Training in Qualitative Methods Health Seeking Behavior and Health Expenditure Tracking Study

Training in Qualitative Methods

Health Seeking Behavior and Health Expenditure Tracking Study

Surabaya 3, 4, dan 5 Desember 2012.

Potret dari kemakmuran rakyat diukur melalui berbagai indikator seperti bertambah tingginya tingkat pendapatan penduduk dari waktu ke waktu, kualitas pendidikan dan derajat kesehatan yang membaik, bertambah banyaknya penduduk yang menempati rumah layak huni, lingkungan permukiman yang nyaman bebas dari gangguan alam dan aman. Pelaksanaan beberapa program kesehatan oleh pemerintah untuk mencapai indikator-indikator tersebut telah dilaksanakan selama beberapa tahun ini. Program yang dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan diluncurkannya beberapa macam jaminan untuk rakyat miskin agar bisa menjangkau ke fasilitas kesehatan. Bantuan-bantuan tersebut, antara lain; jamkesmas, jampersal, jamkesda, dan lain sebagainya. Bahkan program bantuan ini tidak dilakukan oleh pemerintah pusat saja, namun pemerintah daerah juga berpartisipasi.

Skema jaminan kesehatan yang telah diluncurkan oleh pemerintah sudah banyak diteliti. Saat ini muncul pertanyaan besar mengenai bagaimana sebenarnya utilisasi jaminan kesehatan tersebut oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin, padahal pemerintah sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk meluncurkan program-program tersebut. AusAID, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Air langga bekerja sama untuk meneliti lebih lanjut pola pencarian layanan kesehatan oleh masyarakat miskin di Provinsi Jawa Timur beserta utilisasi program jaminan kesehatan oleh masyarakat miskin tersebut.

Secara khusus, tujuan dari penelitian ini antara lain melihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan (dari masyarakat/rumah tangga) dan dari sisi penawaran (dari pemerintah melalui pelayanan kesehatan primer di Puskesmas). Tujuan penelitian dari sisi permintaan yaitu : (1) Mengetahui jenis layanan kesehatan yang saat ini terdapat di Jawa Timur (pemerintah, pihak swasta), (2) Untuk mengidentifikasi penggunaan sumber daya kesehatan (formal dan non formal) oleh masyarakat miskin, (3) Mengidentifikasi penggunaan dan kualitas pelayanan perawatan primer dengan orang miskin dan hampir miskin di Jawa Timur, (4) Mengeksplorasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan mengenai penggunaan dari fasilitas kesehatan untuk mencari perawatan kesehatan, dan (5) Mengeksplorasi faktor sosial budaya yang berkontribusi ke kesehatan dan mencari perilaku masyarakat miskin dan hampir miskin, terutama faktor yang mungkin mengurangi penggunaan pelayanan kesehatan. Sedangkan dari sisi penawaran, yaitu pemberi layanan kesehatan, akan dianalisis (1) Identifikasi penggunaan sumber daya dan dana oleh pelayanan kesehatan dasar di PUSKESMAS, (2) Identifikasi perencanaan dan penganggaran, serta sumbatan dan hambatan yang ada di pelayanan kesehatan primer dengan focus kepada pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target kepada rumah tangga miskin dan hampir miskin di Jawa Timur, (3) Eksplorasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan mengenai perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan dalam pelayanan kesehatan dasar di PUSKESMAS, (4) Studi dokumen perundangangan dan regulasi terkait pelayanan kesehatan dasar di PUSKESMAS.

Untuk provinsi Jawa Timur mengambil 4 kabupaten sebagai lokasi penelitian yaitu: Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Sampang, sedangkan 2 kabupaten untuk daerah perbandingan (comparison districts) adalah Kabupaten Sumenep, Kabupaten Probolinggo. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan (metode) sehingga diharapkan data yang diperoleh dapat bermutu, berkualitas dan mencerminkan fakta yang terjadi di daerah penelitian. Kegiatan pelatihan metode kualitatif ini bertujuan untuk membahas lebih jauh mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian.

Maksud dari pertemuan ini untuk menjelaskan mengenai metode penelitian,proses pengambilan data, dokumen terkait dan aplikasi metode kualitatif dalam pengambilan data penelitian di lapangan. Fokus dari pertemuan ini, memaparkan secara detail mengenai penelitian ini termasuk dari;

• Latar belakang

• Tujuan umum dan spesifik dari penelitian

• Pemaparan waktu penelitian

• Proses pengambilan data kualitatif

• Data apa yang dicari dan harus ditemukan dalam penelitian ini.

• Proses transkrip hasil focus group discussion dan indepth interview

Peserta pertemuan ini dapat mengetahui, dan terjadi;

• Terjadi kepahaman dan satu pengertian dalam berbagai proses tahap dalam pengambilan data,

• Mendapatkan data yang bermutu dan berkualitas. Sehingga data yang diperoleh merupakan gambaran dari wilayah penelitian.

• Seluruh pihak yang terkait dengan penelitian mengetahui tujuan umum dan spesifik dari penelitian.

• Selain itu juga terjadi kepemahaman untuk jobdesk atau deskripsi tugas masing-masing orang.

• Seluruh pihak yang terkait dalam penelitian mengetahui time line penelitian.

Berdasarkan kebutuhan tersebut di atas, pertemuan pembahasan penelitian ini akan dilakukan selama 3 hari penuh.

Pertemuan dilakukan dengan presentasi, diskusi dan latihan secara langsung dengan bimbingan narasumber.

Pertemuan ini akan dilakukan pada tanggal 3, 4, dan 5 Desember 2012 di Surabaya (tempat pelatihan tercantum dalam undangan)

Pelatihan ini diselenggarakan oleh AusAID bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Air langga

Senin, 3 Desember 2012

08.00 – 08.30 : Registrasi

08.30 – 09.00 : Pembukaan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, perwakilan dari UGM dan perwakilan Unair.

09.00 – 10.30 : Overview penelitian oleh tim UGM

10.30 – 11.00 : Break/ istirahat

11.00 – 12.00 : Koordinasi dan diskusi dengan Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten (6

kabupaten) dan BPS Provinsi

12.00 – 13.00 : Makan siang, istirahat, ibadah

13.00 – 14.00 : Penjelasan penelitian kualitatif secara umum, cara kerja penelitian dan tugas

masing-masing pihak

14.00 – 15.00 : Overview penelitian kualitatif dan kuantitatif

15.00 – 16.00 : Pemilihan lokasi dan sampel penelitian

Selasa, 4 Desember 2012

08.30 – 09.00 : Penjelasan mengenai “health seeking behavior” dan “health expenditure tracking study” (R. Siwi Padmawati – Deni Harbianto,UGM).

09.00 – 09.15 : Diskusi

09.15 – 10.00 : Penjelasan mengenai focus group discussion dan teknik memfasilitasi FGD

10.00 – 10.30 : Break/ istirahat

10.30 – 12.00 : Latihan memfasilitasi FGD

12.00 – 13.00 : Makan siang, istirahat, ibadah

13.00 – 14.00 : Penjelasan mengenai wawancara dan teknik wawancara

14.00 – 15.00 : Praktik wawancara (indepth interview)

15.00 – 16.00 : Overview bagaimana memahami dan beradaptasi dengan budaya lokal

Rabu, 5 Desember 2012 (Tim Health Seeking Behaviour)

08.30 – 09.00 : Penjelasan mengenai traskrip wawancara

09.00 – 09.15 : Penjelasan mengenai envivo dan open code

09.15 – 10.00 : Manajemen data kualitatif

10.00 – 10.30 : Break/ istirahat

10.30 – 12.00 : Praktik transkrip

12.00 – 13.00 : Makan siang, istirahat, ibadah

13.00 – 14.00 : Penjelasan mengenai koding dan kategorisasi

14.00 – 15.00 : Praktek koding dan kategorisasi

15.00 – 16.00 : Rencana pengambilan data di lapangan (pembagian kerja, sistem pelaporan,

honorarium)

Rabu, 5 Desember 2012 (Tim Health Expenditure Tracking Study)

08.30 – 09.00 : Penjelasan mengenai definisi operasional dan delivery order kegiatan

09.00 – 10.00 : Penjelasan mengenai study pengumpulan dokumen perundangan dan regulasi

10.00 – 10.30 : Break/ istirahat

10.30 – 12.00 : Manajemen Data dan Analisis Dokumen

12.00 – 13.00 : Makan siang, istirahat, ibadah

13.00 – 14.00 : Penjelasan mengenai instrument kualitatif dan kuesioner

14.00 – 15.00 : Praktek menggunakan kuesioner

15.00 – 16.00 : Rencana pengambilan data di lapangan (pembagian kerja, sistem pelaporan,

honorarium)

Pelatihan ini akan melibatkan koordinator studi masing-masing penelitian beserta seluruh enumerator atau pengambil data di lapangan. Secara detail peserta pelatihan adalah sebagai berikut:

1. Koordinator penelitian Health Seeking Behavior Study Universitas Air Langga

2. Koordinator penelitian Health Expenditure Tracking Study Universitas Air langga

3. Enumerator penelitian Health Seeking Behavior Study (8 orang) dari Provinsi Jawa Timur

4. Enumerator penelitian Health Expenditure Tracking Study (4 orang) dari Provinsi Jawa Timur

Penyusunan Bentuk Hukum Pengelola Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Penyusunan Bentuk Hukum
Pengelola Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

dan

Pembahasan Policy Brief dan pengembangannya
untuk dua topic prioritas:

BPJS dan KIA

10 dan 11 Desember di Jakarta

llap1lap2bpjslap2kia

Pengantar

Pada bulan September 2012 telah berlangsung pertemuan besar Jaringan Kebijakan Kesehatan III di Surabaya dengan topik BPJS dan KIA. Pertanyaan Kritis mengenai pertemuan kebijakan kesehatan ini: Apakah pertemuan ini bisa langsung merubah kebijakan? Jawabannya adalah tentu tidak mungkin langsung merubah, apalagi tidak semua pengambil kebijakan datang.

Dalam hal ini perlu follow-up yang focus pada aspek-aspek kebijakan. Dibutuhkan detailing kebijakan dimana dilakukan advokasi kebijakan secara terus menerus dan sistematis seperti apa yang dilakukan oleh detailer-obat. Dalam detailing kebijakan ini diharapkan proses advokasi kebijakan ini dilakukan secara sistematis dengan berfokus pada topic-topik prioritas. Tema di Surabaya berfokus pada kebijakan KIA dan BPJS.

Isu lain adalah pengembangan infrastruktur Jaringan. Pengembangan infrastruktur sangat penting karena kegiatan advokasi kebijakan oleh kelompok-kelompok focus ini dapat didukung oleh Jaringan dengan berbagai cara antara lain:

  • Meningkatkan kemampuan advokasi (akan dilakukan di web dan tatap muka);
  • Melakukan publikasi di website;
  • Menyusun policy brief dan mengarahkan ke target pengambil kebijakan,
  • Penulisan Artikel di Jurnal mass-media, dan
  • Melakukan dukungan untuk penelitian kebijakan kesehatan.

Fungsi Jaringan yang sangat strategis ini perlu didukung dengan bentuk hukum yang pasti. Untuk itu maka diperlukan kegiatan pasca Surabaya berupa Pertemuan dua hari di Yogyakarta dengan tujuan:

  1. Pemaparan Policy Brief
  2. Pembahasan Policy Brief dan
  3. Penguatan tata kelola Jaringan oleh tim kecil yang tersusun atas sekitar 20 orang peneliti/dosen di kesehatan masyarakat dan kedokteran.

 

Tujuan:
 

  1. Merumuskan bentuk hukum Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia.
  2. Merumuskan Policy Brief di dalam KIA dan SJSN dan rencana penggunaannya.
  3. Menyusun Plan of Action untuk advokasi kebijakan KIA dan SJSN

Jadwal Kegiatan : Senin – Selasa, 10 – 11 Desember 2012

Senin, 10 Desember 2012

Pukul

Agenda

Keterangan

12.00 – 13.00

Makan Siang

 

13.30 – 15.00

Pembukaan dan Mengapa Networking

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

15.00 – 15.30

Coffee Break

15.30 – 17.00

Membahas Bentuk Hukum Jaringan

17.00 – 19.30

ISHOMA

19.30 – 21.00

Membahas Policy Brief dan Sistem Komunikasi Elektroniknya

Selasa, 11 Desember 2012

08.30 – 16.00

KELOMPOK BPJS

KELOMPOK KIA

 

Daftar Undangan:

Hari 1 dan Hari 2 :

  1. Kelompok dosen FK
    1. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D (UGM)
    2. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH (UNS)
    3. Prof. Dr. dr. Endang Basuki, MPH (UI)
    4. dr. Subur Prayitno, MS (UNAIR)
    5. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D (UGM)
    6. Dr. dr. Deni Sunjaya, DES (Unpad)
    7. dr. Felix Kasim, MPH (Universitas Maranatha)
    8. dr. Rahmad Bachtiar, M.Kes (Universitas Mulawarman)
    9. dr. Ketut Suardjana (Universitas Udayana)
    10. Prof. Dr. dr. Charles Suryadi, MPH (Universitas Atmajaya)
       
  2. Kelompok dosen FKM
    1. Prof. dr. Ascobat Gani, MPH (UI)
    2. Prof. Dr. dr. H. Alimin Maidin, MPH (UNHAS)
    3. Dra. Tinny Nurul Rochmah, Ec., M.Kes (UNAIR)
    4. Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, M.Kes (UNAIR)
    5. Dra. Chriswardani Suryaningtyas, M.Kes (UNDIP)
    6. Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS (UI)
    7. Dr. Drs. Surya Utama, MS (USU)
    8. Dr. dr. Grace Kandau, M.Kes (UNSRAT)
    9. Dwijo Susilo, SE, MPH (UMJ)
    10. Tadeus Andreas Laga Regaletha (UNDANA)
       
  3. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
    1. Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI
    2. Dr. Soewarta Kosen, MPH
       
  4. AusAid

 

Hari Kedua :

Konsorsium KIA oleh Kementerian Kesehatan

 

Workshop Leadership Obsgyn hari II

Jumat, 27 April || Sabtu 28 April 

Jalannya kegiatan Hari II 

 

Waktu

Materi

Pembicara

08.00 – 08.30

Root Cause Analysis :

Mengapa Terjadi Kematian Ibu di daerah masing-masing 
(membahas dan menganalisis penyebab kematian ibu dan bagaimana peran dan leadership pengelola KIA)

dr. Ova Emilia, Sp.OG (K), Ph.D

08.30 – 10.00

Diskusi Kasus dalam Kelompok:

(mendiskusikan masalah yang timbul dengan paradigma pembelajaran dan kepemimpinan sesuai masalah yang ada di daerah peserta)

dr. Ova Emilia, Sp.OG(K), Ph.D

10.00 – 10.20

Istirahat

10.20 – 13.00

Presentasi Pleno :

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kepada 3 pembahas

(menilai sejauh mana peserta dapat mengaplikasikan paradigman pembelajaran dan kepemimpinan dalam mengatasi masalah di daerahnya dan akan dibahas dari aspek teoritis dan empiris oleh pembahas)

Presentasi Kelompok I

Presentasi Kelompok II

Presentasi Kelompok III

Presentasi Kelompok IV

Prof. dr. Hari Kusnanto, Dr.PH

Dr. R. Soerjo Harijono, DRTM&B(Ch), Sp.OG(K)

Prof. dr. Moh. Hakimi, Ph.D, Sp.OG(K)

13.00 – 13.30

ISHOMA

13.30 – 14.30

Pembuatan PoA

(peserta diharapkan dapat membuat PoA untuk menghadapi masalah KIA di daerahnya)

dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K)

dr. Siti Noor Zaenab, M.Kes

dr. Ova Emilia, Sp.OG(K), Ph.D

14.30 – 15.00

Presentasi PoA

(PoA yang telah dibuat diharapkan dapat dilaksanakan di daerah peserta dan di evaluasikan pada pertemuan selanjutnnya)

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K)

dr. Siti Noor Zaenab, M.Kes

dr. Ova Emilia, Sp.OG(K), Ph.D

15.00 – 16.00

Pembahasan PoA

Kegiatan Penyuluhan kesehatan pada Nakes dan Toma di RS Seribuide 

dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K)

dr. Siti Noor Zaenab, M.Kes

dr. Ova Emilia, Sp.OG(K), Ph.D

15.00 – 16.00

Penutupan

Prof. dr. Moh. Hakimi, Ph.D, Sp.OG(K)

 

 

 

 

National Conference on Primary Health Care Education

19nov1

National Conference on Primary Health Care Education

Meeting: Family Medicine as the Care-Coordinator of Primary Health Care
and Its Implementation in Indonesian Higher Education Institutions”

Component 1. – Health Professional Education Quality (HPEQ Project)
Sub Component 1.2 – Development of Undergraduate Medical Education and Competency Standard

Makassar, 19 November 2012

BACKGROUND

One target of component 1-HPEQ program is the development of medical curriculum and competency standard. HPEQ, actually has conducted many meetings and preparations due to those points. Moreover, it also has its responsibility towards the establishment of “next SKDI” standard for medical students. But, before we move to our further journey, lets we rethink of our existing undergraduate medical curriculum, is it still reliable for 6 years ahead? Is it well prepared? Or, do we have to do something related to the nation development, especially in facing the universal coverage (SJSN) in 2014.

Looking back on the spirit of Alma Ata Declaration, 1978, entitled “The Health for All”, which is stated that the main tasks of Indonesian national health sector are to maintain and to improve health care services for every citizen in Indonesia. To accomplish this, the health care system must prioritize promotion and preventive services along with disease management and rehabilitative efforts. To achieve this vision, the Indonesian national health system has some missions to carry out: (1) developing a medical system that is consistent with the national vision, (2) encouraging healthy life styles for both the individual and the community, (3) maintaining and improving individual, family and society including environmental health and the main point, (4) improving physician training and providing high quality and affordable health care regardless of the economic means of the family or community. It is a big dream, and need a systematic approach to make it real.

In line with this spirit, WHO on its report in 2008 stated that the main actor of country health status is the Primary Health Care. it is also stated that there are 4 pillars in the establishment of this sector: universal coverage, medical service, good leadership and policy. From this point, the main responsibility of Medical Faculty can be “how to produce the graduate doctor who can guide Indonesian people to reach their qualified health service”. This initiative cannot be separated from interdisciplinary cooperation between education and health system perspective.

Previously, the SKDI standard (KKI, 2006) stated that the undergraduate medical curriculum should be oriented to family medicine, but what kind of the “family medicine/family doctor oriented” they want to produce? What kind of the family doctor that they want to use in guiding the SJSN? If, the government wants to use the existing doctors, whether they are able to overcome the patient’s problem? Or do they need a special skill in primary health care level?

In the other hand, still focused on problems, list of diseases and statement of “family medicine oriented curriculum”, it also lacks of the involvement of 7 areas of competencies such communication, and doctors awareness of patient as a member of their community. The education process still also focused on the teaching hospital. It is good, but may impact on the risk that graduate doctors meet many difficulties in handling patients in real cases. Green et al (2001) stated that the cases in teaching hospital are only represented 1% problems in the community. The arrangement of early exposure in primary care and community could be the best answer as the patient live in those settings.

19nov1

Herewith we also want to explain the comparison of education between the primary care doctor and

other specialists:

19nov2  

From those points, the educational aspect plays the important role in guiding the SJSN 2014. It is, of course take time but not an impossible thing to achieve.

Previously, several meetings to rethink our Primary Health Care were held based on HPEQ project, from those, the consortium committee agreed to revitalize the Indonesian PHC condition as stated in the DECALARATION TOWARDS BETTER PHC WITH FAMILY DOCTORS AS THE CARE  KOORDINATORS (Jakarta 22 September 2012). They also had prepared its implementation in Indonesian Higher Education Institutions through educational and supporting document policies framework.

AIMS :

  1. A national initiative towards accessible high quality primary health care with family doctors as the backbone for every citizen of Indonesia
  2. To prepare of Indonesian medical faculties in implementing family medicine in their medical curriculum from undergraduate medical education to postgraduate family medicine masters and specialization
  3. To build the critical mass and home-base for general practitioners and family doctors in Indonesia.

MEASURABLE OUTCOME

The commitment of Indonesian medical faculties in the implementation of family medicine educational approaches from undergraduate to postgraduate levels.

DATE AND PLACE

This conference meeting will be held on :
Date : 19 November 2012
Place : Makassar

DETAIL SCHEDULE(S) 

A tool for assessing Health Financing Institutions and Organizations, to support progress to UHC

A tool for assessing Health Financing Institutions and Organizations,
to support progress to UHC

 

Live Webstreaming Link :  

mms://wbmswebcast1.worldbank.org/external-1

Presenter

Inke Mathauer
Health Systems Development Specialist
Health Financing Policy, WHO

Chair

John C. Langenbrunner
Lead Economist, HDNHE

Synopsis

A health financing system review is an important process to assess a country’s current health financing performance and the way in which the three health financing functions of collection of funds, pooling and purchasing work. The WHO Department of Health Systems Financing has developed an approach that can help guide such a systematic health financing system review. Such a detailed understanding provides the basis to explore and propose adequate health financing policy options and institutional and/or organizational changes within the health financing system in order to enhance health financing performance and ultimately to move (more rapidly) towards universal coverage or maintain it in the long run.

The approach is called OASIS – Institutional and Organizational ASsessment for Improving and Strengthening Health Financing. This approach is complementary to the 2010 World Health Report’s key messages by providing practical guidance of how to diagnose problems in a country’s existing health financing system as a basis for identifying appropriate country policy options and actions for reaching universal coverage. The distinctive characteristic of this approach is its focus on institutional design and organizational practice of health financing, on which health financing performance is dependent. Health financing and the move towards universal coverage can be enhanced by actively shaping the institutional design of the health financing system and by improving its organizational practice.

About the Speaker

Inke Mathauer is a health systems development specialist, holding a MSc and PhD from the London School of Economics. She is working in the Department of Health Systems Financing of the World Health Organization (WHO) in Geneva. Her work focuses on health financing system reviews, country-level health financing policy advice and conceptual work on health financing performance and the role of institutional design and organizational practice in health financing in low- and middle-income countries. Her current interest lies particularly in the institutional design of government subsidization programs for vulnerable groups in health insurance type schemes. She publishes on a range of health systems and health financing related aspects.

Prior to WHO, she worked for over 5 years for the German International Cooperation (GIZ, previously GTZ) at Headquarters in health systems development. In Kenya, she headed the quality management as well as health financing project activities of the GIZ supported health sector program and provided policy and technical advice to the Ministry of Health and the National Hospital Insurance Fund. Inke Mathauer has also undertaken several institutional analysis consultancies for the World Bank in the field of health and social protection. Earlier, she worked in Benin and Uganda.

 

 

Pengembangan Kelompok Riset dan Kurikulum

Pengembangan Kelompok Riset dan Kurikulum

Manajemen dan Kebijakan Medik
di Fakultas Kedokteran

Selasa dan Rabu, 8 – 9 Januari 2013

Diselenggarakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

bekerja sama dengan
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

 Deskripsi

Dalam pembangunan system kesehatan, pengembangan kebijakan medik merupakan hal yang diperlukan. Sebagai gambaran, pengembangan pelayanan dalam era BPJS membutuhkan berbagai pertimbangan klinik misalnya dalam penetapan INA-CBG, system monitoring mutu pelayanan, hubungan pelayanan primer-sekunder-tertier, daftar obat sampai ke pembayaran tenaga dokter dan pengembangan dokter primer dan dokter keluarga. Di samping itu pengembangan evidence based policy dalam pelayanan medik merupakan hal yang harus dikembangkan. Dalam pengembangan kebijakan medik ini ada berbagai tantangan sebagai berikut:

Tantangan pertama adalah belum terbiasanya peneliti dan dosen di fakultas kedokteran untuk melakukan penelitian kebijakanmedik dan menggunakannya dalam kurikulum. Secara tradisi peneliti di fakultas kedokteran menguasai metode penelitian epidemiologi, clinical trial, biomedik, namun jarang yang memahami ilmu-ilmu sosial sebagai dasar penelitian kebijakan kesehatan.

Tantangan kedua adalah Fakultas Kedokteran yang meneliti kebijakan kesehatan dan menggunakan dalam kurikulum pendidikan dokter dan pendidikan residen belum banyak jumlahnya di Indonesia. Mengapa? Dosen-dosen di fakultas kedokteran jarang yang terpapar oleh ilmu kebijakan.

Tantangan ketiga adalah sumber daya keuangan untuk menjalankan riset kebijakan medik belum banyak. Akan tetapi dalam era BPJS, diperlukan banyak penelitian untuk kebijakan medik untuk peningkatan efisiensi. Kesempatan penelitian inti tentunya perlu dimanfaatkan oleh fakultas kedokteran ,

Latar belakang tersebut di atas mendorong perlunya program pengembangan Kelompok Riset Kebijakan Kesehatan dan Kurikulum untuk mahasiswa dan residen di Fakultas Kedokteran.

  Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini mempunyai dua sasaran kelompok yaitu: (1) unit penelitian di fakultas kedokteran dan (2) bagian IKM-IKK di fakultas kedokteran yang mempunyai potensi untuk pengembangan ilmu manajemen dan kebijakan medik.

Ada beberapa tujuan dalam pertemuan ini:

  1. Merangsang penelitian kebijakan medik di fakultas kedokteran
  2. Memperkuat pengajaran mengenai kebiajkan dan manajemen medik di program S1 dan di residensi.
  3. Mengembangkan keanggotan di Jaringan Kebijakan Kesehatan.

 Agenda Kegiatan:
 

09.00 – 09.30: Sesi 1

Pembukaan, Perkenalan peserta,  dan Overview Kegiatan

pembuka

09.30 – 10.30: Sesi 2

Apa yang disebut sebagai Kebijakan Medik? Bagaimana relevansinya untuk fakultas kedokteran? Bagaimana hubungannya dengan FKM?

Pembicara:
Laksono Trisnantoro

Pembahas:
Dekan FK UI

Break 10.30 – 10.45

10.45 – 12.00: Sesi 3

Memahami penelitian kebijakan medik dengan pendekatan evidence based-medicine dan evidence based policy

Kasus:

  1. Penelitian-penelitian di RSCM: Prof. Dr. Akmal Taher
  2. Penelitian Cohrane Group: Dr. Detty Siti Nurdiati SpOG PhD
     
Moderator: dr. Tifa MSc
 
jam11
 

Break: Makan siang dan sholat

13.00 – 14.00: Sesi 4

Kebijakan mengenai pendapatan dokter pelayanan primer/dokter keluarga  dan dokter spesialis secara regional untuk keperluan BPJS.

Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia – Laksono Trisnantoro

Pembicara : Andreasta Meliala

  1. Penyebaran dan Pendapatan Dokter (Spesialis) Pemerintah di Indonesia
  2. Pengalaman penelitian kebijakan bekerjasama dengan Nossal dan UNSW

Pembahas : Perwakilan IDI

Kompensasi Dokter Pelayanan Primer Dalam Era Jamkesnas – DR. Gatot Soetono, MPH

sesi4

14.00 – 16.30: Sesi 5

Diskusi di kelompok masing-masing:
 

  1. Apakah ada kegiatan penelitian mengenai kebijakan medik di fakultas kedokteran masing-masing?
  2. Apakah ada Unit Penelitian yang membahas Kebijakan Medik
  3. Peluang penelitian kebijakan Medik
  4. Peran dari Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

Fasilitator: Prof. Dr. Laksono Trisnantoro MSc PhD

Break singkat di dalamnya

Hari 2

08.30 – 10.15

Diskusi mengenai Pendidikan manajemen dan kebijakan di S1 FK dan di Residensi

Di Mana Pengembangan Pengajaran Ilmu Kebijakan dan Manajemen di Fakultas Kedokteran?

Health System and its outcomes – Laksono Trisnantoro 
 

10.15 – 10.30

Coffe Break

10.30 – 12.00

Diskusi Kelompok:

  1. Bagaimana situasi di fakultas kedokteran anda? Jelaskan dengan rinci.
  2. Bagaimana letak pengembangan pengajaran ilmu kebijakan dan manajemen di fakultas kedokteran anda saat ini dan bagaimana di masa mendatang. Di Bagian mana yang menjadi motor? Bagian mana yang dapat aktif ?
  3. Siapa saja staf dosen yang aktif dalam mengembangkan ilmu kebijakan dan manajemen saat ini dan di masa mendatang?
  4. Bagaimana teknik pengembangan dengan menggunakan website?
  5. Darimana dana pengembangannya? Apakah memungkinkan untuk berlangganan?
     

12.00 – 12.15

Pleno dan PoA

Penggunaan Website dan buku elektronik sebagai forum komunikasi untuk pengembangan materi, dan kerjasama antar institusi.

Diskusi Perencanaan Kedepan
 

12.15 – 13.00

Makan Siang

13.00 – 14.00

Launching Website – Website PMPK FK UGM

 

Peserta:

Tiap FK diwakili oleh 2 orang

  1. Wakil dari Dekanat: Wakil Dekan urusan Penelitian/Pusat Studi terkait
  2. Kepala Bagian IKK/IKM

Peserta yang diundang:

  1. FK Universitas Andalas
  2. FK Universitas Indonesia
  3. FK Universitas Padjadjaran
  4. FK Universitas Maranatha
  5. FK Universitas Trisakti
  6. FK Universitas Diponegoro
  7. FK Universitas Gadjah Mada
  8. FK Universitas Airlangga
  9. FK Universitas Hasannudin
  10. FK Universitas Nusa Cendana
  11. FK Universitas Sam Ratulangi
  12. FK Universitas Brawijaya
     

Tempat Penyelenggaran:

Hotel Santika Jakarta, Jl. KS. Tubun, Jakarta.

 

 

The Potential and Challenges of Health Technology Assessment: Insights from Experience in Europe

The Potential and Challenges of Health Technology
Assessment: Insights from Experience in Europe
 

Watch On Line a (live) presentation on Wednesday,
November 14th 2012, 9.05-11am Washington DC time.

http://streaming2.worldbank.org:8080/vvflash/extlive1

Prof. Reinhard Busse
Technische Universitat Berlin/
European Observatory on Health Systems and Policies

The role and functioning of health technology assessment (HTA) in European health systems. An overview of where HTA fits in the overall health system; how HTA is operationalized (e.g the process and procedural arrangements for conducting assessments across countries; and how HTA findings are used to influence the allocation of health funding in Europe.

Josep Figueras
Director
European Observatory on Health Systems

The experience of the European Observatory on Health Systems and Policies in trying to bring high-quality evidence and knowledge into policy making. The Observatory supports and promotes evidence-based health policy-making through comprehensive and rigorous analysis of the dynamics of health systems in Europe. It is widely regarded as the most effective evidence-to-policy bridging institution. Efforts to emulate their successful approach have recently been launched in other regions

Chair
April Harding
Lead Public Private Partnerships Specialist, WBIPP

Synopsis

New technologies with the potential to improve the health of populations through more effective care are continuously being introduced. However, not every technological development results in net health gains. The history of medicine and health includes many examples of technologies which did not produce the expected benefits or even proved to be harmful. However, technologies of proven effectiveness – i.e. those associated with health improvements – create a continuous challenge for health systems since adopting them may require additional (and not only financial) resources or existing (finite) resources to be redistributed within the health system. This is a challenges faced by healthcare systems throughout the world. It is necessary to ensure that health technologies are evaluated properly and applied in ways that realize their potential gains. In order to optimize care using the available resources, the most effective technologies should be promoted, taking into consideration organizational, societal and ethical issues. Health technology assessment (HTA) aims to inform health policy and decision-making on health technologies precisely on these issues. HTA has a strong foundation in research on the health effects and broader implications of the use of technology in health care. Its potential for contributing to safer and more effective health care is widely acknowledged in across developing and developed countries alike, and interest in this field has been growing steadily.

About the Speakers

Professor Reinhard Busse is professor and department head for health care management at Technische Universität Berlin. He is the Observatory’s Associate Head of Research Policy and Head of the Berlin hub, member of several scientific advisory boards and a regular consultant for WHO, the EU Commission, OECD and other international organizations within Europe and beyond as well as national health and research institutions. His research focuses on the methods and contents of comparative health system analysis, health services research including payment methods (e.g. DRGs), and health technology assessment (HTA). In 2008 he co-edited a volume “Health technology assessment and health policy-making in Europe: Current Status, Challenges and Potential.”

Josep Figueras, MD, MPH, PhD (econ) is the Director of the European Observatory on Health Systems and Policies and head of the WHO European Centre on Health Policy in Brussels. In addition to WHO, he has served other major multilateral organizations such as the European Commission and the World Bank. He is a member of several advisory and editorial boards and has advised more than forty countries within the European region and beyond. He is member of APHEA board of accreditation; honorary fellow of the UK faculty of public health medicine, has twice been awarded the EHMA prize, and in 2006 received the Andrija Stampar Medal. He was head of the MSc in Health Services Management at the London School of Hygiene & Tropical Medicine and is currently visiting professor at Imperial College, London. His research focuses on comparative health system and policy analysis. He is editor of the European Observatory series published by Open University Press. He has published several volumes in this field, most recently Health systems, health and wealth: assessing the case for investing in health systems (2012) and Health professional mobility and health systems (2011).

 

Konas JEN ke-14 hari ketiga

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional
Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 6-8 november 2012 

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari III

Laporan Hari ketiga Konas JEN ke-14 

jenihari3Hari terakhir pelaksanaan Konas JEN ke-14 diisi dengan Talkshow serta penyajian makalah bebas dan poster. Talkshow berupa diskusi panel dengan narasumber Prof. dr. Charles Suryadi, MPH, Ph.D, dr. Siti Pariani, MS, M.Sc., Ph.D, Prof. Michael Dibley, MD, MPH, Ph.D, Prof. dr. Budi Utomo, MA, Ph. D, dr. RM Nugroho Abikusno, M.Sc, Ph.D serta dimoderatori oleh Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D. Tiga topik diskusi yang diangkat adalah Epidemiologi Sosial, Pelayanan Kesehatan Primer, dan Beyond the Health Sector. Sejalan dengan tema kongres, diharapkan pula melalui diskusi panel ini praktisi/epidemiolog mampu menggunakan epidemiologi sosial untuk mendukung pelayanan kesehatan primer.

Salah satu narasumber, Prof. dr. Budi Utomo, MA, Ph. D, menyampaikan dalam pendapatnya bahwa perlu untuk memahami masalah secara komprehensif (dari berbagai sudut) dan mencari solusi/intervensi yang fokus/strategik, dapat mereduksi/mengeliminir masalah tetapi dalam waktu sama harus praktikal. Hal ini membawa konsekuensi akan adanya pihak yang diuntungkan dan dirugikan. Diharapkan solusi/intervensi yang dipilih adalah yang cenderung memberikan kemanfaatan publik yang lebih besar.

Menjawab pertanyaan “Pada level apa intervensi sebaiknya ditujukan, level mikroskopik (gen, molekul, sel), individu (mikro), keluarga/komunitas/masyarakat (meso), struktural/kebijakan (makro/kontekstual)?”. Diskusi menjawab bahwa semua level berpengaruh namun perlu adanya penekanan tergantung level mana yang lebih berpengaruh dan hal ini bergantung pada masing-masing keadaan yang dihadapi, bergantung pada masing-masing penyakit, dipengaruhi oleh cultural nationalistic (sosial dan budaya), dengan tetap mempertimbangkan kemanfaatan publik yang lebih besar.

Intervensi/programming diartikan sebagai proses membuat perubahan (secara tidak linier, dimodifikasi oleh berbagai faktor) yang dipengaruhi oleh kapasitas pihak pelaksana intervensi beserta masyarakatnya. Penting untuk membangun pertanyaan intervensi/pertanyaan analisis secara tepat sehingga mampu memandu penentuan level mana yang paling strategis. Intervensi tersebut terorganisir dan melibatkan banyak orang sehingga diperlukan acuan agar dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat. Diperlukan teori dan metode mengatasi masalah sesuai konteks yang ada masing-masing tempat. Hal yang penting pula, setiap solusi/intervensi memerlukan adanya jaminan mutu (quality assurance) untuk memastikan apakah solusi/intervensi tersebut dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Seluruh diskusi dalam Talkshow ini diharapkan mampu menambah nuansa epidemiologi sosial yang ada di Indonesia.

Dalam sesi selanjutnya, terdapat 63 makalah bebas yang disajikan. Presentasi dengan tema umum Studi Epidemiologi Sosial Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer ini dilaksanakan dalam 5 kelas paralel dengan area: Pelayanan Kesehatan Ibu (KB, Asuhan Antenatal, Bersalin, Perawatan Nifas, dll), Pelayanan Kesehatan Anak (Perawatan Neonatal, Imunisasi, Gizi, ASI, Pneumonia, TB, HIV&AIDS, dan penyakit infeksi lain), Pelayanan Kesehatan Remaja (IMS, HIV&AIDS, Rokok dan Narkoba, Trauma Kecelakaan Lalu Lintas, dll), Pelayanan Kesehatan Kelanjutusiaan (Penyakit Degeneratif, Gizi, Trauma, dll) dan Kesehatan Tradiosional, serta Pelayanan kesehatan bencana dan kegawatdaruratan. (Rosa)

Konas JEN ke-14 hari kedua

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional
Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 6-8 november 2012 

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari III

Laporan Hari kedua Konas JEN ke-14 

konas2Seminar Nasional JEN yang merupakan rangkaian kegiatan Konas JEN ke-14 hari kedua diawali dengan laporan Ketua JEN Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M. Sc., sambutan Wakil Dekan FK UNS, dan pembukaan resmi oleh Wakil Walikota Solo. Dalam sambutannya, Wakil Walikota Solo mengharapkan melalui seminar ini akan didapatkan rumusan-rumusan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang lebih baik. Perwakilan WHO dr. Khanchit Limpakarnjanarat, yang diwakili oleh dr. Mohammad Shahjahan, dalam keynote speech-nya menyampaikan 4 arah kebijakan secara luas untuk mengurangi ketidaksetaraan kesehatan (health inequalities) dan meningkatkan kesehatan untuk semua (health for all). Empat arah kebijakan tersebut adalah mengatasi ketidaksetaraan kesehatan melalui cakupan universal, menempatkan masyarakat sebagai pusat layanan, memasukkan kesehatan ke dalam kebijakan publik yang lebih luas, dan menyediakan kepemimpinan yang inklusif untuk kesehatan. Disampaikan pula nilai dan prinsip pelayanan kesehatan primer yang mencakup keadilan, solidaritas, keadilan sosial, akses universal kepada layanan, keterlibatan multisektoral, desentralisasi dan partisipasi komunitas, memiliki peran yang sama pentingnya saat ini.

Seminar nasional Konas JEN ke-14 ini dibagi dalam 4 sesi kegiatan yaitu :

  1. Konsep Epidemiologi Sosial (oleh Prof. Michael Dibley, MD, MPH, Ph.D)
  2. Peranan Evidence Base dengan Pendekatan Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia/Internasional (oleh Prof. dr. Charles Suryadi, MPH, Ph.D) dan Pengajaran Epidemiologi Sosial dan Social Determinants of Diseases di Program MPH UGM (oleh dr. Mubasysyr Hassanbasri, MA)
  3. Best Practice Penerapan Metode Epidemiologi Sosial (oleh Pius Wareman, SKM, M.Kes, Dyah Kusworini, SKM, M.Kes, dan Dra. RA Yayi S. Prabandari, M.Si, Ph.D), serta
  4. Kajian Epidemiologi Sosial Menggunakan Data Riskesdas (oleh Dr. dr. Ratna Juwita, MPH dan Prof. dr. Charles Suryadi, MPH, Ph.D).

Prof. Michael Dibley, MD, MPH, Ph.D dari International Health Sydney School of Public Health mendefinisikan epidemiologi sosial sebagai cabang dari epidemiologi yang mempelajari distribusi sosial dan determinan sosial suatu status kesehatan. Epidemiologi sosial lebih berfokus pada paparan dari pada penyakit-penyakit spesifik. Paparan sosial tersebut meliputi status sosial ekonomi, kemiskinan, jaringan dan dukungan sosial, modal sosial, diskriminasi, ras dan etnis, gender, pendidikan, dan pekerjaan. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain meski kompleks, model-model tersebut mungkin untuk dilaksanakan, namun tersediakah data untuk seluruh tingkat di tiap-tiap model tersebut? Juga masalah terkait studi multidisipliner (Apakah satu sama lain saling memahami dan bagaimana menggabungkan hasil-hasil penelitian dari disiplin yang berbeda).

Di sesi yang berbeda, terkait dengan akan dilaksanakannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Prof. dr. Charles Suryadi, MPH, Ph.D menyampaikan hendaknya pelaksanaan tersebut juga harus mempertimbangkan determinan sosial dan mampu menghilangkan ketidakadilan sosial (health inequity). Di akhir paparan, pembicara menekankan bahwa dalam mengembangkan epidemiologi sosial haruslah menggunakan evidence base yang menyelesaikan (masalah kesehatan).

Hari kedua Konas JEN ke-14 diakhiri dengan paparan dan diskusi mengenai Kajian Epidemiologi Sosial Menggunakan Data Riskesdas yang dimoderatori dr. Siti Pariani, MS, M.Sc., Ph.D. Dalam kesimpulan diskusi disampaikan bahwa sebagai praktisi/epidemiolog hendaknya bekerja dengan hati, bagaimana supaya dapat berguna bagi masyarakat dan bagaimana advokasi yang dilakukan mampu mencapai tahap terciptanya political will. (Rosa)

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional

konas

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional
Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 6-8 november 2012

 

LATAR BELAKANG

konasDeklarasi Alma Ata tahun 1978 mencanangkan cita-cita untuk semua (“Health for All“) penduduk di dunia. Faktanya lebih dari tiga dasawarsa sejak deklarasi tersebut, tujuan kesehatan untuk semua bagi seluruh penduduk di dunia dan di sebuah negara belum tercapai. Di dunia saat ini hanya satu milyar dari 6.2 milyar orang dapat menikmati umur panjang dan kehidupan yang sehat. Karena itu tantangan terbesar sekarang adalah menemukan cara untuk membantu lima milyar orang lainnya untuk dapat hidup lebih lama dan lebih sehat. Perlu ditemukan cara untuk mengurangi ketidakadilan kesehatan (healt inequity) yang terkait dengan ketimpangan sosial, dan ketidaksetaraan kesehatan (health inequality).

Epidemiologi sosial mengingatkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi dan materi, seperti pengeluaran pemerintah yang rendah untuk pembangunan dan pelayanan sosial, ketimpangan distribusi pendapatan dan sumberdaya lainnya di dalam masyarakat, akses buruk terhadap pelayanan kesehatan, ketiadaan proteksi finansial terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, pendidikan yang buruk, pengangguran, kemiskinan, lingkungan tempat tinggal buruk, lingkungan tempat kerja yang buruk mempengaruhi tingkat kesehatan dan terjadinya penyakit pada populasi. Ketidakadilan kesehatan dan ketidaksetaraan kesehatan antar kelompok-kelompok dalam populasi dibentuk oleh struktur sosial, politik, ekonomi dalam sebuah negara. Dampak dari ketidakadilan struktur politik, sosial, dan ekionomi terhadap ketidakadilan kesehatan diperburuk oleh kebijakan politik, ekonomi, dan sosial yang buruk, di tingkat global, nasional, dan loka I.

Merespons ketidakadilan kesehatan populasi, maka pada tahun 2008 Komisi Determinan Sosial Kesehatan (CSDH) WHO memberikan rekomendasi kepada semua negara anggota untuk melakukan langkah-langkah intervensi dan advokasi kebijakansebagai berikut:

  1. Memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat sehari-hari
  2. Mengatasi ketidakadilan distribusi kekuasaan, uang, dan sumberdaya lainnya
  3. Mengukur dan memahami permasalahan, serta menilai dampak langkah¬-langkah intervensi

Rekomendasi determinan sosial kesehatan yang terletak di luar sektor kesehatan (beyond the health sector) diharapkan menghasilkan sistem kesehatan yang paripurna dan mampu menutup jurang ketidaksetaraan kesehatan. Di dalam sistem kesehatan yang paripurna, para pemangku kepentingan, baik pembuat kebijakan di lembaga pemerintah, politisi di lembaga legislatif, pelaku swasta, dan masyarakat, diharapkan memahami pentingnya determinan sosial kesehatan,selanjutnya merencanakan dan mengimplementasikan upaya kesehatan yang tepat untuk mencapai keadilan dan kesetaraan kesehatan populasi.

Beranjak dari latar belakang di atas, Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN) akan menyelenggarakan pertemuan ilmiah dalam Kongres ke 14, dengan tema “Epidemiologi sosial dalam mendukung pelayanan kesehatan primer Berbagai informasi dari kajian, studi empiris, dan pengalaman praktis terkait tema tersebut akan dibahas. Hasilnya diharapkan dapat menjadi bukti ilmiah untuk mendukung pelayanan kesehatan primer. Kesimpulan dari pertemuan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan determinan sosial kesehatan dalam mereformasi dan mengembangkan sistem kesehatan Indonesia yang lebih baik.

TUJUAN

  1. Mempelajari epidemiologi sosial, yakni peran determinan sosial-ekonomi-kultural-politik di tingkat keluarga, komunitas, masyarakat, sistem kesehatan, dan sistem terkait kesehatan, dalam mendukung penyelenggaraan dan penggunaan pelayanan kesehatan primer
  2. Mengkaji determinan sosial-ekonomi-kultural-politik yang mendukung dan menghambat penyelenggaraan dan penggunaan pelayanan kesehatan primer di area kesehatan ibu, anak, remaja, lanjut usia, dan upaya kesehatan tradisional.

METODE

Pelaksanaan pra-kongres pada tanggal 6 November 2012. Seminar dan rapat kepengurusan pada tanggal 7 Nopember 2012. Kegiatan kongres JEN pada tanggal 8 Nopember 2012. Pra-Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan para anggota institusi JEN, dengan acara pelatihan. Direncanakan akan ada lima topik pelatihan, yaitu:

  1. Pelatihan penulisan untuk publikasi internasional
  2. Penyusunan policy brief berdasarkan hasil-hasil studi metode
  3. Survei cepat pada populasi risiko tinggi
  4. Penerapan analisis multilevel untuk penelitian kesehatan
  5. Pelatihan pengembangan pelayanan & penelitian pada kelompok miskin/ kumuh di perkotaan

Seminar terdiri dari presentasi umum dan sesi paralel untuk makalah bebas. Workshop kepengurusan organisasi JEN direncanakan akan membahas kepengurusan dan program JEN tahun 2013-2015.

MATERI

  1. Layanan kesehatan ibu (KB, Asuhan antenatal, Bersalin, Perawatan Nifas, dll)
  2. Layanan kesehatan Anak (Perawatan Neonatal, Imunisasi, Gizi, ASI, Pneumonia,TB, HIV&AIDS,dan penyakit infeksi lain)
  3. Layanan kesehatan Remaja (IMS, HIV&AIDS, Rokok dan Narkoba, Trauma KLL, dll)
  4. Layanan kesehatan Lansia (Penyakit Degeneratif,Gizi,Trauma,
  5. Layanan kesehatan tradisional.

BIAYA PENDAFTARAN

Pemakalah dalam Seminar : Rp 600.000,- (Prosiding + Sertifikat + Snack + Lunch+ Free Jurnal Kedokteran Indonesia/JKI)
Peserta Seminar daftar saat pelaksanaan (H) = Rp 600.000. Biaya pendaftaran sebelum H-3 diskon 20%. Biaya pendaftaran pada H-3, H-2, dan H-1 diskon 10%.

Peserta Pelatihan (3 kelas) @Rp 400.000 pilih kelas:

  1. Pelatihan publikasi internasional dan penyusunan policy brief
  2. Metode survei cepat dan analisis multilevel
  3. Pelatihan pengembangan pelayanan & penelitian pada kelompok miskin/ kumuh di perkotaan

 

Tanggal

Jam

Acara

Senin,

5 Nov 2012

16.00

Perwakilan anggota JEN Pusat datang ke lokasi hotel

Selasa,

6 Nov 2012

KEGIATAN PELATIHAN TERDIRI DARI 3 KELAS

 

08.00 – 08.30

Registrasi Peserta Pelatihan

08.30– 16.30

Pelatihan :

08.30- 12.00

Kelas I:

Pagi : Pelatihan Penulisan Untuk Publikasi

Internasional

Narasumber:

Dr.dr. RM Nugroho Abikusno, MSc – Pusat

Kesehatan Masyarakat dan Kependudukan USAKTI

13.00-16.30

Siang: Penyusunan Policy Brief  Berdasarkan

Hasil-Hasil Studi Epidemiologi

Narasumber:

Prof. dr. Laksono Trisantoro, MSc, PhD – PMPK

– FK UGM

08.30-12.00

Kelas II:

Pagi : Metode Survei Cepat pada Populasi Risiko

Tinggi

Narasumber:

Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc – PPK – FKM UI

13.00-16.30

Siang: Penerapan Analisis Multilevel untuk

Penelitian Kesehatan

Narasumber:

dr. Iwan Ariawan, MSPH – PPK – FKM UI

8.30-16.30

Kelas III:

Pelatihan Pengembangan Pelayanan & Penelitian Pada Kelompok Mskin/ Kumuh Di PerkotaanNarasumber:

Prof. Dr. dr. Charles Suradi, MPH – Puslitkes FK Universitas Atma Jaya

18.00–21.00

Wisata menuju Batik Kampung Laweyan, Solo

Rabu,

7 Nov 2012

KEGIATAN SEMINAR NASIONAL JARINGAN EPIDEMIOLOGI

NASIONAL

 

08.00 – 08.30

Registrasi Peserta Seminar

08.30 – 09.00

Pembukaan:

–      Laporan Ketua JEN

–      Sambutan Rektor UNS/Dekan FK UNS

–      Pembukaan resmi oleh Kementerian Kesehatan (JEN) /Pemda

 

 

Keynote speechSocial Determinants of Health

(WHO/ JEN)

Session I

09.00 – 09.30

Konsep Epidemiologi Sosial

Pembicara:

Prof. Michael Dibley, MD, MPH, PhD

09.30–10.00

Diskusi ilmiah dan tanya jawab

Moderator:

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH,MSc, PhD

10.00–10.30

Coffee Break

Session II

10.30–11.30

Peranan Evidence Base Dengan Pendekatan

Epidemiologi Sosial Dalam Mendukung Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer  Di Indonesia/ Internasional

Pembicara:

Prof. Dr. dr. Charles Suryadi, MPH

11.30–12.00

Diskusi ilmiah dan tanya jawab

Moderator :

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc,PhD

12.00 – 13.00

ISHOMA

Session III

13.00 – 14.00

Best Practice Penerapan Metode Epidemiologi

Sosial Dalam Menunjang Upaya Kesehatan Di

Puskesmas:

1. Presentasi oleh puskesmas 1 (Jateng)

2.  Presentasi oleh puskesmas 2 (Jatim)

  3.  Presentasi oleh puskesmas 3 (Yogyakarta)

14.00–14.30

Diskusi ilmiah dan tanya jawab

Moderator :

Dr. Diffah Hanim, Dra, MSi

Session IV

14.30-15.30

Kajian Epidemiologi Sosial Menggunakan Data

Riskesda

Pembicara: Tim  JEN & Litbangkes

Dr. dr. Ratna Juwita, MPH

Prof. Dr. dr. Charles Suryadi, MPH

15.30-16.00

Diskusi ilmiah dan tanya jawab

Moderator :

dr.Siti Pariani, MS, MSc, PhD

Seminar selesai dan dilanjutkan rapat untuk anggota JEN

Rabu,

7 Nov 2012

KEGIATAN SIDANG ORGANISASI JEN

 

19.00–selesai

Sidang organisasi JEN

(hanya bagi perwakilan institusi anggota JEN)

Kamis,

8 Nov 2012

KEGIATAN KONGRES

 

07.00–08.00

Registrasi Peserta Kongres

 

Session I  Talk Show

08.00–09.30

Talk Show Epidemiologi Sosial

Panelis:

Prof. Dr. dr. Charles Suryadi, MPH

dr.Siti Pariani, MS, MSc, PhD

Prof. Michael Dibley, MD, MPH, PhD

Host :

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc,PhD

09.30 – 10.00

Coffee Break

Session II  Makalah bebas dan Penyajian poster

10.00 – 12.00

Sesi Paralel :

Studi Epidemiologi Sosial Mendukung Pelayanan

Kesehatan Primer Dengan Area:

1.   Pelayanan Kesehatan Ibu (KB, Asuhan

Antenatal, Bersalin, Perawatan Nifas, dll)

2.   Pelayanan Kesehatan Anak (Perawatan Neonatal, Imunisasi, Gizi, ASI, Pneumonia, TB, HIV&AIDS, dan penyakit infeksi lain)

3.   Pelayanan Kesehatan Remaja (IMS, HIV&AIDS, Rokok dan Narkoba, Trauma KLL, dll)

4.   Pelayanan Kesehatan Kelanjutusiaan (Penyakit Degeneratif, Gizi, Trauma, dll) dan Kesehatan Tradisional.

5.   Pelayanan kesehatan bencana dan kegawat daruratan.

12.00–12.30

ISHOMA

12.30–16.00

Melanjutkan Sesi Paralel

16.00–16.30

Pengumuman makalah dan poster terbaik

16.30–selesai

Penutupan acara Kongres Nasional ke-14 JEN