Merkuri, Darurat Kesehatan Masyarakat
Kontaminasi merkuri merupakan "darurat kesehatan masyarakat," menurut aktivis lingkungan hidup. Mereka meminta pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lekas menyetop perdagangan logam beracun itu.
Yuyun Ismawati, pemenang Goldman Enviromental Prize tahun 2009 untuk upayanya dalam pengelolaan limbah, mendesak Jokowi menghentikan penyelundupan ilegal ratusan ton merkuri ke Indonesia. Sebagian besar impor merkuri alias air raksa, kata Yuyun yang juga salah pendiri lembaga pemerhati lingkungan BaliFokus, digunakan dalam operasi pertambangan emas skala kecil.
Menurut Yuyun, beberapa dokter telah mengidentifikasi 30-an lebih dugaan kasus keracunan merkuri. Ia memprediksi paling tidak 5 juta orang di komunitas penambang terpapar merkuri dari udara serta makanan.
Jumlah merkuri yang masuk ke Indonesia secara tidak sah naik tajam. Pada 2013, kata Yuyun dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, jumlahnya mencapai 500 ton.
"Kita mesti menyetop merkuri masuk ke Indonesia," katanya. Masalah ini "merupakan darurat kesehatan masyarakat."
Jokowi, yang baru dilantik empat pekan silam dan masih menata kabinetnya, mengampanyekan perbaikan layanan kesehatan serta layanan sosial lainnya.
Selama dua pekan terakhir, BaliFokus dan beberapa lembaga pemerhati lingkungan hidup bertemu Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Dalam pertemuan, mereka membahas isu prioritas lingkungan hidup di Indonesia.
Sebagian diskusi mereka berfokus pada protes sejumlah aktivis lingkungan. Mereka mempertanyakan langkah Jokowi guna menggabung pengelolaan hutan dan lingkungan hidup dalam satu kementerian. Beberapa aktivis mengkhawatirkan penggabungan bakal memperlemah perlindungan lingkungan hidup.
Sonia Buftheim, petugas program zat beracun di BaliFokus mengikuti satu dari serangkaian pertemuan. Ia mengaku sempat mengatakan kepada Siti soal perluasan penggunaan merkuri. Penyebaran penggunaannya dalam pertambangan emas skala kecil, kata Sonia, memicu darurat kesehatan publik. Siti mencatat kecemasannya, tetapi tak memberikan komentar.
Seorang juru bicara kementerian membenarkan berlangsungnya pertemuan. Tapi ia dan Siti tak merespons pertanyaan dari The Wall Street Journal soal ancaman merkuri.
Pertambangan emas skala kecil menggunakan logam cair itu untuk mengikat partikel kecil emas. Hasil bentukannya adalah sejumlah kecil amalgam. Menggunakan obor, penambang dan pedagang lalu membakar campuran itu, sehingga merkurinya menguap dan hanya tersisa emas.
Biasanya, pelaku pembakaran tak menggunakan pakaian pelindung, sehingga mudah sekali mengirup uap merkuri.
Sejumlah besar merkuri mengendap ke tanah dan udara. Mungkin sekali ikan dan lahan padi menyerap endapannya, sehingga mengganggu pasokan makanan sekaligus membahayakan kesehatan manusia.
Merkuri dapat menyebabkan tubuh gemetar, sakit kepala, otot lunglai, serta mengubah suasana hati, dari beberapa dampak lainnya. Terkadang, racun merkuri baru ditemukan beberapa tahun sesudah seseorang menunjukkan gejala-gejala yang mungkin terjadi. Sebab, gejalanya nyaris sama dengan penyakit lain. Merkuri juga dapat menyebabkan cacat pada bayi yang baru lahir.
Menurut Yuyun, setidaknya 2 juta penambang emas beroperasi di 22 dari 34 provinsi Indonesia. Termasuk Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Lombok. Merkuri dijual terbuka di toko-toko pertambangan, menurut Yuyun.
Ia mendesak pemerintah melarang penggunaan merkuri dalam pertambangan emas, serta memberikan perawatan khusus bagi mereka yang keracunan.
sumber: http://indo.wsj.com/