penduduk merupakan peserta JKN, dan ini memberikan konsekuensi pada banyanya data penduduk yang terekam. Beberapa data yang dapat dimanfaatkan adalah data klaim (INA-CBGs).

Terakhir, Lutfan menyampaikan bahwa big data sangat potensial digunakan untuk lebih memahami isu kesehatan secara lebih baik, memperbaiki kualitas sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa, meningkatkan kepedulian masyarakat, dan mendorong efisiensi. Tantangannya adalah pertumbuhan data bersifat eksoponensial sehingga membutuhkan infrastruktur khusus serta sumber daya manusia yang terlatih.

Reporter: Dedik Sulistiawan

Reportase Terkait:

 

Plenary 1: Managing Big Data for Health

Oleh: Prof. Virasakdi Chongsuvivatwong

d1 plen1Postgraduate Forum on Health System ke-12 hari pertama di UKM dilanjutkan dengan sesi plenary discussion dengan topik “Managing Big Data for Health” oleh Prof Virasakdi Chongsuvivatwong. Guru besar Prince of Songkla University ini memiliki bidang keahlian pada bidang epidemologi dan manajemen data. Virasakdi mengawali diskusi plenary dengan menggambarkan data sebagai sebuah power yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan dari berbagai perspektif.

Prof Virasakdi Chongsuvivatwong menjelaskan pentingnya memahami konsep Big Data di sektor kesehatan yang seyogyanya diikuti dengan sistem manajemen data yang lebih baik khususnya pada health scope. Saat ini, sektor ekonomi hingga pertanian mengarahkan big data sebagai bagian penting untuk menentukan tindak lanjut ke depan. Tidak berbeda, sektor kesehatan memiliki urgensi dan dipengaruhi oleh aspek teknologi yang penting bagi kehidupan manusia dari segala sektor. Virasakdi menambahkan beberapa penunjang yang perlu dipahami yaitu : sistem pengumpulan data terbaru, tipe pengumpulan data (internet-based dan application-based) serta sistem teknologi komputasi penyerta (Machine learning and Artificial Intelegence). Era disrupsi data saat ini merupakan alarm dimana peneliti perlu memperhatikan kualitas dan keabsahan data. Data dapat dioptimalkan oleh peneliti sebagai instrumen guna meningkatkan kualitas kesehatan dari berbagai sektor pendukung. Ke depan, sistem pengetahuan sangat membutuhkan teknologi penunjang dan data manajemen yang lebih baik, serta perlunya memahami perspektif properti intelektual dan aspek etik. Aspek-aspek ini terdiri dari pandangan pada data owners dan prosedur consent.

Beberapa peserta yang tertarik dengan pembahasan topik ini menyampaikan pertanyaan terkait sistem manajemen data yang lebih optimal. Prof Virasakdi Chongsuvivatwong menjawab bahwa keterampilan peneliti dalam mengenal data hingga sistem manajemen data sangat dibutuhkan di era ledakan data saat ini. Selain itu, prinsip pada pemegang data yang perlu diketahui yakni sistem data yang akuntabel, terbuka, dan data yang telah analisis perlu dikomunikasikan pada policy maker. Narasumber kembali menggarisbawahi bahwa Big Data memberikan perspektif yang sangat luas dan peneliti perlu memandang hal ini sebagai peluang. Kerjasama lintas sektor dari berbagai disiplin ilmu sangat dibutuhkan dalam kerangka Big Data sebagai upaya peningkatan kualitas kesehatan.

Reporter: Nopryan Ekadinata (PKMK UGM)

Reportase Terkait:

 

Opening Ceremony

Oleh: Prof. Datuk Dr. Rahman Al Jamal

datukPGF tahun ini dibuka secara resmi oleh Prof. Dato’ Dr. Hanafiah Harunarashid selaku Direktur Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Center. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari berbagai institusi dan berasal dari berbagai negara, yakni Malaysia, Indonesia, Thailand, serta negara Asia dan Afrika lainnya. Dalam sambutannya, Prof. Datuk mengharapkan PGF tahun ini dapat menjadi ajang pertukaran informasi terkait isu Big Data di beberapa negara Asia Tenggara. Big Data memegang peranan penting dalam bidang kesehatan masyarakat. Big Data tidak hanya menjadi perhatian dari pihak tertentu saja, tetapi sudah menjadi isu publik yang mulai dibahas secara masif dan didorong oleh penggunaan sosial media.

Keberagaman kesehatan masyarakat dan lingkungan menjadi dasar pentingnya big data. Big data tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi juga proses mengolah, menyimpan dan menerjemahkan data yang ada, kemudian dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Sebagai contoh, pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan (rumah sakit) dapat ditingkatkan dengan data yang berkualitas, dengan tujuan memberikan penegakan diagnostik yang tepat. Diagnostik yang tepat menurunkan dampak negatif dari pelayanan kesehatan, menurunkan risiko yang berasal dari human error tenaga kesehatan, dan menekan pembiayaan kesehatan di fasilitas kesehatan. Data yang baik juga dapat digunakan antar fasilitas kesehatan yang terintegrasi dengan sistem yang baik, guna memecahkan masalah bersama di fasilitas kesehatan dan integrasi data nasional.

Dewasa ini, beberapa negara seperti Indonesia juga menerapkan penggunaan big data yang memiliki indikator kompleks dan komprehensif dalam penerapan Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini merupakan langkah awal yang baik guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan memberikan jaminan kesehatan menyeluruh untuk masyarakat.

Reporter: Muhammad Asrullah (PKMK UGM)

Reportase Terkait:

 

Keynote Address

Oleh: Prof. Dato Dr Syed Mohammed Aljunid

datoKegiatan PGF tahun ini bertempat di Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur dengan mengusung tema “Using Big Data for Health Policy and Management”. Kegiatan ini diawali dengan keynote speech oleh Prof Dato Dr Syed Mohammed Aljunid.

Prof Dato Dr Syed Mohammed Aljunid memulai dengan memberikan pengantar mengenai Kebijakan Kesehatan dan Penggunaan Data Besar. Kebijakan kesehatan merupaka satu kesatuan dari beberapa unsur yang dapat mempengaruhi jalannya organisasi, menyediakan peraturan dan menyusun pembiayaan dalam sistem kesehatan. Menurut beliau, kebijakan berbeda dengan sebuah keputusan, dimana kebijakan mencakup hal yang lebih luas dan kompleks. Negara berkembang menghadapi tantangan yang berbeda-beda dalam kebijakan kesehatan dan diperlukan data dan informasi yang akurat untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan kebijakan. Data universal yang dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan dan memprioritaskan sebuah kebijakan dalam dunia kesehatan. Hal ini dikenal dengan kebijakan kesehatan berbasis bukti.

Data-data yang ada selama ini di beberapa negara masih belum terstruktur, baik data yang berasal dari rekam medis, klaim asuransi kesehatan, maupun data survailans. Kondisi ini juga sejalan dengan rendahnya penggunaan data tersebut oleh pemangku kebijakan sehingga kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan pada fakta yang ada. Dalam sebuah proses pembuatan kebijakan dalam dunia kesehatan, kelompok yang memegang peranan penting dan dianggap memiliki kepentingan adalah tenaga kesehatan. Sedangkan kelompok yang dianggap memperoleh dampak langsung adalah pengguna jasa (masyarakat) dan pasien. Data yang ada juga menunjukkan tingginya angka fraud di dunia kesehatan. Kepentingan-kepentingan dari sebuah proses kebijakan ini dapat dihindari jika didasari oleh penggunaan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam penggunaan data adalah isu etika dan legalitas data. Kedua hal tersebut membutuhkan sumber daya manusia kesehatan yang terdiri dari multi disiplin profesi yang terampil dan berpengetahuan. Konsekuensinya adalah perlu pelatihan yang memadai dalam proses pengolahan data dan proses penyajian data dalam sebuah policy brief yang mudah dipahami dan dapat digunakan oleh seluruh kelompok yang membutuhkan. Data yang baik sendiri diartikan sebagai data yang berkualitas dengan tingkat akurasi yang tinggi dan dapat diterjemahkan dan disebarluaskan (Data Sharing).
Pada akhir sesi, Prof Dato menekankan bahwa Big Data merupakan isu yang menarik dalam sistem kebijakan kesehatan dewasa ini. Data yang baik dapat membantu menghasilkan kebijakan kesehatan yang tepat.

Reporter: Muhammad Asrullah (PKMK UGM)

Reportase Terkait:

 

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan 2018

7 -9 November 2018

Apakah Kebijakan JKN akan mencapai sasaran di Peta Jalan?


  Tujuan:

  1. Membahas hasil sementara Riset Evaluasi Kebijakan dengan metode Realist Evaluation.
  2. Mendiskusikan Analisis Kebijakan JKN.
  3. Merencanakan proses advokasi kebijakan JKN

  Kegiatan:

  1. Seminar 2 hari mengenai Hasil Riset dan analisis Kebijakan ( Rabu dan Kamis 7-8 November 2019).
  2. Latihan menulis policy-brief dan proses advokasi kebijakan (Jumat, 9 November 2019).
  3. Membahas makalah bebas untuk kebijakan kesehatan.

Pendaftaran peserta:

Seminar 2 hari

Early Bird: sampai dengan 31 Agustus 2018        Rp. 1.000.000
Normal: Sampai dengan 3 November 2018          Rp 1.250.000
On-site: Mulai 5 November 2018                         Rp 1.500.000

Pelatihan: (Rp 1.500.000,-)

  1. Penulisan Policy Brief dan Digital Policy Memo.
  2. Menggali dana-dana Filantropisme untuk meningkatkan keadilan social.

– Call-for-Paper untuk makalah bebas: sampai dengan 1 Agustus 2018.
– Pemberitahuan peserta yang diterima: 20 Agustus 2018.

 

 

Jadual Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (Mei – Desember 2018)

Dalam tahun 2018, berbagai kegiatan direncanakan oleh Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Kegiatan berupa pelatihan, penulisan proposal, penelitian sampai mengikuti berbagai pertemuan ilmiah. Silahkan klik untuk melihat berbagai kegiatan yang ada.

BULAN

AGENDA

6 Maret – 11 Mei 2018

Pelatihan Analisis Kebijakan angkatan 1

selengkapnya 

Mei-Juni 2018

Perumusan Proposal Untuk Riset Evaluasi Kebijakan dan Analisis Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional 

selengkapnya

14 Mei – 29 Juni 2018

Pelatihan Perumusan Policy Brief Sektor Kebijakan Kesehatan

selengkapnya

22 Mei – 31 Juli 2018 

Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional angkatan 1

selengkapnya

2 – 3 Juli 2018 

Mengikuti dan melaporkan Pertemuan Internasional 12th PGF on Health Systems dan Policies 2018 yang akan diselenggarakan selama dua hari di Kuala Lumpur Malaysia:

Tema: Using Big Data for Health Policy and Management,
Hari, tanggal : 2-3 Juli 2018
Tempat : Auditorium Hospital Canselor Tuanku Muhriz UKM Medical Centre Cheras, Kuala Lumpur

selengkapnya

20 Juli 2018

Bedah Buku :
Analisis Kebijakan Kesehatan, Prinsip dan Aplikasi
Penulis : Dr. Dumilah Ayuningtyas, MARS

Agustus 2018

Penelitian Evaluasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional

selengkapnya

2 Agustus 2018

Mengikuti dan melaporkan The 3rd International Conference on Applied Science and Health yang akan diselenggarakan di Thailand

Tema : Addressing Global Health Challenges: Policy, Research and Practices
Tempat : Faculty of Graduate Studies, Mahidol University Salaya Campus, Nakhon Pathom, Thailand

selengkapnya

1-2 September 2018

Mengikuti dan melaporkan The 1st International Conference on Health Administration and Policy yang diselenggarakan oleh FKM Unair

Tema : Risk Management in Healthcare
Tempat : Wyndham Hotel, Jl Basuki Rahmat 67 – 73, Embong Kaliasin Surabaya – East Java, Indonesia

selengkapnya

September 2018

Penelitian Evaluasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional

selengkapnya

3- 6 September 2018

Forum Mutu Nasional – Indonesian Health Care Quality Network (IHQN) Ke XIV di Surabaya bekerjasama dengan Departemen FK UNAIR

Tema : Leadership dalam Peningkatan Mutu Layanan Kesehatan: Meningkatkan Efisiensi, Memenuhi Standar Akreditasi, dan Berperan Serta dalam Sustainable Development Goals / SDGs (Fokus pada Pelayanan KIA)
Tempat : Novotel Samator Hotel, Jl Raya Kedung Baruk No.26-28, Kedung Baruk, Rungkut, Surabaya

selengkapnya

4 September – 23 Oktober 2018

Pelatihan Analis Kebijakan Angkatan II

selengkapnya  

8 – 12 Oktober

Mengikuti dan melaporkan The Fifth Global Symposium on Health Systems Research di Liverpool Inggris.

selengkapnya

7 – 9 November

Menyelenggarakan Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia dengan basis Webinar.

Tema: Apakah Kebijakan JKN akan mencapai sasaran yang tertuang dalam Peta Jalan JKN?

selengkapnya

Desember 2018

Kaleidoskop dan Outlook Kebijakan Kesehatan 2019.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reportase Pelatihan Perumusan Policy Brief Sektor Kebijakan Kesehatan

Policy brief atau risalah kebijakan merupakan dokumen yang mengarahkan dan membantu policy maker untuk menghasilkan kebijakan optimal. Dalam rangka mencapai hal tersebut, perumus policy brief memerlukan keterampilan dalam membuat pemaparan alternatif yang argumentatif yang mengarah pada kebijakan optimal. Berdasarkan hal ini, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FKKMK UGM dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) Indonesia mengadakan pelatihan perumusan policy brief sektor kebijakan kesehatan yang dilaksanakan pada 14 Mei 2018. Workshop pelatihan policy brief di UC Hotel UGMini disiarkan juga melalui teleconference (webinar). Narasumber kegiatan ini yakni konsultan kebijakan dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, yakni Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP dan Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA. Workshop dibuka secara langsung oleh Prof Laksono Trisnantoro, MSc, PhD yang merupakan Kepala Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM. Kegiatan ini diikuti oleh peneliti internal PKMK FKKMK UGM, mahasiswa S2 DAN S3 FKKMK UGM, peneliti dari beberapa universitas di wilayah Timur Indonesia (Universitas Hasanudin dan Universitas Pattimura). Output kegiatan ini adalah peningkatan keterampilan dan kemampuan dalam merumuskan policy brief yang efektif.

Setelah pembukaan, Laksono Trisnantoro menyampaikan arti penting policy brief bagi upaya peningkatan kualitas sektor kebijakan kesehatan. Laksono menjelaskan, saat ini UGM akan selalu berpartisipasi secara aktif dalam upaya peningkatan kualitas sektor kebijakan kesehatan Indonesia. Dalam hal ini, telah dilaksanakan blended learning tentang pelatihan dasar menjadi analis kebijakan yang merupakan langkah konkret dalam upaya peningkatan peran untuk menghasilkan kebijakan kesehatan yang strategis dan optimal. Selain itu, kemampuan perumusan policy brief yang menjadi kompetensi analis kebijakan perlu dikembangkan secara berkelanjutan dan mengikuti tren pemanfaatan media terkini.

Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP yang memaparkan tentang paradigma dalam peningkatan kualitas kebijakan melalui perumusan policy brief dan policy paper yang efektif. Pemateri menjelaskan tentang perbedaan policy paper dan policy brief dari perspektif fungsi, target pembaca dan relevansi penggunaan dua dokumen ini. Selain itu, Wahyudi menjelaskan tentang urgensi peningkatan kualitas kebijakan sektor kesehatan dengan upaya persuasi untuk memberikan pilihan kebijakan kepada decision maker yang dapat dilaksanakan dengan optimal melalui perumusan policy brief efektif. Terkadang konsep kebijakan yang dilaksanakan dilandasi oleh data yang bukan bersifat strategis dan evidence based. Untuk itu, policy brief dan policy paper memiliki tujuan untuk mempersuasikan kebijakan yang potensial pada pemangku kebijakan. Pemateri pertama menggarisbawahi tentang policy brief tidak memiliki konsep yang bersifat baku. Kunci penting dalam perumusan policy brief adalah penggunaan data yang relevan, penggunaan diksi yang bersifat persuasif efektif dan spesifik berdasarkan target isu kebijakan serta pembacanya.

Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA yang menyampaikan tentang bagaimana menyusun policy brief yang efektif dan argumentatif. Pemateri menjelaskan dengan sangat terstruktur tentang definisi policy brief hingga tips perumusan policy brief berdasarkan bagian kerangkanya. Agus menjelaskan bahwa sangat penting dalam memahami pembaca dan target decision maker pada dokumen kebijakan ini. Esensi pada lembar kebijakan yang efektif yakni tidak menggunakan diksi yang ambigu, menggunakan visual grafis yang relevan dan dapat mengarahkan pembacanya tentang konsep kebijakan yang ditawarkan dengan optimal.

Diskusi kegiatan ini menggarisbawahi tentang pentingnya perumusan policy brief efektif untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas kebijakan khususnya pada sektor kesehatan. Perumus policy brief dituntut untuk membuat policy brief yang bersifat argumentatif dan persuatif dalam pengarahan kebijakan yang lebih efektif. Selain itu, policy brief merupakan salah satu variabel kunci dalam upaya menuju aspek kebijakan optimal yang berdasarkan evidence dan kompleksitas permasalahan kebijakan spesifik. Sesi ini diakhiri dengan pemaparan tema kebijakan kesehatan oleh peserta untuk praktik pembuatan policy brief yang rencananya akan dikumpulkan pada 25 Mei 2018.

Reporter: Nopryan Ekadinata, MPH (PKMK UGM)